Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

"Pintu Keluar" Harus Dibuka dari Dalam

3 September 2018   00:05 Diperbarui: 3 September 2018   00:13 454
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Di setiap kesempatan, ada saja klien yang berkirim pesan melalui whatsapp, dari mulai konsultasi masalah anak, keluarga, percintaan, hingga hal lain. Yang paling menyedihkan adalah, ketika ada klien yang bertanya, "apakah Tuhan itu benar-benar ada? Kalau memang ada, kenapa hidup saya seperti ini?" 

Menjawab pertanyaan seperti itu, tentu saja harus dimaklumi. Kondisi seseorang yang sedang drop atau terpuruk, akan sangat mudah menyalahkan keadaan, menyalahkan orang lain. Bahkan Sang Pencipta pun disalahkan, karena hidup yang diinginkan ternyata tidak sesuai dengan kenyataan.

Sebagai manusia biasa, saya pun pernah mengalami hal yang sama. Berusaha mencari jalan keluar. Berharap pertolongan datang dengan segera sesuai dengan impian. Tentu saja semakin dikejar, terkadang semakin hilang entah kemana. Harapan pun seketika menjelma menjadi rasa putus asa.

Kembali ke pertanyaan klien tadi. Tidak langsung diberikan jawaban, namun saya hanya bercerita. Saya bercerita bahwa ada sahabat saya, usahanya sukses dan berhasil. Semua impiannya bahkan bisa terwujud. Namun beberapa waktu lalu terkena serangan stroke. Hidupnya berubah total.

Harta yang dicari selama ini, seketika dikuras untuk mengobati sakitnya. Entah sudah berapa ratus juta uang di tabungannya, berpindah menjadi milik rumah sakit, dokter, hingga terapis yang merawatnya. Beruntung semangatnya tidak pernah habis, sehingga proses pengobatan pun menjadi lebih cepat.

"Alhamdulillah kondisinya saya sehat. Hanya merasa kurang beruntung. Karena kondisi keuangan saya benar-benar parah," ujar klien ini ketika mendengar kisah saya. Lalu, bukankah tidak diberikan serangan sakit adalah sebuah keberuntungan? Masih bisa berjalan, tidur, pergi kemana saja, bukankah sebuah rezeki? Satu lagi yang pasti, seperti yang pernah saya alami, bahwa jangan pernah menunggu untuk bisa membuka jalan keluar. Sebab nyatanya, kunci dari jalan keluar itu kita sendiri yang memegangnya. Harus kita sendiri yang membukanya.

Sampai di sini, klien ini langsung istigfar, menyadari kekeliruannya. Saya pun mengajarkan teknik khusus agar dirinya bisa segera bangkit. 

Setelahnya, klien merasa tiba-tiba ada energi yang kembali dari dalam tubuhnya. Luar biasanya lagi, dia mengaku, tiba-tiba banyak bermunculan ide yang seolah menunggu untuk dijalankan.  Dia pun berjanji, segera bangkit dan tidak lagi menyalahkan keadaan. Semoga lancar, demikianlah kenyataannya. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun