Jika umumnya langit-langit masjid terdapat setengah lingkaran mengikuti kubah, di masjid ini langit-langitnya rata. Pada bagian langit-langit masjid inilah terdapat lafaz Allah. Â Â
Begitu memasuki ruang salat utama masjid ini, jamaah dimanjakan dengan dinginnya suhu ruangan serta empuk dan lembutnya karpet masjid ini. Bagi yang pernah salat di Masjid Nabawi Madinah, seketika akan terasa seperti kembali ke masjid yang menyimpan tubuh Rasulullah itu. Tak terasa air mata pun mengalir ketika media ini menunaikan salat tahiyatul masjid, mengagumi keberadaan masjid ini.
Awalnya, bangunan lama masjid ini berdiri di atas lahan 0,9 hektare dengan luas bangunan 1.100 meter persegi. Dengan luasan itu, masjid hanya mampu menampung 500 jamaah. Sementara dengan tambahan bangunan baru, sekitar 300 meter dari bangunan lama, kini kapasitasnya diklaim mampu menampung 2.500 jamaah. Saat ini, secara total komplek Masjid Namira memiliki lahan seluas 2,7 hektare dengan luas bangunan 2.750 meter persegi.
Setelah diperluas, bangunan baru masjid ini akhirnya mulai digunakan 2 Oktober 2016. Bangunan baru itu pertama kalinya digunakan untuk salat tarawih pada momen Ramadan 2017 tadi.Â
Kenapa diperluas? Salah satu petugas masjid yang mewanti-wanti untuk tidak perlu disebutkan namanya menyampaikan, jumlah jamaah yang terus membeludak menjadikan pihak yayasan terdorong membangunan masjid lebih besar. Tak lupa, areal parkir juga diperluas. Sebab pengalaman sebelumnya, banyak kendaraan kesulitan parkir ketika masjid masih menggunakan bangunan lama, sejak beroperasi 1 Juni 2013 silam.Â
Tidak diketahui dengan jelas berapa dana yang diperlukan untuk membangunan masjid ini. Baik bangunan lama maupun baru. Belum lagi biaya untuk membayar gaji petugas kebersihan dan perawatan masjid. Biaya lain yang tidak kalah besarnya adalah membeli dan mendatangkan kiswah kakbah tersebut. Termasuk secara rutin takmir masjid ini harus mengeluarkan dana untuk mendatangkan parfum langsung dari Arab Saudi, yang aromanya memang khas untuk kiswah kakbah.
Namun konon, biaya perawatan masjid ini setiap bulan sekitar Rp 200 juta. Ini jika mengacu pada jumlah petugas hingga untuk keperluan membayar rekening listrik dan untuk kebutuhan air bersih. Imam di masjid ini sengaja dipilih para penghafal Alquran yang memiliki gaya bacaan seperti hafiz dari Arab Saudi.
Harapannya, mereka yang belum berkesempatan umrah atau haji, bisa ikut merasakannya. Sementara bagi yang sudah pernah pergi ke Tanah Haram tersebut, bisa meluapkan kerinduannya di masjid ini.
Untuk urusan kebersihan, terlihat peralatan yang dimiliki sangat lengkap. Termasuk mobil penyedot debu hingga tangga hidrolik yang bisa membantu mengangkat petugas untuk membersihkan bagian atas bangunan masjid.
Keberadaan masjid ini juga seolah menyatu dengan alam. Selain karena dikelilingi sawah, di areal masjid pun tampak asri dengan taman yang nyaman dipandang mata. Di sepanjang jalan masuk juga banyak pot yang di atasnya terdapat pohon bonsai.
Bahkan di depan selasar yang menghubungkan bangunan utama menuju ruang wudhu, terdapat pohon bonsai setinggi dua meter dengan bentuk sangat artistik. Tak heran jika lokasi ini juga kerap menjadi latar untuk berswafoto. Beberapa kursi ayunan juga bisa digunakan untuk bersantai, menikmati suasana.