Wabah virus Covid-19 belum lagi tuntas. Muncul pula kabar beberapa gunung berapi di Tanah Air berstatus siaga, bahkan ada yang mulai bersin. Seperti Gunung Anak Krakatau yang tiba-tiba bersin.
Apakah ini tanda-tanda gunung berapi juga sudah terkena virus Corona? Kalau manusia yang kena virus, batuknya tentu masih aman asal pakai masker dan alat pelindung diri. Nah, yang jadi persoalan, bagaimana kalau gunung berapi betul-betul batuk?
Itu yang keluar bukan cuma air liur lho. Gunung berapi kalau batuk yang keluar bisa macam-macam. Ada material panas yang sangat membahayakan manusia. Sekali batuk, entah berapa warga yang bisa terancam menjadi korban. Sebagai contoh ketika Gunung Krakatau batuk parah pada 1883 silam, ada 36.417 jiwa yang meninggal dunia akibat diterjang tsunami.
Mengulik data laman magma.vsi.esdm.go.id, sebagai informasi, kini ada enam gunung berapi di Tanah Air dalam status level II alias Waspada hingga Sabtu (11/4) tadi.
Pertama, Gunung Kerinci, Jambi dengan ketinggian 3.805 mdpl. Masyarakat di sekitar Gunung Kerinci dan pengunjung/wisatawan dilarang mendaki kawah yang ada di puncak dalam radius 3 kilometer dari kawah aktif. Jalur penerbangan di sekitar Gunung Kerinci juga harus dihindari karena sewaktu-waktu masih ada potensi letusan abu dengan ketinggian yang dapat mengganggu jalur penerbangan.
Kedua, Gunung Anak Krakatau Lampung dengan ketinggian 157 mdpl. Saat ini siapa saja tidak diperbolehkan mendekati kawah pada radius 2 kilometer.
Ketiga, Gunung Merapi, Jawa Tengah-Jogja dengan ketinggian 2.968 mdpl. Akibat statusnya ini, pendakian Gunung Merapi sementara tidak direkomendasikan kecuali untuk kepentingan penyelidikan dan penelitian berkaitan dengan upaya mitigasi bencana. Aktivitas penduduk pada radius 3 kilometer sudah harus dikosongkan.
Keempat, Gunung Semeru, di Lumajang, Malang, Jawa Timur dengan ketinggian 3.676 mdpl. Sementara ini masyarakat sudah dilarang beraktivitas pada radius 1 kilometer dan wilayah sejauh 4 kilometer di sektor lereng selatan-tenggara kawah aktif. Pasalnya kawasan itu sebagai alur awan panas.
Kelima, Gunung Dukono di Halmahera Utara, Maluku Utara dengan ketinggian 1.229 mdpl. Masyarakat dilarang mendekati Kawah Malupang Warirang sejauh radius 2 kilometer.
Keenam, Gunung Ibu di Halmahera Barat, Maluku Utara dengan ketinggian 1.325 mdpl. Masyarakat dilarang beraktivitas pada radius 2 kilometer.
Lantas kenapa enam gunung berapi itu tiba-tiba kontak menunjukkan peningkatan aktivitas? Jangan-jangan ini bentuk kemarahan dari para gunung kepada virus. Marah karena virus yang sebegitu kecilnya sudah merusak tatanan berbagai sendi kehidupan manusia. Semoga saja dengan munculnya reaksi para gunung itu, virus bisa ketakutan dan segera lenyap dari Indonesia.
Lebih repot lagi kalau gunung berapi ini malah iri dengan sang virus. Virus yang kecil begitu ditakuti, tapi gunung yang begitu besar diabaikan dan kurang diperhatikan. Bisa kebayang kan kalau sampai enam gunung berapi itu ikutan baper? Ya mudah-mudahan tidak sampai terjadi.
Yang pasti, semoga saja enam gunung itu hanya sekadar cari perhatian saja. Supaya warga Indonesia masih ingat bahwa keberadaan mereka juga penting dalam tatanan alam semesta.Â
Bisa juga gunung-gunung ini juga ingin merasakan social distancing, sehingga tidak ingin didekati manusia untuk sementara waktu. Harus jaga jarak dulu dengan manusia. Jelas tidak mungkin gunung disuruh pakai masker. Iya kan? Karena itu, sebaiknya menjauh dulu dari gunung berapi. Kita doakan semua gunung berapi di Indonesia itu tetap sehat-sehat saja, jangan sampai kena Corona.
Seperti yang saya tuliskan di atas, repot kalau sampai mereka kena Corona. Batuknya mengerikan. Semoga semua gunung tetap tenang dan nyaman, menikmati social distancing versi mereka. Bagaimana menurut sahabat? (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H