Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Hindari Pelakor? Gunakan Cara Ini

6 September 2017   18:06 Diperbarui: 6 September 2017   20:56 3297
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ustaz Bambang Siswanto. foto pribadi

Persoalan komunikasi ini, menurutnya, saat ini juga sudah sangat mengkhawatirkan. "Berapa banyak keluarga yang kurang komunikasi karena masing-masing sudah pegang gadget. Duduk berhadapan di mal, tapi masing-masing pegang gadget," tuturnya.

Padahal, menurutnya, tidak semua bisa digantikan dengan gadget. Misalnya bersalaman atau berpelukan, hal itu tidak akan bisa digantikan dengan gadget. "Walaupun di handphone ada gambar bersalaman atau berpelukan, tetap berbeda ketika bertemu langsung," ungkapnya.

Selanjutnya, agar menjadikan anaknya saleh, keteladanan yang bisa diambil dari Nani Ibrahim adalah, selarasnya antara perkataan dan perbuatan. "Nabi Ibrahim tidak hanya menasehati atau mendoakan, tapi memberikan contoh," ujarnya.

Hal paling utama yang harus ditanamkan kepada anak-anak adalah pendidikan agama. "Silakan diberikan pendidikan umum, namun dasar utama adalah ilmu tauhid, ilmu agama," tegasnya.

Sebab, menguasai ilmu umum tanpa dilandasi ilmu agama yang kuat, maka hanya akan merusak. Sebagai contoh para ahli computer, karena tidak dilandasi agama yang kuat, lahirlah kelompok Saracen.
"Ilmunya akhirnya digunakan untuk menyebarkan kebencian dan permusuhan. Suka melihat negara ini terpecah belah," ungkapnya.

Hal tersebut tentu sangat membahayakan karena yang dilakukan bahkan mampu memunuh karakter orang lain. Dengan akun palsu yang sedemikian banyak, kebohongan yang diungkap itu akhirnya seolah menjadi kebenaran karena dianggap menjadi viral. Meski kelompok Saracen kini sudah ditangkap, namun ia yakin masih ada 'Saracen' lainnya yang belum terungkap. Harapannya agar kelompok lain ini menyadari dan kembali ke jalan Allah.  (*)

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun