Media sosial heboh dengan video berdurasi 52 detik yang memperlihatkan Junaidi, perawat pria RS National Hospital Surabaya sedang dibentak seorang pasien wanita. Junaidi mengakui perbuatannya dan hanya bisa minta maaf.
Diduga, perawat tersebut melakukan pelecehan seksual dengan meremas payudara pasien yang kondisinya dianggap tidak sadar selepas operasi.
Sebelumnya, pasien menjalani operasi kandungan. Saat hendak dipindahkan ke ruang pemulihan, baju pasien dalam kondisi kurang tertutup rapat. Saat itulah, diduga sang perawat melakukan aksinya.
Meski dianggap sedang tidak sadar lalu mengapa pasien wanita ini merasakan pelecehan seksual yang dialami?
Mari melihat hal ini dari sisi cara kerja pikiran. Seperti diketahui, pikiran terbagi atas pikiran sadar dan pikiran bawah sadar. Pikiran sadar memegang kendali hanya 1 sampai 5 persen, sedangkan pikiran bawah sadar menguasai kendali jauh lebih besar yakni 95 sampai 99 persen.
Dari sini bisa diketahui, kenapa pasien wanita yang merupakan istri seorang pengacara ini, sangat mudah mengenali pelaku pelecehan seksual terhadap dirinya.
Dalam skala kedalaman pikiran yang dikeluarkan Adi W. Gunawan Institute (AWGI), level kedalaman pikiran terdiri atas level 0 (nol) sampai kedalaman paling dasar yakni level 40. Nol adalah kondisi sadar normal, sementara kedalaman 40 adalah kondisi manusia sedang tidur pulas.
Ketika pasien dibius untuk menjalani operasi, maka level kesadarannya langsung turun ke titik terendah yakni di angka 40 alias tidur pulas. Namun harus diingat, obat bius memiliki durasi tertentu. Sudah pasti durasinya disesuaikan dengan masa yang akan dihabiskan dokter untuk menjalani operasi. Termasuk ada durasi cadangan sebagai persiapan jika sewaktu-waktu proses operasi berjalan kurang lancar.
Ketika efek obat bius mulai memudar, saat itu pula, secara perlahan-lahan, level kesadaran pasien mulai naik. Dari level 40, perlahan naik ke angka 39, 38, 37, dan seterusnya, hingga kembali level nol alias sadar normal. Saat pasien mulai lepas dari keadaan tidur inilah, kondisi pikiran bawah sadar justru sangat aktif.
Dalam proses hipnoterapi klinis, level kedalaman yang diperlukan adalah di posisi 30-an. Inilah kondisi kedalaman profound somnambulism, kondisi kedalaman pikiran yang sangat tajam dalam mengakses semua data memori dan emosi apa pun yang dibutuhkan. Pada kedalaman ini pula, para hipnoterapis Adi W. Gunawan Institute melakukan proses terapi untuk membantu masalah klien.
Boleh jadi, saat dipindah ke ruang pemulihan, kondisi pasien National Hospital ini kesadarannya sudah mulai naik hingga di level 30. Pada level ini, pikiran bawah sadar pasien justru sangat tajam dan aktif dalam merekam semua data yang diterima oleh pancaindra.
Pada level kedalaman tersebut, pasien memang terlihat tidak sadar. Semua gejala fisiknya terlihat masih dalam pengaruh obat bius. Namun kenyataannya, pikiran bawah sadarnya sudah sangat aktif.
Saat sang perawat melancarkan aksi yang kurang sopan tersebut, maka semua pancaindra pasien merasakan dan merekam datanya dengan baik. Termasuk wajah pelaku pun mudah dikenali.
Maka jangan heran, ketika pasien sudah dalam kondisi sadar normal, dengan mudah semua data itu bisa muncul ke permukaan.
Itu sebabnya, jangan pernah meremehkan cara kerja pikiran bawah sadar. Semua data seseorang sejak dalam kandungan hingga menjalani kehidupannya yang ada saat ini, semua tersimpan dengan baik. Hebatnya lagi, daya tampung atas memori dan emosi ini tanpa batas. Namun, sesekali terkadang eror atau mengalami gangguan, sehingga diperlukan bantuan profesional untuk mengatasinya.
Demikianlah kenyataannya. (*)
Praktisi hipnoterapis klinis, pengurus Asosiasi Hipnoterapis Klinis Indonesia (AHKI) Pusat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H