Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Artikel Utama

Pola Asuh Ini Jadi Penyebab Anak Mogok Sekolah

2 Februari 2019   00:26 Diperbarui: 4 Februari 2019   16:45 471
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Wahai Ayah Bunda yang bijaksana, mari bertanya pada diri sendiri. Haruskah selalu memarahi anak? Benarkah membentuk karakter disiplin harus dengan amarah atau emosi berlebihan? Apakah Ayah dan Bunda ingin anak mengikuti orangtuanya karena takut? Bukankah lebih baik anak hormat dan patuh pada orangtuanya, karena si anak merasa bahwa kedua orangtuanya memang patut diteladani? Hanya Anda yang mampu menjawab pertanyaan tersebut.

Untuk menetralisir itu semua, cobalah mulai mendidik anak tanpa amarah, ancaman dan larangan. Pahamilah bahasa cinta anak, sehingga anak benar-benar merasa dicintai dan disayangi. Silakan cari artikel tentang 5 bahasa cinta untuk memahaminya. Perbaiki semua dengan meminta maaf pada anak. Tentu meminta maaf dengan cara yang tulus, personal, dan muncul dari lubuk hati paling dalam.

Tak usah malu atau gengsi meminta maaf pada anak. Bahkan ketika anak Anda sudah dewasa sekali pun, termasuk ketika anak Anda sudah berkeluarga. Anak tetaplah anak, sampai kapan pun. Meminta maaf pada anak, akan membuat hati dan perasaan semakin nyaman. Dan anak akan merasa bahwa dirinya benar-benar dicintai dan disayangi.

Jadi mulai sekarang, janganlah mencintai dan menyayangi anak-anak Anda. Tapi pastikan mereka merasa dicintai dan disayangi. Itu yang paling penting.

Bagaimana menurut sahabat?  

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun