“Ada yang bilang, saya tidak boleh jatuh hati sama orang yang lebih tua,” tutur Indah, menyampaikan apa yang muncul dari dalam dirinya.
Proses terapi pun kembali dilanjutkan, untuk mencari akar masalah terkait perasaan suka terhadap pria yang lebih dewasa. Ternyata, saat duduk di bangku SLTA, ayah Indah wafat. Inilah yang menyebabkan Indah membutuhkan sosok ayah. Akibatnya, Indah selalu merasa nyaman setiap kali ada pria dewasa yang memberikan perhatian. Baginya, itu sebagai pengganti kasih sayang dari ayahnya.
Kembali, restrukturisasi dilakukan. Semua emosi dan perasaan tidak nyaman dinetralisir. Hasilnya, klien merasa nyaman dan lega. Sebelum dibawa naik dari kondisi relaksasi, kembali dilakukan evaluasi ulang. Hasilnya, tetap nyaman dan tidak lagi ada masalah.
Usai proses terapi yang memakan waktu lebih 2 jam, klien akhirnya dibimbing naik dari kondisi relaksasi. Wajahnya tampak cerah dengan mata berkaca-kaca. Meski tampak kelelahan akibat proses terapi yang menguras energi, namun senyum tak pernah lepas dari bibirnya.
“Ternyata itu ya penyebabnya? Pantesan. Walaupun ada yang suka juga dengan saya, tapi karena usianya lebih muda, saya merasa biasa saja,” bebernya selepas proses terapi.
Ia pun menyadari, selama ini kurang mendapatkan pujian dari orang tua, dan orang-orang terdekatnya. “Makanya kadang saya merasa sudah berbuat maksimal, tapi ya tetap saja kurang dianggap,” tuturnya.
Namun, kini Indah mengaku sebagai pribadi yang baru dan berbeda. “Keluarga tetap yang utama,” pungkasnya.
Demikianlah kenyataannya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H