Selama ini, ilmu mengenai pikiran yang di dalamnya termasuk soal keyakinan, sel hingga DNA serta energi, dianggap kurang banyak mempengaruhi kesehatan. Begitu bicara soal kesehatan, yang muncul selalu soal makanan dan gaya hidup. Pola makan yang kurang sehat dan pola hidup yang kurang olahraga dianggap sebagai biang kerok munculnya persoalan kesehatan. Padahal kenyataannya, hampir 70 persen penyakit berasal dari hati dan pikiran. Hanya 20 persen berasal dari makanan dan sisanya 10 persen dari pola hidup.
Fakta mengenai hal itu akhirnya benar-benar terjawab melalui buku The Biology of Belief yang ditulis oleh Bruce Lipton, seorang ilmuwan, profesor biologi yang akhirnya memberikan pengakuan pentingnya peranan pengobatan nonmedis untuk pemulihan kesehatan.
Sains yang dibeberkan dalam buku tersebut menegaskan bahwa keyakinan berperan penting dalam mengontrol perilaku dan aktivitas gen dalam tubuh, dan pada akhirnya akan menentukan kehidupan setiap individu. Sebagian besar manusia selama ini telah mendapatkan keyakinan yang keliru dan merusak diri sendiri tentang kehidupannya yang kemudian terlanjur masuk ke pikiran dalam sadar sejak masih usia dini.
Persepsi setiap individu mengenai kehidupan di dunia, secara langsung masuk ke pikiran bawah sadar tanpa penolakan, selama usia enam tahun pertama. Di usia itulah, semua informasi tidak dipilah dan difilter dengan baik. Semua masuk secara gelondongan. Sebab kesadaran analitis belum sepenuhnya aktif di usia tersebut.
Akibatnya, modal pemahaman tentang hidup justru ditentukan di usia enam tahun pertama, padahal di usia itu pula, seseorang belum mampu melakukan analisa benar atau tidak benar, tepat atau tidak tepat. Semuanya masuk ke pikiran bawah sadar tanpa kecuali.
Diketahui, pikiran bawah sadar mengontrol 95 persen perilaku. Â Jika sudah terlanjur menjadi program, perlu teknik khusus untuk mengubahnya kembali. Dengan fakta tersebut, sudah jelas bahwa orang lain di sekeliling kitalah yang mempunyai peranan besar dalam memprogram kehidupan setiap individu.
Hal di atas itulah yang kurang disadari, hingga kemudian setiap individu menjalani hidup dengan program yang sudah terlanjur tertanam sejak usia enam tahun pertama. Tak heran jika kemudian ada yang pernah menyampaikan, "Berikan anak padaku  sampai dia berumur tujuh tahun,  akan aku berikan kepadamu seorang manusia sejati."
Kalimat di atas jelas menyiratkan pentingnya melakukan penanaman program ke pikiran bawah sadar anak di usia enam tahun pertama. Rasulullah Muhammad SAW juga menyampaikan bahwa penanaman keyakinan harus dilakukan sejak dini sehingga bekalnya akan cukup dalam menjalani kehidupan sesungguhnya.
Lalu bagaimana jika sudah terlanjur dewasa? Maka perlu melakukan program ulang atas keyakinan yang sudah terlanjur tertanam. Program ulang yang paling efektif dan paling berhasil adalah jika dilakukan dengan keyakinan diri sendiri. Jika setiap orang mau mengubah keyakinannya atas kehidupannya sendiri, maka perubahan kehidupan juga akan terjadi dengan lebih mudah.
Ada yang menyampaikan, ubah keyakinan dengan membiasakan pikiran dan niat positif. Membiasakan diri menggunakan kalimat positif dan perilaku yang lebih positif. Boleh jadi ini benar. Namun lebih dari itu, setiap individu butuh teknik tepat untuk mendobrak semua keyakinan kurang tepat yang sudah terlanjur tertanam di pikiran bawah sadar. Ada banyak teknik yang bisa dipilih, dari mulai teknik berbasis energi, berbasis pikiran, hingga meditasi termasuk juga teknik hipnoterapi klinis. Â Â
Dalam buku The Biology of Belief dijelaskan bahwa kehidupan satu sel, secara mendasar dikontrol oleh lingkungan fisik dan energinya. Gen hanya memberikan kontribusi yang kecil. Gen hanyalah blue print untuk konstruksi sel, jaringan dan organ. Sementara lingkungan berfungsi sebagai kontraktor yang bertanggung jawab penuh atas sifat kehidupan suatu sel.
Jadi kalau ada yang menyalahkan gen, sebaiknya perbaiki kesalahan itu. Nyatanya lingkungan sangat berpengaruh. Misalnya saja ada bayi yang lahir dari kedua orang tua yang gennya berkualitas. Namun sejak bayi berada di lingkungan yang kurang baik. Maka bisa dipastikan, lingkungan itulah yang mempunyai peranan penting dalam membentuk pribadi si bayi, ketimbang gen.
Dari penelitian yang dilakukan Bruce Lipton terbukti bahwa kesadaran sel terhadap lingkungannya menentukan mekanisme kehidupan. Setiap manusia  terdiri dari 50 triliun sel. Maka diri sendiri yang berkewajiban memberikan lingkungan yang baik terhadap triliunan sel itu.
Ini sejalan dengan hadits sahih dari Rasulullah yang diriwayatkan oleh Imam Al-Bukhari: 4789, yakni: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap kalian akan dimintai pertanggungjawabannya." Sepintas sepertinya berlebihan. Memimpin kok untuk diri sendiri? Setelah membaca buku karangan Bruce Lipton akhirnya jelas, bahwa setiap manusia harus memimpin 50 triliun sel yang ada dalam dirinya. Jika tidak, maka sel akan liar dan itulah yang menyebabkan timbulnya penyakit serta perilaku yang tidak semestinya pada diri setiap manusia. Â
Manusia ibarat sebuah negara dengan penduduk 50 triliun sel. Mereka harus diajak bekerja sama untuk mencapai tujuan. Apakah kemudian ingin menciptakan kehidupan yang damai, bahagia dan penuh cinta. Atau sebaliknya, berpotensi menciptakan kehidupan yang penuh kebencian dan menyalahkan orang lain.
Jika setiap sel dikontrol oleh kesadaran mereka terhadap lingkungan, maka begitulah gambaran manusia yang juga dikontrol lingkungannya. Karena itu, lingkungan akan berpengaruh besar dalam setiap kehidupan manusia. Jadi sudah jelas bahwa karakter kehidupan seseorang bukan ditentukan oleh gen, melainkan ditentukan bagaimana respons setiap individu terhadap sinyal lingkungan .
Film Joker yang sudah dirilis di bioskop juga menegaskan, betapa lingkungan yang kurang baik telah menjadikan Joker sebagai sosok penjahat yang cukup menakutkan. Begitu pula banyak fakta yang mengemuka, seseorang yang nyata-nyata baik dan alim, bisa dengan mudah menjadi eksekutor bom bunuh diri ketika terpapar lingkungan yang kurang tepat.
Maka dari itu, keyakinan keliru yang sudah terlanjur tertanam pada diri, segera akan menjadi kenyataan dan itu sangatlah membahayakan. Sebab pada kenyataannya, manusia adalah kreator atas kehidupannya sendiri dan termasuk penentu kondisi dunia, tempat hidup mereka sendiri.
Bagaimana menurut sahabat?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H