Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Meski Diblur, Sejatinya Farah Quinn Tetap Terlihat 'Telanjang'. Kok Bisa?

2 April 2017   12:07 Diperbarui: 4 April 2017   18:29 11466
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Semenjak mendalami teknologi pikiran, saya termasuk orang yang sangat-sangat jarang berada di depan televisi. Meski saya juga masih berprofesi sebagai wartawan, namun saya tidak mau membiarkan pikiran bawah sadar saya terpapar dengan berita-berita yang menguras energi dan membuat perasaan tidak nyaman.

Karena itu, ketika menjalankan pekerjaan sebagai editor, saya selalu perintahkan bagian diri saya yang mengoreksi berita agar dilakukan dengan cepat dan teliti. Saya juga meminta bagian ini untuk tidak perlu memasukkan berita negatif itu ke dalam pikiran bawah sadar. Hasilnya memang sangat efektif, sehingga pikiran tidak banyak terkontaminasi dengan berita-berita negatif.

Lantas kenapa sampai melihat tubuh Farah Quinn yang diblur? Karena saya jarang menonton televisi, terutama jarang menonton berita. Maka ketika kebetulan berada di depan televisi, saya akan mencari acara yang membuat perasaan nyaman alias feel good. Nah di antara acara yang saya anggap membuat perasaan nyaman adalah acara jalan-jalan dan masak-memasak, serta satu lagi stand up comedy.

Nah, kebetulan, saat memindah channel layanan televisi berbayar itu, tersangkut di acara traveling salah satu stasiun TV. Saya langsung berhenti di channel ini, karena merasa ada yang ganjil. Sekilas ada wanita yang terlihat gambarnya selalu diblur, alias dibuat tidak jelas.

Wanita itu tidak lain dan tidak bukan adalah Farah Quinn, maestro memasak Tanah Air yang memang dikenal memiliki tubuh yang aduhai bagi kaum adam. Cara berpakaiannya yang selalu membiarkan bagian dadanya sedikit terbuka, membuat pihak stasiun televisi harus melakukan sensor. Bahkan di acara yang saya tonton, hampir satu tubuh Farah Quinn disensor, karena sedang berenang menggunakan bikini.

Percayalah, tidak jelasnya gambar yang menampilkan Farah Quinn ini justru membuat pikiran penontonnya tersiksa. Kenapa? Rasa kepo alias penasaran merupakan sifat bawaan yang cukup mendominasi di dalam pikiran bawah sadar. Maka, sejatinya stasiun televisi justru membuat sukses penontonnya untuk terus bertahan di salurannya.

Pikiran bawah sadar, secara alamiah, akan menggabungkan sendiri potongan kata atau gambar yang tidak jelas, sesuai dengan persepsi dan imajinasinya sendiri. Diperintah atau tidak, pikiran bawah sadar akan selalu mencari padanan yang pas atas kata atau gambar yang tidak jelas.

Maka, meski tayangan yang menampilkan Farah Quinn itu diblur, di dalam pikiran bawah sadar para pria pada umumnya, tubuhnya tetap terlihat utuh, sesuai dengan persepsi masing-masing. Kenapa? Sekali lagi, karena pikiran bawah sadar tidak suka dengan hal yang kurang jelas atau terpotong. Bagian yang tidak jelas dengan sendirinya akan direkonstruksi kembali supaya utuh. Terlepas bahwa rekonstruksi yang dilakukan itu benar atau salah.

Mau contoh? Ketika saya menuliskan ‘va*i**’, maka pikiran bawah sadar Anda langsung bekerja, mencari kata yang tepat untuk mengganti bagian yang hilang atau bertanda bintang itu. Lantas, adakah di antara pembaca yang berhasil menebak kata ‘varian’ tersebut? Jika Anda benar menebak kata di atas, maka Anda normal. Jika salah, ya Anda tetap normal, karena itulah persepsi Anda.

Sekali lagi, ketika saya menuliskan ‘m*m*k’, maka Anda pun dengan bebas meneruskan kata ini. Yang saya maksudkan di atas adalah ‘mimik’. Maka benar tidaknya jawaban Anda, sama sekali tidak menjadi persoalan. Yang penting pastikan pikiran bawah sadar Anda masih normal, karena bisa bekerja dengan cepat dan tanggap untuk mengurai sesuatu yang belum jelas.

Maka sejatinya, upaya Komisi Penyiaran Indonesia (KPI) yang ‘memaksa’ televisi untuk mengaburkan gambar yang dinilai seronok, tak akan berpengaruh banyak pada penonton yang pikiran bawah sadarnya sudah terbiasa menerjemahkan gambar secara bulat dan utuh sesuai persepsinya.

Akan lebih baik, KPI dengan tegas dan jelas meminta stasiun televisi membuat tayangan yang menampilkan pelakon dengan pakaian yang tentu sesuai kaidah dan norma ketimuran yang dijunjung tinggi. Sehingga, tidak membiarkan pikiran bawah sadar liar dengan sendirinya dalam menerjemahkan gambar yang diblur.

Bagaimana menurut Anda?  

   

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun