Ujian nasional, apa pun namanya, baik pakai kertas pensil maupun berbasis komputer, menjadi momok tersendiri bagi para pelajar. Berbagai cara pun dilakukan oleh pihak sekolah, untuk membantu siswa agar bisa lulus di ujian nasional. Dari mulai melalukan uji coba, les, jam belajar tambahan, hingga doa bersama. Pendek kata, semua dilakukan agar hasilnya tidak mengecewakan.
“Kami sudah memberikan motivasi, juga semangat kepada para siswa. Tapi, masih ada saja yang kurang maksimal,” sebut Novia Setyawati, kepala SMP Yasporbi II Jakarta, saat berdiskusi dengan saya melalui media sosial.
Memberikan semangat dan motivasi kepada para siswa, jelas tidak ada yang salah. Ibarat mobil, motivasi itu adalah pedal gasnya. Semakin kuat motivasi diberikan, kian dalam pula pedal gas ditekan, harapannya mobil bisa melaju semakin kencang. Namun, ada yang dilupakan, saat pedal gas ditekan, rem tangan ternyata belum dilepas. Jadi, meski pedal gas ditekan dalam-dalam, mobil tidak juga bisa berjalan dengan kencang. Kenapa? Karena rem tangan yang belum dilepas tadi. Rem tangan ini ibarat perasaan tidak nyaman, takut, gugup, kurang percaya diri, dan berbagai emosi negatif lain.
Karena itu, yang sebagian besar dialami siswa menjelang ujian nasional adalah perasaan stress atau tidak nyaman. Akibatnya, upaya apa pun yang sudah dilakukan, terkadang hasilnya tetap kurang nendang. Inilah yang dinamakan mental block alias hambatan dari dalam diri yang sudah terlanjur terbentuk. Jika ini tidak diatasi terlebih dahulu, maka tetap saja siswa merasa kurang nyaman. Baik itu takut, deg-degan, cemas, berdebar, dan berbagai perasaan negatif lainnya.
Bagi yang tidak paham mengenai hal ini, jangan heran jika kemudian melakukan hal-hal di luar nalar. Dari mulai membeli kunci jawaban, hingga pergi ke dukun. Bahkan yang terbaru, seorang kepala sekolah di Malang, Jawa Timur, melakukan terapi setrum pada muridnya. Muridnya jelas bukan semakin pintar, tapi malah mengalami pusing dan mual.
Lalu bagaimana cara membantu siswa agar menjalani ujian nasional dengan mudah? Caranya adalah dengan membereskan mental block dari dalam diri setiap siswa.
Setiap tahun misalnya, saya rutin membantu siswa SD Islam Al Hikmah Samarinda Seberang, Samarinda-Kalimantan Timur, agar lepas dari berbagai mental block tersebut. Di antaranya siswa diajarkan teknik Advanced-Emotional Freedom Technique(EFT) agar bisa melepas semua perasaan tidak nyamannya.
Secara bersama-sama, siswa juga dibimbing untuk masuk ke kondisi relaksasi pikiran yang dalam dan menyenangkan, kemudian masing-masing diarahkan untuk membentuk konsep dirinya. Setelah semua nyaman, maka siswa tentu tidak lagi merasa takut, gugup, cemas, khawatir, hingga semua perasan yang mengganggu.
Setelah semua perasaan tidak nyaman lenyap, para siswa pun dibimbing untuk menuliskan impiannya masing-masing. Ini adalah cara agar pikiran bawah sadar menerima, mengerti, memahami, dan menjalankan program impian baru yang akan ditanamkan.
Para siswa seperti biasa sangat antusias menuliskan semua impiannya. Usai menuliskan impian ini, masing-masing siswa juga dibimbing untuk memperkuat vibrasi impian ini, agar lebih mudah terwujud.
Di akhir sesi, impian ini digantungkan di sebuah balon, dan diterbangkan bersama-sama. Para siswa sangat antusias, bahkan sebagian besar matanya sampai berkaca-kaca, dengan keyakinan penuh, kelak semua impiannya bisa terwujud. Tak hanya siswa, para guru, termasuk saya sendiri, tak mau ketinggalan mengikuti prosesi ini.