Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Taksi Argo dan Energi Negatif Sopir Taksi

4 September 2016   19:22 Diperbarui: 6 September 2016   11:35 804
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Berharap kenyamanan ketika naik taksi, yang ada malah semakin kurang nyaman karena disuguhi beragam keluhan. Pernahkah Anda merasakan hal yang sama? Padahal, keluhan inilah yang secara tidak sadar menjadikan taksi semakin lama semakin ditinggalkan.

Keluhan apa yang kini sering disampaikan pengemudi taksi? Apalagi kalau bukan persoalan persaingan dengan jasa layanan online seperti Go Car, Grab Car atau Uber.

Belum lama ini, ketika mendapat tugas ke Jakarta, saya sempat beberapa kali naik taksi. Tujuannya hanya satu, untuk mengecek soal keluhan ini. Sebab, beberapa kawan dan sahabat, kerap mengeluhkan hal ini.

“Sekarang ngga nyaman naik taksi, isinya keluhan melulu,” ucap seorang kawan.

Ternyata benar saja, tiga kali saya naik taksi, ketiganya mengeluhkan soal sulitnya bersaing dengan layanan taksi online. “Makin sepi pak. Beberapa teman malah berhenti jadi sopir taksi, memilih jadi sopir online,” ucap salah satu pengemudi.

Disadari atau tidak, keluhan yang dilontarkan pengemudi ini tak ubahnya energi negatif yang akan berpengaruh pada kenyamanan penumpang. Ingat, tidak ada hak dari sopir untuk menumpahkan ‘sampah’ berupa keluhan itu kepada penumpang yang nyata-nyata membutuhkan jasa dan kenyamanan. 

Beda halnya jika obrolan itu dimulai oleh sang penumpang, misalnya dengan sengaja bertanya soal dampaknya setelah muncul layanan online. Jika itu yang terjadi, silakan saja sampaikan semua unek-uneknya. Kenapa? Karena penumpang mengizinkan menerima ‘sampah’ keluhan tersebut.

Jika keluhan ini terus-menerus disampaikan sang pengemudi taksi, sudah pasti yang didapatkan adalah penumpang yang semakin merosot tajam. Energi negatif itulah yang membuat penumpang tidak nyaman. Apalagi, dari sisi armada, ada saja pengemudi yang cuek dengan membiarkan mobilnya kotor dan bau kurang sedap. Jadilah energi negatif itu bertumpuk menjadi satu.

Persaingan jelas tidak bisa dihindari. Pilihannya hanya dua, bertempur habis-habisan, atau mati digilas perubahan. Bagi pengemudi yang berani menghadapi tantangan, musim layanan online ini jelas menjadi peluang tersendiri. Saya menemukan fakta salah satu pengemudi mobil online, berani keluar dari pekerjaannya sebagai sopir.

Hasil menguras tabungannya, serta menjual beberapa barang berharganya, digunakan untuk uang muka membeli sebuah mobil bekas yang masih bagus. Mobil inilah yang kemudian dijadikan layanan taksi online. Hasilnya jelas lebih besar. Selain bisa membayar cicilan mobil, uang yang dibawa pulang lebih menjanjikan.

“Biasanya, sehari paling besar bawa pulang uang 80 ribu. Sekarang sehari bisa 200 ribu sampai 300 ribu. Itu sudah bersih. Lagi pula nanti mobil ini bisa jadi punya sendiri. Bertahun-tahun saya jadi sopir taksi, ngga pernah punya mobil,” tuturnya.

Jawaban yang diberikan pengemudi layanan mobil online ini jelas lebih positif. Mendengar kisahnya jelas lebih bersemangat dan memberikan inspirasi ketimbang mendengar keluhan.

Kembali ke layanan taksi argo, tidak ada pilihan lain untuk bersaing dengan lebih maksimal. Kenapa konsumen banyak beralih ke jasa mobil online? Karena faktanya lebih nyaman dan tidak ada keluhan. Sopir taksi harus menghentikan keluhan ini dan mulai berpikir lebih positif, dan meningkatkan layanan. Dalam kondisi apa pun, tetap gunakan argo resmi dan standar senyum, sapa, dan salam perlu ditingkatkan.

Sebab yang terjadi kadang sebaliknya. Saat kondisi tertentu, tak sedikit sopir taksi yang menolak pakai argo dan minta sistem borongan. Kalau sudah begini, bukankah lebih mudah mencari jasa layanan mobil online.

Soal kenyamanan, layanan mobil online juga tidak diragukan. Kenapa? Begitu konsumen memesan layanan dan mendapat pengemudi, secara otomatis konsumen mendapat nama dan nomor telepon sang pengemudi. Jika terjadi sesuatu, seperti barang tertinggal, maka tinggal menghubungi sopir yang bersangkutan.

Bandingkan dengan taksi, yang kadang konsumen lupa dengan nama pengemudinya. Begitu juga kode armada yang menggunakan kombinasi huruf dan angka, jelas sangat sulit diingat. Jika terjadi sesuatu, sangat sulit melacak pengemudi yang bersangkutan.

Hal lain, layanan mobil online tarifnya lebih murah. Ketika kondisi macet, argometer pada taksi akan terus menyala dan tagihan akan semakin bengkak.

Bandingkan dengan layanan mobil online. Yang dihitung hanya jaraknya. Tak peduli macet atau tidak, yang dibayarkan tetap sama. Kalau pun pada jam tertentu ada tambahan biaya, tetap lebih kompetitif ketimbang taksi argo. Bukankah ketentuan tarif ini sebenarnya masih bisa direvisi? Jika tidak, jangan salahkan konsumen jika keberadaan taksi akan semakin dilupakan.

Bagaimana menurut Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun