Persoalan komunikasi ini, menurutnya, saat ini juga sudah sangat mengkhawatirkan. "Berapa banyak keluarga yang kurang komunikasi karena masing-masing sudah pegang gadget. Duduk berhadapan di mal, tapi masing-masing pegang gadget," tuturnya.
Padahal, menurutnya, tidak semua bisa digantikan dengan gadget. Misalnya bersalaman atau berpelukan, hal itu tidak akan bisa digantikan dengan gadget. "Walaupun di handphone ada gambar bersalaman atau berpelukan, tetap berbeda ketika bertemu langsung," ungkapnya.
Selanjutnya, agar menjadikan anaknya saleh, keteladanan yang bisa diambil dari Nani Ibrahim adalah, selarasnya antara perkataan dan perbuatan. "Nabi Ibrahim tidak hanya menasehati atau mendoakan, tapi memberikan contoh," ujarnya.
Hal paling utama yang harus ditanamkan kepada anak-anak adalah pendidikan agama. "Silakan diberikan pendidikan umum, namun dasar utama adalah ilmu tauhid, ilmu agama," tegasnya.
Sebab, menguasai ilmu umum tanpa dilandasi ilmu agama yang kuat, maka hanya akan merusak. Sebagai contoh para ahli computer, karena tidak dilandasi agama yang kuat, lahirlah kelompok Saracen.
"Ilmunya akhirnya digunakan untuk menyebarkan kebencian dan permusuhan. Suka melihat negara ini terpecah belah," ungkapnya.
Hal tersebut tentu sangat membahayakan karena yang dilakukan bahkan mampu memunuh karakter orang lain. Dengan akun palsu yang sedemikian banyak, kebohongan yang diungkap itu akhirnya seolah menjadi kebenaran karena dianggap menjadi viral. Meski kelompok Saracen kini sudah ditangkap, namun ia yakin masih ada 'Saracen' lainnya yang belum terungkap. Harapannya agar kelompok lain ini menyadari dan kembali ke jalan Allah. Â (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H