Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Antara Menghina, Ahok dan Ahmad Dhani

28 Januari 2019   23:21 Diperbarui: 29 Januari 2019   09:50 1570
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber Foto: tribunnews

Beranda media sosial, saat ini sedang ramai dengan beberapa isu viral. Di antaranya bebasnya Basuki Tjahaja Purnama (BTP) alias Ahok yang baru dibebaskan dari penjara, serta Ahmad Dhani yang kini gantian harus masuk penjara.

Sebenarnya, ada kaitan dari kedua nama itu. Ahok masuk penjara lantaran dianggap menghina umat muslim. Sementara Ahmad Dhani juga dijatuhi hukuman juga karena dianggap melakukan penghinaan.

Maka, izinkan melalui tulisan ini saya coba mengulas kasus tersebut dari sisi energi. Sebab, setiap manusia memiliki energi. Terkadang energinya sangat penuh, namun terkadang juga drop karena berbagai hal.   

Adalah hal yang lumrah ketika ada saja seseorang yang merasa bangga dengan apa yang dimiliki saat ini. Karena itu, lantas melakukan penghinaan terhadap orang lain. Bangga berlebihan atau bisa dikatakan sombong, merupakan salah satu sifat yang secara tidak disengaja bisa muncul. 

Sebab, di setiap diri manusia, sifat ini akan selalu ada. Bergantung pada diri sendiri, mampu atau tidak mengendalikan perasaan tersebut. Sifat itulah yang secara tidak sadar sempat muncul pada Ahok maupun Ahmad Dhani.

Nah, ternyata menghina atau meremehkan orang lain merupakan salah satu sifat yang membuat energi diri sendiri bocor. Kebocoran energi akibat menghina orang lain, akan berdampak menyebabkan efek negatifnya kembali kepada mereka yang melakukan penghinaan tersebut.

Ibarat mobil yang sedang melaju kencang, maka menghina orang lain itu sama saja sedang menusukkan paku pada ban mobil tersebut. Bisa dilihat, dampaknya mobil itu akan terhambat. Hingga akhirnya putaran roda terhenti karena ban benar-benar bocor. Kalau sudah begini, mobil tak bisa melaju, otomatis mobil lain dengan mudah akan menyalip karena tidak ada perlawanan.

Itulah jawaban, kenapa orang yang melakukan penghinaan, pada akhirnya bisa disalip oleh orang yang sebelumnya dihina. Anda pernah dihina atau diremehkan orang lain? Lantas, apa yang terjadi pada orang yang menghina Anda? Apakah hidupnya lebih baik atau kini Anda sudah bisa melaluinya?

Dari penelitian seorang guru besar David R. Hawkins melalui disertasinya berjudul Qualitative and Quantitative Analysis and Calibration of The Level of Human Consciousness disebutkan, menghina atau merendahkan orang lain, level energinya rendah yakni 10 pangkat 175 lux (satuan energi cahaya).

Lantas bagaimana dengan respons orang yang dihina. Jika setelah dihina yang muncul adalah perasaan malu, maka energinya akan sangat rendah yakni 10 pangkat 20 lux. Sementara jika yang muncul perasaan bersalah, energinya 10 pangkat 30, atau perasaan putus asa energinya 10 pangkat 50 lux.

Maka, jika dihina atau direndahkan, hindari perasaan malu, putus asa atau rasa bersalah. Sebab ini akan menjadikan diri sendiri semakin drop, dan si penghina tentu energinya masih lebih besar dan merasa menang. Untuk bisa mengalahkan si penghina, maka tumbuhkan perasaan yakin akan kemampuan sendiri, energinya akan langsung naik menjadi 10 pangkat 250 lux.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun