Bagi yang sudah rutin melakukan donor darah, mendapat tusukan jarum suntik di bagian lengan adalah hal yang biasa. Namun bagaimana dengan mereka yang punya rasa takut dengan besi kecil namun tajam dan mampu menembus kulit ini? Mitha adalah salah satunya. Â
"Dulu waktu kecil, melihat jarum biasa saja. Pas sudah sekolah, waktu ada imunisasi, ada teman yang takut. Sejak itu saya juga ketakutan," sebut Mitha, karyawati Martha Tilaar Salon & Day Spa Samarinda, Minggu (6/8) tadi.
Mitha memang sangat ingin bisa mendonorkan darahnya. Secara fisik, dirinya sudah memenuhi persyaratan. Satu-satunya kendala adalah rasa takutnya terhadap jarum ini.
Ketika di tempatnya bekerja ada acara donor darah bekerja sama dengan Ehipassiko Foundation dan Bubuhan Donor Darah Samarinda, Mitha sangat ingin berpartisipasi. Namun lagi-lagi, belum ada keberanian berhadapan dengan jarum suntik.
Sebagai partisipan Bubuhan Donor Darah Samarinda (BDDS), saya kebetulan juga ikut donor di Martha Tilaar. Setelah berhasil mendonorkan darah ke-52 kali, saya pun diminta pegiat BDDS, Wiyanto Lesmana untuk membantu karyawati Martha Tilaar yang takut jarum suntik ini.
Memanfaatkan salah satu ruangan di lokasi tersebut, Mitha bersedia dibantu untuk mengatasi rasa takutnya terhadap jarum suntik ini. Wanita ini kemudian diminta menyampaikan, apa saja emosi dan perasaan yang muncul ketika melihat atau membayangkan tentang jarum suntik.
"Takut, sakit, ngeri, deg-degan, mau nangis, gemetar, pucat, lemas." Demikian sederet emosi dan perasaan yang diungkapkannya terkait jarum suntik. Mitha kemudian disarankan meminum sedikit air putih sebelum dilakukan proses terapi.
Emosi rasa takut terhadap jarum suntik yang awalnya di angka 8, turun di angka 6. Mitha kemudian dibimbing untuk menekan titik sore spot ditambah dengan membaca kalimat set up yang sudah saya persiapkan. Setelah itu, emosinya langsung turun lagi di angka 3 dan kemudian dibimbing untuk melakukan finishing touch. Â Â
Mitha merasa lebih nyaman, dan siap untuk melakukan donor darah. Segera dia diminta mengisi formulir, dan dilakukan pemeriksaan awal. Saat ujung jarinya ditusuk jarum untuk mengetahui golongan darahnya plus mengetahui kadar hemoglobinnya, Mitha terlihat tenang.
"Tapi saya belum sarapan," kata pemilik golongan darah B ini. Maka petugas Palang Merah Indonesia pun memberikannya kesempatan untuk makan terlebih dahulu, baru kemudian diambil darahnya.
Tiba saatnya proses donor dilakukan, Mitha pun siap melakukannya. Meski mengaku sudah nyaman, namun dia berpikir dirinya masih takut. Beberapa temannya pun memberikan semangat agar dia santai saja.
Sembari menutupi wajahnya dengan tangan kanannya, lengan kiri Mitha akhirnya sukses ditembus jarum. Darahnya pun mulai mengalir menuju kantong darah. Saat itu juga, Mitha sukses melawan rasa takutnya.
"Sakitnya sedikit saja, pas waktu ditusuk. Setelah darahnya keluar, biasa saja," katanya. Selamat ya Mitha. Semoga darah yang disumbangkan, bisa menyelamatkan orang lain yang membutuhkan. (eff) Â
 Â
 Â
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H