Peristiwa itu ternyata berlanjut beberapa kali, dan Budi kecil sengaja berpura-pura tidur, untuk kemudian sengaja melihat apa yang dilakukan kedua orang tuanya.
Dengan teknik khusus, emosi terkait kejadian ini pun dilakukan restrukturisasi. Semua perasaan yang muncul saat melihat kejadian yang patut disensor ini, dikuras habis. Budi mengaku merasa lega dan plong.
Proses verifikasi dilakukan, klien mengaku tetap nyaman dan tidak lagi muncul perasaan yang seperti sebelumnya. Tak lupa, pikiran bawah sadarnya diberikan edukasi serta pemahaman yang tepat, termasuk diberikan informasi, kapan waktu yang tepat melakukan hubungan suami istri.
Proses terapi tuntas. Klien pun dibawa naik dari kondisi relaksasi yang dalam dan menyenangkan. “Makasih ya Om,” ucap bocah ini dengan senyum ceria. Dia mengaku siap sekolah kembali, karena sebelumnya sudah hampir dua minggu malu dan takut berangkat ke sekolah. “Ibu sudah daftarkan saya sekolah di tempat lain. Pindah sekolah Om,” jelasnya sebelum akhirnya keluar meninggalkan ruangan terapi.
Dari kasus di atas, tentu patut diambil hikmahnya. Ayah dan bunda yang punya buah hati, pastikan bahwa anak tidak melihat adegan yang tidak sepatutnya dia lihat. Jangan remehkan anak yang terlihat sudah tidur. Boleh jadi dia belum tidur dan bahkan melihat semuanya. Ingat, menjelang tidur, pikiran bawah sadar lebih aktif ketimbang pikiran sadar. Jika kondisi ini kemudian diberikan stimulasi gambar, gerakan, serta suara tertentu (dalam hal ini soal hubungan suami istri), maka apa yang tertanam di pikiran bawah sadar akan benar-benar melekat kuat. Pastikan melakukan hubungan suami istri tanpa sepengetahuan buah hati Anda.
Bagaimana menurut Anda?
Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI