Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama FEATURED

Antara Koruptor, Air Keras, dan Novel Baswedan

12 April 2017   19:51 Diperbarui: 7 November 2019   11:45 2120
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Ingat, tidak ada bayi yang dilahirkan langsung menjadi koruptor. Perilaku korup lahir karena banyak hal. Dari mulai keadaan, sistem, atau karena kerakusan. Semua bergantung pada nilai (value) yang dimiliki setiap pikiran bawah sadar manusia.

Awalnya, boleh jadi korupsi karena sistem. Manusia ini masih pasif, dan menerima manfaat dari kegiatan korupsi yang dilakukan orang lain melalui sistem. Begitu hasilnya dirasakan nyaman dan enak dinikmati, maka tumbuhlah nilai atau value di pikiran bawah sadar, bahwa uang hasil ‘sistem’ itu enak.

Maka, mulai ada pergeseran yang awalnya pasif, menjadi aktif menciptakan sistem tersendiri untuk mendapatkan kekayaan yang lebih cepat dan mudah. Jika ini berhasil, maka value di pikiran bawah sadar semakin kuat dan meningkat, bahwa uang hasil ‘sistem’ memang benar-benar sangat nikmat.

Itulah yang kemudian memberikan penguatan, sehingga perilaku ‘korup’ disetujui dan dijalankan pikiran bawah sadar secara otomatis. Apa pun yang dikerjakan, harus ada ‘sistem’ yang membuat uang mengalir dengan mudah ke pundi-pundi yang sudah disiapkan.

Lantas, kenapa sampai berani menyiram air keras? Siapa pun yang sedang nyaman kemudian diusik, pasti marah.

Coba saja anda sedang PW alias posisi wenak, kemudian diganggu, pasti tidak nyaman. Nah, aktivitas KPK yang sedang mengganyang para koruptor, tentu membuat pikiran bawah sadar pelaku korup merasa terancam.

Ingat, pikiran bawah sadar sudah menjalankan sistem korupsi secara sistematis. Maka, pikiran bawah sadar pun siap menghadapi program apa saja yang menggagalkan upaya korupsi ini. Perintah pikiran bawah sadar inilah yang kemudian membangunkan bagian diri koruptor yang memegang kendali kejahatan.

Saat bagian diri manusia yang jahat sudah aktif dan memegang kendali operasi di pikiran, semua logika dan akal sehat tidak berlaku. Itulah yang membuat pelaku kejahatan bisa melakukan pembunuhan sadis, mutilasi, membakar hidup-hidup, hingga menyiram air keras.

Dari sini, kadar jahat sang koruptor levelnya masih nanggung. Kenapa? Karena tidak mau langsung menghabisi. Kalau level jahatnya lebih tinggi, tentu lebih mudah langsung melakukan penembakan dari jarak jauh, dan Novel Baswedan pasti langsung tewas.

Sang koruptor seolah ingin menitip pesan, semua bisa dilakukan negosiasi dan berharap dirinya tidak diganggu atau diusik. Sang koruptor lupa, bahwa KPK mendapat dukungan penuh dari rakyat. Energi rakyat tentu tidak bisa dikalahkan dengan mudah. Maka, perhitungan koruptor dalam hal ini, salah besar.

Namun yakinlah, andai sang koruptor membaca tulisan ini, saya hanya ingin berbicara bagian diri pelaku yang bijaksana.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun