Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Tahun Baru Hijriah, Buanglah Mantan pada Tempatnya

31 Agustus 2019   16:59 Diperbarui: 31 Agustus 2019   17:01 122
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Besok memasuki tahun baru hijriah. Ini adalah momen penting untuk hijrah, meninggalkan berbagai emosi dan perasaan tidak nyaman yang sudah mengganggu. Istilah 'buanglah mantan pada tempatnya', bukanlah isapan jempol. Mantan ini boleh jadi berupa seseorang, bisa juga berupa berbagai perasaan dan emosi yang tidak nyaman. Semua itu sudah sepatutnya dibuang jauh-jauh.

Paling utama yang harus dihijrahkan adalah cara berpikir. Teorinya mudah, namun aplikasinya tak banyak yang mampu melakukan. Banyak individu yang ingin berhijrah. Namun tak banyak yang bisa melaksanakannya dengan mudah.

Boleh jadi selama ini memang ada yang kurang pas dengan cara berpikir yang sudah dilakukan. Sehingga momen pergantian kalender hijriah ini menjadi saat tepat memulai cara berpikir berbeda dari sebelumnya.

Sahabat semua, apa pun yang kita alami dan dapatkan, semua berawal dari proses berpikir. Allah yang Maha Segalanya, sudah menganugerahkan sebuah alat super canggih di dalam tubuh manusia. 

Apa itu? Ya, Anda benar, alat itu bernama otak. Organ tubuh ini sangat vital dan canggihnya melebihi komputer paling canggih mana pun di dunia. Bukankah yang menciptakan komputer canggih itu adalah manusia dengan kemampuan otaknya?

Sayangnya, anugerah dari Sang Maha Pencipta itu belum banyak dimaksimalkan. Seperti halnya smartphone yang sekarang hampir pasti dimiliki semua umat di muka bumi ini. Hanya sedikit fitur yang dimanfaatkan. Sementara fitur cerdas lainnya, jarang digunakan. Entah memang tidak diperlukan, atau tidak tahu cara menggunakannya.

Begitu pula dengan otak. Tahukah bahwa otak manusia memiliki 1 triliun sel yang bisa melejitkan kemampuan manusia menjadi sangat luar biasa. Sayangnya, dari 1 triliun sel itu, tak lebih dari 10 persen yang sudah dimanfaatkan. Sisanya, ya dibiarkan saja seperti smartphone tadi.

Meski memiliki kapasitas 1 triliun sel, namun rata-rata manusia hanya berpikir 60 ribu sampai 80 ribu kali saja setiap hari. Ini membuktikan bahwa sel yang triliunan itu belum banyak dimanfaatkan. Hal ini seperti ditulis James Borg dalam bukunya 'Kekuatan Pikiran'.

Ingin jadi apa, meraih apa, hingga ingin mendapatkan apa, semua bergantung dari cara berpikir diri sendiri. Kualitas pikiran akan mempengaruhi bagaimana diri ini berperilaku dan bertindak. Inilah yang disebut dengan cara berpikir baru tadi.

Selama ini, umumnya manusia dikendalikan pikirannya. Padahal, pikiran itu adalah milik diri sendiri. Karena itu, mulai saat ini dan seterusnya, saatnya mengendalikan pikiran sendiri. Setiap individu bisa membimbing pikiran menuju kesuksesan yang diharapkan, pun sebaliknya bisa menjerumuskan pikiran ke jurang kegagalan.

Semua bergantung pada kendali diri sendiri. Karena itu, untuk mengubah hidup, syaratnya mudah sekali. Yang perlu dilakukan hanyalah mengubah pikiran. Bukankah dalam Alquran disebutkan, bahwa Allah sesuai dengan prasangka hambanya. Maka terus berpikir yang baik. Terus berbaik sangka sama Allah, maka itulah yang akan didapatkan.

Apa yang dirasakan dalam kehidupan sehari-hari, semuanya ditentukan bagaimana cara berpikir dan menghadapinya. Terkadang manusia dengan cepat menyalahkan keadaan atau orang lain, bahkan menyalahkan takdir jika ada sesuatu yang buruk sedang menimpa diri sendiri. Akibatnya, yang dirasakan adalah perasaan marah, jengkel, sakit hati, hingga cemas dan khawatir.

Adalah benar, dalam hidup terkadang manusia harus mengalami semua perasaan tidak nyaman tadi. Namun sebenarnya pikiran kitalah yang menentukan bagaimana kita merasa dan bagaimana kita berperilaku selanjutnya.

"Siapa yang ngga jengkel kalau tiba-tiba dicaci-maki orang lain?" begitu kata salah satu sahabat suatu ketika. Kalau memang tidak merasa bersalah dan tidak merasa melakukan kesalahan, kenapa tidak mencoba cuek saja. Sehingga tidak ada energi positif yang terbuang percuma, berganti dengan energi kurang positif.

Jangan pernah memaksakan untuk berpikir mengubah sesuatu yang di luar kendali diri sendiri. Inilah yang sering terjadi, seseorang berusaha sekuat tenaga bahkan memaksa orang lain untuk bisa berubah. Ini adalah usaha yang sia-sia.

Yang bisa diubah adalah sesuatu yang kendalinya ada di dalam diri sendiri. Apa itu? Ya pikiran. Setiap orang bisa mengendalikan pikirannya dengan mudah. Karena itu, tidak perlu pusing dengan orang lain, cukup kendalikan diri dan pikiran, maka kita bisa merasakan apa yang ingin kita rasakan. Jika ingin merasakan bahagia, ya pikirkan dan rasakan kebahagiaan itu seketika, saat ini juga. Simpel kan?

Ingat, di awal tulisan sudah saya sampaikan, pikiran dapat membawa diri meraih bahkan menciptakan sesuatu yang sangat luar biasa. Karena itu, jangan biarkan pikiran terbelenggu dengan banyak memikirkan hal-hal tidak perlu dan menguras perasaan. Pendek kata, tak mudah baper.

Jangan biarkan energi habis untuk pikiran tidak positif. Sementara pada saat bersamaan, energi itu bisa dihabiskan untuk sesuatu yang lebih positif.

Dalam setiap kesempatan, saya kerap menerima keluhan dari klien tentang kondisi dirinya yang tidak nyaman. Merasa tidak semangat hidup, bahkan stress. Ketika dibimbing membuang semua perasaan tidak nyamannya, maka seketika itu pula klien ini merasa nyaman, plong dan lega.

Padahal, siapa yang melakukan proses terapi itu? Ya klien itu sendiri. Saya hanya membimbingnya saja. Sejatinya yang bisa mengatasinya ya dirinya sendiri.

Untuk itu, kendalikan pikiran sekarang juga. Jangan biarkan pikiran yang mengendalikan diri kita. Jika ada yang menjadi penyebab selalu berpikir kurang positif, maka hilangkan penyebabnya itu. Segera alihkan channel pikiran ke arah lebih positif. Ibarat remote televisi, diri sendiri yang bisa mengendalikan tayangan yang ingin dilihat. Jika kemudian filmnya horor atau sedih, maka ubah channel-nya ke tayangan menghibur dan menyenangkan.

Ajak dialog pikiran dengan arif dan bijaksana. Bimbing dia berpikir hanya hal-hal yang baik dan mengarah pada impian yang diharapkan. Beri dia semangat untuk melejitkan potensi secara berlipat ganda. Sehingga di tahun baru hijriah ini, benar-benar bertransformasi menjadi pribadi yang berbeda dan lebih optimistis.

Bagaimana menurut Sahabat?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun