MASJID AGUNG PELITA -- Rezeki sedang sulit, utang bertumpuk dan terus bertambah. Lantas apa sebenarnya yang harus dilakukan untuk bisa lepas dari masalah tersebut? Hal itulah yang dibeber penulis buku 'Mustahil Miskin', Ustaz Luqmanulhakim dalam tausyiah subuh di Masjid Agung Pelita Samarinda, (7/8/2017). Â Â
Pemimpin Pondok Modern Munzalan Ashabul Yamin Pontianak ini mengakui, sebagai manusia biasa, pernah mengalami hal yang sama. "Hidup babak belur, banyak utang," katanya.
Kondisi tersebut membuat dirinya juga melakukan kesalahan fatal. Kesalahan fatal yang pernah dilakukannya adalah, merasa bahwa dirinya ditinggalkan oleh Allah.
"Saya sempat membatin, saya ini alumni pesantren. Kenapa hidup saya begini," ujarnya mengisahkan masa lalunya.
Semakin menyalahkan keadaan, kondisi hidupnya dirasakan semakin parah. "Utang bertumpuk, masalah malah semakin ruwet" kata pria berusia 33 tahun ini.
Hingga akhirnya, saat bercermin dan merenungi dirinya, pria lulusan S2 Public Relation dari salah satu perguruan tinggi di Malaysia menyadari, dialah yang meninggalkan Allah.
Maka, yang dilakukan Ustaz Luqman yakni memperbaiki ibadahnya. Termasuk mulai salat berjamaah, tak terkecuali subuh. Ia menyampaikan, tak banyak orang yang mampu ke masjid untuk salat subuh berjamaah. Padahal sudah disebutkan dalam hadits Rasulullah, salat dua rakaat sebelum subuh itu lebih utama dibandingkan dunia dan seisinya.
"Selama ini, bagaimana bisa membangun bisnis, kalau bangun subuh saja susah," katanya. Karena itu, ia merasa bersyukur ketika melihat kenyataan jumlah jamaah salat subuh di Masjid Agung Pelita Samarinda cukup ramai.
Secara perlahan, setelah kembali ibadah dan memohon ampunan, pria ini mengakui hidupnya selalu dicukupkan. "Finansial mungkin belum banyak, tapi selalu dicukupkan dan dibebaskan dari utang," katanya.
Hingga tak terasa, pondok pesantren yang ia pimpin di Pontianak, kini memiliki aset dari wakaf jamaah totalnya mencapai Rp 20 miliar. "Bahkan ada jamaah yang wakaf tanah sampai 5 ribu hectare," imbuhnya. Pondok pesantren yang dipimpinnya pun kini membina 37 panti asuhan dan penghafal Quran yang tersebar di berbagai daerah di Indonesia.
Masih terkait dengan masalah tersebut di atas, Ustaz Lukman kemudian menyampaikan kisah ulama besar Imam Hasan Al Basri. Ketika itu Imam Hasan Al Basri menerima kedatangan jamaah yang mengeluh tentang musim kemarau berkepanjangan, tak kunjung hujan.
"Imam Hasan Al Basri menjawab, perbanyak istighfar dan minta ampun kepada Allah. Ajak sebanyak-banyaknya orang untuk minta ampun, itu saja," katanya.
Berikutnya, ada lagi jamaah yang mengeluhkan kondisi ekonominya yang berantakan, bangkrut. "Jangankan untuk menghidupi keluarga, untuk makan saja susah," kisahnya. Ternyata jawaban Imam Hasan Al Basri tetap sama, diminta untuk perbanyak istighfar dan minta ampun kepada Allah.
Kemudian, ada lagi yang datang mengeluhkan kondisinya yang belum mendapatkan keturunan, padahal sudah berpuluh tahun menikah. "Imam Hasan Al Basri juga menjawab, istighfar, termasuk ajak istri dan orang di sekeliling untuk memohon ampun kepada Allah," sambungnya.
Terakhir, masih ada lagi yang mengeluhkan kebun dan sawahnya gagal panen. Apakah Imam Hasan Al Basri memberikan nasihat? Ternyata tidak. Jawabannya juga diminta agar istighfar dan mengajak orang di sekeliling untuk meminta ampun.
Mendapati hal tersebut, ada murid Imam Hasan Al Basri merasa ada yang aneh. "Kami tidak meragukan semua ilmu yang Anda miliki. Tapi kenapa jawaban untuk empat masalah itu sama?" kata Ustaz Luqman menirukan pertanyaan murid Imam Hasan Al Basri.
Ternyata, jawaban Imam Hasan Al Basri kembali merujuk pada jawaban dari Allah, yakni terdapat di Alquran Surat Nuh ayat 10 -- 12.
(10) (11) (12)
"Maka aku katakan kepada mereka: 'Mohonlah ampun kepada Tuhanmu, sesungguhnya Dia adalah Maha Pengampun, niscaya Dia akan mengirimkan hujan kepadamu dengan lebat, dan membanyakkan harta dan anak-anakmu, dan mengadakan untukmu kebun-kebun dan mengadakan (pula di dalamnya) untukmu sungai-sungai." (QS. Nuh: 10-12)
"Jawabannya memang tepat. Allah bisa membuat kemarau jadi turun hujan. Menjamin rezeki, memberikan keturunan hingga membuatkan kebun baru. Lalu kenapa manusia masih berharap kepada yang lain?" pungkasnya. (eff)
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI