Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Boleh Jadi, Ini Penyebab Ridho Rhoma Terjerat Narkoba

26 Maret 2017   21:45 Diperbarui: 27 Maret 2017   18:00 3196
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mengejutkan. Begitulah komentar sebagian besar orang ketika mendapati kabar, M Ridho Roma terjerat kasus narkoba. Anak dari raja dangdut Rhoma Irama ini ditangkap dengan barang bukti sabu 0,7 gram dan membuatnya harus berurusan dengan hukum. Ditangkapnya Ridho membuat senarai artis yang kena cengkeram jeratan narkoba semakin panjang.

Hukuman berat bagi para budak narkoba ternyata belum sangkil mangkus dalam menghentikan peredaran barang haram tersebut. Karena itu, semburan kalimat tanya pun seketika menyeruak ke permukaan. Apa yang menyebabkan para pesohor selalu dekat dengan zat memabukkan ini?

Tenar sudah pasti, harta pun sudah jelas mengikuti. Lalu apalagi yang mereka cari? Adakah sesuatu yang belum didapati sehingga mudah sekali tergoda mengonsumsi si narkoba yang seolah menjadi mahkluk yang seksi?

Sebagai praktisi hipnoterapi berbasis teknologi pikiran, izinkan saya mencermati kasus pengguna narkoba ini berdasarkan pengalaman di ruang praktik. Dari temuan di ruang praktik, umumnya klien tergelincir mengonsumsi barang haram dikarenakan kondisi baterai kasih yang kosong.  

Mudahnya seperti ini. Bayangkan saja saya dan Anda adalah sebuah smartphone. Nah, sebagai telepon cerdas, tentu daya atau baterainya harus selalu penuh. Coba perhatikan jika telepon pintar Anda kehabisan baterai. Tentu saja tidak bisa melakukan panggilan, atau sekadar berkirim pesan. Apalagi berselancar di belantara maya, jelas tidak akan bisa. Maka, supaya fungsi smartphone kembali maksimal, baterainya harus selalu terisi.

Pengisian baterai yang tepat adalah dilakukan melalui sambungan listrik. Dalam hal ini listrik dari PLN. Nah, sebagai manusia, yang bertindak sebagai ‘PLN’ pengisi baterai kasih adalah kedua orang tua, ayah dan ibu, serta pasangan misalnya suami atau istri.  

Lalu bagaimana jika PLN mati? Tentu Anda akan mengisi baterai melalui cadangan daya lainnya, misalnya melalui powerbank. Nah, powerbank ini apa? Dalam kehidupan nyata, siapa saja bisa jadi powerbank untuk mengisi baterai kasih. Dari mulai pacar, teman, sahabat, termasuk dugem, pesta narkoba, serta tindakan negatif lainnya, yang intinya diharapkan bisa mengisi daya baterai kasih. Jika terus-menerus terjadi seperti ini, maka jangan salahkan jika ada smartphone yang tergantung dengan powerbank, apalagi jika baterai sudah rusak atau drop.

Demikian pula manusia, hendaknya tidak bergantung pada powerbank dalam bentuk yang negatif tadi. Sehebat-hebatnya powerbank, tetap lebih stabil pengisian baterai kasih dari PLN alias dari kedua orang tua atau pasangan Anda yang sah.

Nah, dalam pengisian baterai kasih pun hendaknya tidak boleh berlebihan. Jika terus-terusan di-charging baterai smartphone akan eror seperti rusak atau menggembung. Begitu pula jika kepada pasangan atau anak, jika hendaknya tidak berlebihan. Lakukan sesuai dengan porsinya. Sudah banyak contoh kasus anak yang manja serta orang tua yang sangat permisif, membuat tumbuh kembang anak menjadi tidak maksimal.

Lantas bagaimana dengan kasus Ridho Rhoma. Pelantun tembang ‘Menunggu’ ini boleh jadi memang sedang kekurangan baterai kasih sayang. Entah apa yang terjadi sehingga dia memerlukan bantuan ‘powerbank’ dalam bentuk sabu. Apakah memang tidak memiliki orang dekat yang bisa mengisi baterai kasih sayangnya? Atau memang kedua orang tuanya juga sudah tidak lagi memberikan suplai baterai kasih sayang. Sebab faktanya, usia berapa pun, anak tetap saja anak, yang memerlukan pasokan baterai kasih sayang dari kedua orang tuanya.

Ingat, mengisi baterai kasih tidak selamanya hanya cukup dengan tumpukan harta melimpah. Mengisi baterai kasih bisa dilakukan melalui pujian, waktu berkualitas, sentuhan, layanan, dan hadiah. Ini pun harus menggunakan kabel kualitas super agar pengisian baterai kasih bisa lebih responsif yakni kabel dalam bentuk tatapan mata yang tulus. Tanpa tatapan mata yang tulus dan lembut, proses pengisian baterai kasih sayang, tidak mudah dilakukan.

Maka, cukup Ridho Rhoma saja yang terakhir terjerumus si narkoba. Saatnya membentengi anak, kerabat dan keluarga agar tidak menyentuh narkoba dengan selalu mengisi baterai kasih orang-orang terdekat Anda.

Demikianlah kenyataannya. (*)

   

  

Kenapa Sebelum Mencari Rezeki Harus Sholat Dhuha?  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun