Pernahkah Anda mengetuk atau memukul mikrofon ketika hendak berbicara atau akan menyanyi? Mulai sekarang, jangan pernah melakukannya lagi. Jangan pernah menganiaya mikrofon dengan memukulnya, karena memang pelantang suara itu tidak punya salah apa-apa.
Larangan memukul mikrofon itu adalah satu dari sekian banyak etika yang patut diperhatikan sebagai seorang pembicara publik. Setidaknya, itulah yang saya dapatkan ketika mengikuti kelas pelatihan dan sertifikasi pembicara publik yang digagas Indonesian Professional Speakers Association (IPSA) di Makassar, 15 -- 17 Desember 2017 tadi.
Hari pertama pelatihan memang terungkap begitu banyak hal sepele yang tidak patut dilakukan sebagai pembicara publik. Di antaranya adalah memukul mikrofon sebelum berbicara.
"Tidak perlu dianiaya, karena memang dia tidak bersalah," pesannya.
Hal lain yang patut diperhatikan adalah, ketika melakukan kesalahan saat berbicara, tak harus panik atau gugup, serta tidak perlu menyampaikan kata 'maaf'. Cukup ganti kata 'maaf' dengan 'maksud saya'. Dengan cara itu, audiens tetap akan memahami apa yang sedang disampaikan.
Sebab, kata 'maaf' hanya akan membuat audiens menganggap sang pembicara tidak siap atau bahkan kurang kredibel dalam penyampaian materi. Yang tidak kalah pentingnya adalah, sebagai pembicara publik tetap harus mengutamakan etika dan kesopanan, tidak boleh angkuh atau sombong. Maka, peserta selalu diingatkan agar posisi dagu harus selalu rendah atau setidaknya proporsional. Jangan sampai terlalu ke atas, nanti kesannya seperti sombong.
Dalam pelatihan itu juga diajarkan olah vokal. Pengajarnya adalah Robby Habibi yang gaya penyampaiannya cukup humoris. Robby menegaskan, suara pembicara harus jelas dan berkarakter. Pria ini pun memberikan teknik khusus agar suara bisa lebih berenergi dan berkarakter. Peserta pun diberikan kesempatan praktik dengan olah vokal yang sudah diajarkan sebelumnya.
Sebagai salah satu dari 15 peserta pelatihan itu, saya jelas sangat bersyukur mendapat kesempatan menyerap materi sekaligus praktik, bahkan langsung ujian sertifikasi. Saya benar-benar diajarkan apa saja hal-hal yang harus dimiliki seorang pembicara publik.
Yang paling utama adalah ketika diajarkan bagaimana membuat konsep materi yang teratur, terukur, dan terstruktur. Sehingga, materi yang disampaikan bisa lebih lugas dan jelas, tidak bertele-tele.