Di Lubang Buaya Jakarta Timur, saya berusaha sekuat tenaga membuang rasa takut yang menyelimuti tubuh. Meski berusaha santai dan tertawa-tawa dengan teman peserta lomba dari provinsi lain, faktanya tubuh tetap gemetar, badan terasa dingin.Â
Apalagi ketika menengok sumur yang konon digunakan untuk membuang para jenderal itu, nyali seketika langsung ciut, lutut terasa lemas. Beruntung, ketika itu peserta dari Jakarta yang tubuhnya lebih besar dari saya, bisa jadi tempat berpegang.
Begitu pula ketika melihat rumah yang dijadikan lokasi pembantaian. Di dalam rumah itu terlihat patung lilin menyerupai para jenderal yang sedang disiksa. Benar-benar rasa takut itu menjadi semakin kuat.Â
Apalagi, suara-suara dialog yang terjadi juga terdengar sayup-sayup melalui pengeras suara yang ada di sekeliling bangunan ini.
"Darah itu merah jenderal!!!" salah satu dialog yang sampai detik ini terdengar dengan nyata.
Teror ketakutan belum selesai. Seluruh rombongan diajak masuk ke dalam museum Lubang Buaya. Di museum ini berisi diorama perjalanan PKI dari masa ke masa.Â
Bagi saya, kekejaman komunis benar-benar sejarah paling kelam yang tak patut dikenang. Harus dibuang jauh-jauh. Walau sejarah tetap akan tercatat sepanjang masa.
Beruntung, sejak mendalami teknologi pikiran di Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, teror itu akhirnya berahir. Dengan teknik khusus yang sudah diajarkan, akhirnya benar-benar bisa membuang semua perasaan takut dan tidak nyaman itu.Â
Dalam proses terapi mandiri yang saya lakukan, tubuh sempat gemetar, keringat dingin bercucuran. Bersyukur, beban rasa takut itu akhirnya benar-benar lepas dan lenyap.
Hingga kini, masih menimbulkan kontroversi terkait benar tidaknya semua kejadian tersebut. Bagi saya semua itu tidak penting. Yang penting, saya tidak lagi takut film itu.Â