Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Bisa Jadi, Ini Sebab Mahasiswa ITB Depresi dan Gantung Diri

5 September 2019   12:25 Diperbarui: 5 September 2019   19:23 8829
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Kabar mengejutkan kembali datang dari dunia pendidikan. Muhtar Amin (MA), mahasiswa program pasca sarjana (S2) Sekolah Teknik Elektro dan Informatika (STEI) ITB meninggal dunia dengan cara gantung diri.

"Almarhum adalah mahasiswa S2 Elektro STEI ITB angkatan 2018. Menurut dugaan yang bersangkutan menderita depresi," ujar Wakil Rektor Bidang Administrasi Umum, Alumni, dan Komunikasi ITB, Miming Miharja, Rabu (4/9), seperti dikutip Tribunnews.com. MA tergantung di kamar kosnya di Kelurahan Sekeloa, Kecamatan Coblong, Kota Bandung, Selasa (3/9) pukul 17.15 WIB. MA ditemukan tergantung oleh rekannya sesama mahasiswa STEI ITB.

Kabar ini tentu menambah daftar suram potret pendidikan di Tanah Air. Tiga pekan sebelumnya dosen Fakultas Teknik Elektro Universitas Gadjah Mada (UGM) Yogyakarta, Budi Setiyanto (55), juga ditemukan gantung diri di teras rumahnya di daerah Nyutran, Wirogunan, Mergangsan, Kota Yogyakarta, DIY, Kamis (15/8/2019). 

Kembali pada kasus Muhtar Amin. Kira-kira apa yang sebenarnya menjadi penyebab pria tersebut memilih segera "berhenti bernafas"? Tentu hanya almarhum yang tahu. Namun, mari melakukan analisis dari sisi pikiran juga dari laman pribadi yang dimiliki pria ini.

Dari sisi kecerdasan, tentu otak MA tak bisa diremehkan. Pria ini tergolong otaknya cukup encer. Dia lulus S1 Teknik Elektro STEI-ITB tepat waktu selama 4 tahun, serta IPK selama kuliah di Prodi S2 Teknik Elektro, Jalur Teknik Mikroelektronika STEI-ITB adalah 3,88.

Bahkan dari laman pribadinya diketahui, sejak SMP almarhum adalah siswa berprestasi bahkan pernah menempuh pendidikan SMA di Turki. Dalam blognya muhataru.wordpress.com bisa disimak dengan gamblang betapa mahasiswa ini hatinya kosong dan hampa.

Di kelas Adi W. Gunawan Institute of Mind Technology, tempat saya belajar tentang Hypnotherapy for Children diketahui, bahwa yang sangat diperlukan anak adalah rasa aman. Rasa aman ini hanya bisa dirasakan jika baterai kasih sayang yang dimiliki anak selalu penuh. Sementara yang berhak mengisi baterai kasih sayang adalah ibu dan bapaknya.

Lalu bagaimana caranya mengisi baterai kasih sayang pada anak? Ada 5 bahasa cinta menurut teori Gary Chapman dalam bukunya The 5 Love Languages.

tribunnews.com
tribunnews.com
Pertama: waktu yang berkualitas. Kedua: kata-kata pujian. Ketiga: pelayanan. Keempat: pelayanan fisik, dan kelima: pemberian hadiah. Lima bahasa cinta itu harus dilakukan dengan tatapan mata yang tulus.

Apakah MA sejak kecil kurang mendapat hal itu dari kedua orang tuanya? Tentu hanya keluarga MA yang tahu, dan almarhum yang bisa merasakannya. Namun jika tidak, tentu MA akan merasa kosong sehingga menyebabkan depresi. Syukur kalau dia kemudian bisa memiliki powerbank alias sosok lain atau aktivitas yang bisa menjadi pengisi kasih sayangnya. Misalnya teman dekat atau sahabat. Atau aktivitas seperti bermain game atau kegiatan lain. Yang bahaya jika powerbank itu dalam bentuk aktivitas kurang positif seperti narkoba atau kecanduan menonton film biru.

Nyatanya, ibarat telepon seluler tadi, baterai kasih sayang dari MA tampak kosong, sehingga tidak bisa berkomunikasi dengan bahasa cinta dengan baik dengan orang terdekatnya. Pada tulisannya berjudul Depresi yang diposting sejak 2019 silam, tergambar betapa hidupnya sebagai sosok pelajar berprestasi, namun ada perasaan kurang nyaman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun