Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tak Rela Berbagi Warisan, Ternyata Ini Penyebabnya

1 Januari 2018   09:27 Diperbarui: 1 Januari 2018   09:49 721
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Lalu apa masalahnya? "Saya susah tidur. Setiap kali ingat adik-adik saya, juga aset peninggalan orang tua, saya langsung gelisah. Bawaannya ingin marah dan uring-uringan," sebutnya.

Dampaknya secara fisik pun tidak bisa disembunyikan. Asam lambungnya berlebih, juga sering mengalami haid kurang lancar. Di kepala bagian belakang pun kerap sesekali mendapat serbuan rasa nyeri.

Saat proses terapi, yang dilakukan tentu mencari akar masalah yang menyebabkan Intan mengalami serangkaian persoalan tersebut. Di kedalaman pikiran bawah sadar yang tepat dan presisi, ternyata Intan mendarat di usia 16 tahun, ketika dia diminta ibunya membersihkan lantai ruang tamu. Ya saat itu adiknya paling bungsu sedang makan. Si adik masih berusia 4 tahun, sehingga tentu saja meninggalkan jejak berantakan setelah makan.

"Saya capek, apa pun yang dilakukan adik, saya yang harus membereskan. Kalau tidak mau, saya yang kena marah," sebut Intan.

Kejadian tersebut ternyata diperkuat lagi dengan peristiwa lain, misalnya Intan yang kurang mendapatkan dukungan ketika sekolah. Sementara adiknya, mendapat perhatian ekstra. Dari mulai les bahasa Inggris, matematika, bahkan kursus menggambar. Hal itu tidak pernah dirasakan Intan sebelumnya.

"Mainannya juga bagus-bagus. Waktu saya kecil, mainannya biasa saja," sambung Intan.

Masalah pilih kasih ini ibarat bom waktu. Puncaknya, Intan kecewa dan marah besar. Hotel yang merupakan aset satu-satunya peninggalan almarhum ayahnya, akan dijual ibunya dan akan dibagi sebagai harta warisan. Padahal selama ini, Intan lah yang mengurus dan mengelola hotel itu. Yang membuat Intan semakin meradang, usulan menjual aset itu datang dari adiknya yang paling bungsu.

Dengan teknik khusus, Intan dibimbing untuk menetralisir semua emosinya, terutama perasaan 'dendam' mendalam kepada adiknya. Proses ini pencabutan akar masalah ini tentu dilakukan di kedalaman pikiran bawah sadar. Setelah kebencian kepada adiknya sudah dihilangkan, perasaan Intan terhadap adiknya pun langsung netral. Selanjutnya, rasa sayang terhadap adiknya pun diperkuat.

Begitu juga perasaan Intan terhadap ibunya pun diperkuat, sehingga tidak merasakan kasih sayang yang pilih kasih dari ibunya. Usai proses ini, Intan mengaku lega dan plong. Saat dicek di kejadian masa kini, soal penjualan aset hotel, Intan pun merasa tetap nyaman.

"Itu memang bukan hak saya sendiri. Semua punya hak yang sama," pungkas Intan.

Usai terapi, wajah Intan tampak langsung berbeda. Senyum cerah tergambar jelas di wajahnya. Ia ingin segera pulang dan meminta maaf kepada ibunya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun