Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Saatnya Belajar dari Abu Janda dan Denny Siregar

8 Desember 2017   19:26 Diperbarui: 10 Desember 2017   09:43 23473
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Maklum, tak semua pengguna media sosial mau membaca tulisan agak panjang dengan cermat dan teliti. Baru baca sekilas, langsung saja komentar. Bully itulah yang membuat saya tentu tidak nyaman. Untungnya, selain sebagai penulis, juga sesekali sebagai hipnoterapis. Dengan mudah rasa tidak nyaman itu bisa dinetralisir.

Inilah yang membuat saya jadi penasaran, bagaimana cara Abu Janda dan Denny Siregar menetralisir rasa tidak nyamannya? Atau jangan-jangan mereka memang sudah kebal, sehingga tidak perlu melakukan apa pun. Semoga suatu saat mereka membeberkan rahasianya.

Kepada Ustaz Felix Siauw juga sama. Bukankah ustaz muallaf ini juga pernah jadi korban perundungan, misalnya diusir saat akan mengisi tablig akbar? Saya juga penasaran, bagaimana cara beliau menetralisirnya. Ikhlas dan pasrah kepada Allah, itu sudah pasti. Tapi bagaimana caranya? Ini yang harus dipelajari.

Prinsipnya, hindari melakukan perundungan atau bahkan jadi korban bully. Sebab, jika energi tersedot karena bully-an, jelas akan membuat kualitas hidup menjadi terganggu. Apalagi jika terjadi terus-menerus, tentu akan berpengaruh pada kesehatan mental seseorang. Jika sahabat ada yang merasa sulit mencapai impian, atau bahkan sulit mendapat apa yang diinginkan, coba cek dalam diri sendiri. Jangan-jangan pernah melakukan bully atau sebaliknya jadi korban bully. Segera netralisir perasaan negatif itu, agar energi positif kembali meningkat dan bisa lebih mudah menggapai impian.

Maka mulai sekarang, hindari melakukan bully. Ketika ada sesuatu yang tidak nyaman, segera respons dengan positif. Contoh, ketika tahu ada papa yang mobilnya menabrak tiang listrik, langsung respons, "Alhamdulillah, bagus itu." Atau ketika papa menang praperadilan, semestinya juga langsung disambar dengan kalimat yang sama.

Memang tidak mudah. Saya pun masih belajar dan terus belajar agar energi selalu positif. Dengan terus menerus latihan, tentu energi akan semakin powerfull dan hasilnya akan dirasakan sendiri manfaatnya. Bahkan, dengan terus menjaga energi ini, seseorang akan terhindari dari serangan ilmu hitam. Semoga. (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun