Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Begini Cara Menyusun Target Melibatkan Alam Bawah Sadar

23 September 2017   18:14 Diperbarui: 23 September 2017   18:21 5245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: nova.grid.id

Penolakan pikiran bawah sadar pada target itu bisa terjadi jika targetnya dirasa tidak layak, tidak pantas, terlalu tinggi, tidak masuk akal, dll. Penolakan pikiran bawah sadar juga bisa terjadi hanya pada cara atau strategi untuk mencapai target ini.

Bagi mereka yang lahir tahun 60-an sampai 80-an, mungkin pernah ingat ketika SD atau SMP, menuliskan cita-cita di buku diary milik sendiri atau milik teman. Bahkan saat berkenalan dengan teman baru di sekolah atau dengan sahabat pena, cita-cita seolah menjadi hal wajib yang perlu dicantumkan dalam barisan biodata.

Saya ingat, ketika SD pernah menuliskan kata "penyanyi dangdut" di kolom cita-cita, pada buku diary milik salah satu teman. Sesudah menuliskan cita-cita itu, entah kenapa seolah tidak diresponse dengan baik oleh pikiran bawah sadar. Alam bawah sadar seolah memberikan sinyal bahwa cita-cita penyanyi dangdut itu kurang tepat. Nyatanya benar, saat mulai baligh, jakun tumbuh dan suara mulai menggema. Suara saya sama sekali tidak ada bagus-bagusnya, serak-serak becek. Padahal ketika SD, saya sering tampil menyanyi di atas panggung peringatan 17-an di kampung. Bahkan beberapa kali berhasil menyabet juara lomba menyanyi karaoke.

Selain penyanyi dangdut, di waktu yang sama juga pernah menuliskan kata 'artis' di kolom cita-cita pada buku diary milik teman lainnya. Hasilnya juga sama, alam bawah sadar sepertinya melakukan penolakan dan ada perasaan kurang nyaman atas cita-cita itu. Meski sejak SMP hingga kuliah di perguruan tinggi sempat tergabung dalam kelompok teater, hingga pernah bermain dalam sinetron 'Misteri Gunung Ajjung' yang ditayangkan TVRI Pusat Jakarta, nyatanya alam bawah sadar benar-benar tidak merestui cita-cita sebagai artis tadi.

Kondisi ini sangat berbeda ketika di bangku SMP, saya mulai menuliskan kata 'wartawan' di kolom cita-cita pada buku diary milik teman maupun milik sendiri. Alam bawah sadar sepertinya dengan mudah melakukan response. Bahkan beberapa kali masuk ke alam mimpi, seolah-olah saya sudah benar-benar menjadi wartawan. Sejak itu, saya menjadi sering mencari informasi tentang profesi tersebut, termasuk mencari cara bagaimana mewujudkannya.

Tak terasa, hingga sekarang sudah belasan tahun menjalani profesi sebagai wartawan. Sebab, sejak duduk di bangku kelas 2 SMA, saya sudah mengantongi kartu pers resmi dari sebuah majalah bulanan asal Cepu -- Jawa Tengah.

Begitu pula ketika menuliskan keinginan menjadi penulis buku, alam bawah sadar memberikan response luar biasa. Buku 'Cara Gampang Menjadi Wartawan' yang diterbitkan Kalika Publishing pada Agustus 2014, saya tulis hanya dalam tempo kurang dari satu bulan. Begitu pula buku pertama '250 Status Humor Fesbuk' yang diterbitkan Family Press -- Samarinda pada 2010 silam, juga hanya perlu waktu 2 pekan untuk menuntaskannya.

Menuliskan target atas impian yang ingin diwujudkan, juga dilakukan artis papan atas seperti Dian Sastrowardoyo. Dalam sebuah acara Just Alvin yang ditayangkan di Metro TV, terungkap bahwa artis yang akrab disapa Dian Sastro itu sejak duduk di bangku SMP memiliki daftar target 5 tahunan yang ingin dicapai. Catatan yang diberi nama Repelita Mimpi ditulis di selembar kertas, kemudian ditempel di dinding kamarnya. Ibundanya telah mengajarkan Dian Sastro membuat daftar impian seperti itu.

Ajaib, sebagian besar apa yang dituliskan ketika SMP itu sudah berhasil diwujudkannya. Termasuk keinginannya untuk bersekolah ke jenjang yang tinggi, dibuktikan dengan lulusnya Dian Sastro pada program pascasarjana (S-2) dengan predikat cumlaude. Prestasi itu diraih ketika dirinya sudah memiliki dua anak. Tak berhenti di situ, pemain utama dalam film fenomenal 'Ada Apa dengan Cinta' itu pun kembali mempunyai mimpi yakni melanjutkan pendidikan doktor (S-3).

Impian atau target memang harus disusun secara rinci dan detil. Setelah target dicatat dengan gamblang dan komplet, berikutnya memang perlu rutin dilakukan pengecekan apakah alam bawah sadar ini menerima atau tidak. Jangan sampai ada perasaan ragu dalam memutuskan target yang ingin dicapai.

Apalagi jika ada beberapa target yang tidak mungkin dicapai secara bersamaan, perlu ada upaya melakukan analisa pada pikiran bawah sadar. Bukankah dalam agama Islam metode ini pun sangat dianjurkan bagi yang sedang ragu, yakni melalui salat istikharah alias meminta petunjuk Allah SWT.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun