Banyak komunitas di Tanah Air. Bubuhan Donor Darah Samarinda (BDDS) adalah satu di antara banyak komunitas yang fokus pada upaya membantu pasien yang sedang memerlukan transfusi darah. Baru satu tahun, tapi hasilnya patut diacungi jempol. Beberapa keluarga pasien pun sangat terbantu dengan adanya komunitas ini.
Seperti yang dikisahkan Dedy Zulkarnaen. Sudah 20 bulan, Dedy harus sering bolak-balik ke Palang Merah Indonesia (PMI) Samarinda mencarikan darah untuk anaknya, Rafli Zulkarnaen yang berusia 7 tahun. Buah hatinya itu terkena leukemia alias kanker darah, sehingga harus rutin melakukan transfusi darah termasuk menjalami kemoterapi.
"Golongan darah anak saya AB, kadang sulit mencari pendonor AB. Kalau stok darah di PMI terbatas, saya harus ke sana ke mari mencari pendonor," sebut Dedy Zulkarnaen, di sela acara ulang tahun komunitas BDDS, di halaman Palang Merah Indonesia (PMI), Minggu (18/6).
Beruntung, sejak pertengahan 2016 lalu, awal mula terbentuknya BDDS, Dedy kemudian kerap dibantu komunitas ini untuk memenuhi kebutuhan darah anaknya. "Saya tinggal komunikasi dengan Mas Wiyanto Lesmana dari BDDS. Biasanya tidak lama, stok darah yang dibutuhkan langsung ada," ujarnya.
Senada dikisahkan Rahmad Hidayat yang anaknya juga mengalami leukemia. Anaknya M Alsyahbani yang berusia 1 tahun, juga kerap membutuhkan pendonor darah. "Tadinya juga bingung ketika dokter bilang, anaknya perlu pendonor darah apheresis. Saya kemudian dikasih tahu untuk menghubungi bubuhan donor darah. Alhamdulillah sangat membantu," tuturnya.
Dedy Zulkarnaen dan Rahmad Hidayat sengaja diundang di peringatan hari jadi BDDS, mewakili keluarga pasien yang selama ini selalu membutuhkan transfusi darah. Keduanya diminta menyampaikan testimoni agar para pendonor dari komunitas ini semakin semangat dan yakin, bahwa apa yang mereka lakukan memang sangat bermanfaat untuk orang lain.
Sementara itu, Ketua BDDS Budi Haryanto menyampaikan, terbentuknya komunitas ini berawal dari iseng. "Coba mengumpulkan pendonor di media sosial, akhirnya terbentuk seperti sekarang," katanya.
Awalnya, masing-masing anggota juga tidak saling kenal dan tidak pernah bertemu. "Setelah komunitas terbentuk, barulah bertemu. Itu pun hanya beberapa kali bertemu. Lebih banyak komunikasi di grup media sosial," tuturnya.
Ia pun berharap, semakin banyak orang yang mau mendonorkan darahnya. "Seharusnya PMI tidak akan pernah kehabisan stok darah, karena faktanya jumlah orang yang sehat lebih banyak ketimbang yang sakit," ujarnya. Namun, masih banyak yang enggan mendonorkan darahnya sehingga PMI selalu kesulitan stok darah pada saat tertentu, termasuk Ramadan ini.
Untuk itu, ia bermimpi kelak tidak ada lagi pesan berantai yang berisi keluarga pasien membutuhkan pendonor. Mimpinya, stok darah PMI selalu tersedia karena jumlah pendonor terus meningkat.Â
Ia pun mengajak anggota BDDS terus melakukan edukasi agar semakin banyak pendonor, termasuk manfaat yang akan dirasakan para pendonor. Harapannya, Samarinda bisa menjadi lumbung darah bagi Kaltim, dan bisa memasok kebutuhan darah daerah lain di Kaltim.
Salah satu edukasi yang disampaikan adalah, masih banyaknya warga yang menganggap PMI berjualan darah. "Pendonor memberikan darahnya gratis, tapi pasien disuruh bayar, sehingga PMI dianggap bisnis darah," sebutnya. Padahal, yang ditagihkan ke pasien adalah biaya pengolahan darah, termasuk membayar gaji pegawai PMI. Di Samarinda misalnya, ada 43 karyawan PMI yang perlu diberikan dana operasional. Termasuk kebutuhan untuk mengolah darah yang tentunya memerlukan biaya tersendiri.
"PDAM itu mengambil air sungai juga gratis, tapi kan perlu diolah dan perlu bayar karyawan, makanya pelanggan juga bayar," imbuhnya.
Ketua PMI Samarinda Fakhrudin Noor juga mengakui, keberadaan Bubuhan Donor Darah Samarinda memang sangat membantu keluarga pasien yang sedang kritis dan memerlukan darah dari pendonor segera. "Mereka benar-benar relawan yang benar-benar tulus membantu," sebutnya.
Senada disampaikan Kepala Unit Transfusi Darah Samarinda dr Asmarani Tenri yang juga merasa terbantu satu tahun terakhir dengan keberadaan komunitas pendonor darah ini. "Dulu, sebelum ada Bubuhan Donor Darah, kadang pasien kesulitan pencari pendonor sendiri. Sekarang, tinggal minta bantuan teman-teman relawan, ada saja pendonor yang siap memberikan darahnya," ungkapnya.
Ia berharap, keberadaan komunitas ini terus eksis dan terus membantu Palang Merah Indonesia, terutama ketika stok darah menipis.
Kepala Markas PMI Kaltim Mesdiono juga mengakui militansi Bubuhan Donor Darah Samarinda. "Apa yang dilakukan kawan-kawan di Samarinda ini juga sudah kami sampaikan ke PMI di provinsi lain. Mereka juga sangat antusias dan siap mengadopsi apa yang sudah dilakukan BDDS," bebernya.
Salah satu keunggulan BDDS adalah benar-benar membantu pasien dengan jemput bola sekaligus melakukan verifikasi kebenaran informasi yang menyebar tentang kebutuhan darah. "Jangan sampai informasi pasien yang butuh darah itu hanya hoax," pungkasnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H