Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Kenapa Artis Susah Lepas dari Jeratan AA Gatot?

2 September 2016   07:39 Diperbarui: 2 September 2016   14:24 10631
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Gatot Brajamusti, atau akrab disapa AA Gatot yang memiliki Padepokan Brajamusti, kini jadi trending topic. Guru spiritual yang bahkan menjadi Ketua Persatuan Artis Film Indonesia (Parfi) itu tak berkutik ketika digerebek menggunakan narkoba. Sejurus kemudian, para artis yang pernah ‘berguru’ di padepokan ini, berlomba-lomba buka suara. Ada yang merasa seperti dicuci otak, hingga dianggap ada pengaruh mistik lainnya. Lantas apa sebenarnya yang terjadi?

Ketika melihat tayangan majalah hiburan di televisi tentang kesaksian para artis, terkait tuduhan AA Gatot melakukan cuci otak atau bahkan menggunakan pengaruh mistik dan lainnya, menurut pemahaman saya saat ini, jawabannya belum tentu. Kenapa? Tak perlu pengaruh mistik atau guna-guna hanya untuk menguasai orang lain. Ini soal bagaimana pikiran bawah sadar mudah dimasuki tanpa ada perlawanan sama sekali.

Perlu diingat, ada lima cara untuk memasukkan informasi ke pikiran bawah sadar (PBS). Pertama, figur otoritas; kedua, emosi dengan intensitas tinggi; ketiga, repetisi ide; keempat, identifikasi kelompok ; dan kelima, relaksasi pikiran. Setelah tahu cara memasukkan informasi ke pikiran bawah sadar tersebut, tentu dengan mudah bisa diketahui, kenapa para artis tersebut mudah sekali terkena jeratan pria yang dikenal sebagai guru spiritual tersebut?

Syarat pertama, figur otoritas. Bagi yang belum tahu perilaku asli AA Gatot, banyaknya murid yang berguru pada pria ini secara tidak langsung mampu membentuk figur otoritasnya semakin kuat. Apalagi banyak pula figur publik yang menjadi murid pria ini. Maka, figur otoritas yang terbentuk semakin kuat. Figur otoritas yang sudah terbentuk inilah yang memudahkan AA Gatot menembus pikiran bawah sadar orang lain. Jika sudah seperti ini, maka apa pun yang dikatakan, disampaikan, termasuk perilaku pria ini, akan mudah diikuti, ditiru, atau bahkan diduplikasi oleh santrinya.

Kedua, emosi dengan intensitas tinggi. Maksudnya bagaimana? Harus diingat, para artis yang datang berguru ke AA Gatot, adalah mereka yang punya masalah. Inilah yang dimaksud emosi dengan intensitas tinggi. Orang yang punya masalah, emosinya benar-benar sedang drop. Dalam kondisi ini, maka pikiran bawah sadarnya terbuka lebar. Maka, dengan mudah bisa ‘dikuasai’ oleh AA Gatot. Jika sudah seperti ini, maka kondisinya akan seperti pisau dapur. Jika dimanfaatkan untuk kebaikan, maka akan sangat bermanfaat. Sebaliknya, kondisi ini jika disalahgunakan, maka akan membuat orang lain semakin tidak berdaya.

Ketiga repetisi ide, alias diulang-ulang. Ketika para artis yang kena masalah ini rutin datang ke padepokan, maka ini merupakan kesempatan emas untuk terus menerus menembus pikiran bawah sadar para artis tersebut. Jika sudah seperti ini, tak perlu ilmu khusus. Jika sudah pikiran bawah sadar bisa ditembus, apa pun yang disampaikan dengan santai pun akan diterima oleh PBS. Itulah kenapa para mantan murid AA Gatot merasa aneh dan merasa tidak sadar melakukan ini itu dengan mudah.

Keempat identifikasi kelompok. Yang dimaksud identifikasi kelompok ini adalah, kebersamaan dengan kelompok tertentu merupakan cara efektif untuk menembus pikiran bawah sadar. Contoh simpel, ketika Anda diundang untuk hadir di reuni sekolah Anda, kemudian diminta memakai dress code atau baju khusus warna merah, kuning, dan hijau, persis umbul-umbul, pasti akan tetap dipakai. Suka atau tidak dengan baju seperti itu, karena ini untuk kepentingan kelompok, pasti Anda mau memakainya. Itulah cara AA Gatot menembus pikiran bawah sadar. Padepokan itu adalah cara yang sangat tepat agar para santrinya ‘bergantung’ pada kelompok ini dan apa pun yang disyaratkan padepokan ini, diterima pikiran bawah sadar tanpa penolakan.

Terakhir, relaksasi pikiran. Bagi saya, ini adalah kondisi hipnosis dan ini dilakukan untuk membantu orang lain lepas dari masalah. Nah, di padepokan ini, tentu tidak menggunakan teknik hipnosis. Kegiatan spiritual yang ada di padepokan ini sejatinya secara tidak langsung membawa seseorang masuk ke kondisi pikiran bawah sadar. Jika sudah begini, tidak ada kesulitan berarti untuk mengutak-atik pikiran orang lain.

Lalu bagaimana dengan narkoba yang masuk padepokan yang nyata-nyata dilakukan guru spiritual? Narkoba, memberikan efek tenang dan nyaman. Efek ini sejatinya juga membuat orang lain turun di kedalaman pikiran bawah sadar. Efek ini yang ingin dicari, tanpa harus melakukan kegiatan spiritual lainnya. Yang membahayakan, narkoba memiliki candu yang sulit dikendalikan. Sekali terjerat, sulit untuk lepas dan penggunanya selalu ingin masuk ke kondisi kedalaman pikiran bwah sadar.

Masuk kondisi kedalaman pikiran memang sangat nyaman. Ini pula yang rutin saya lakukan, sebisa mungkin setiap hari. Caranya, dengan teknik mengatur pernafasan dan memejamkan mata. Duduk rileks santai, atur nafas, maka ini juga perlahan bisa masuk kondisi kedalaman pikiran. Tak perlu pakai narkoba, karena sejatinya di dalam tubuh setiap orang sudah ada ‘narkoba’ alami yang memberikan efek tenang dan nyaman. Jika tahu caranya, hormon endorphine alias endomorphine (morfin) dari dalam tubuh ini akan keluar dengan sendirinya dan mengalir dalam tubuh untuk memberikan efek membahagiakan.

Demikianlah kenyataannya. (*)

 

  

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun