Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Merasa Bahagia? Jangan Berhenti Merokok

24 Agustus 2016   09:48 Diperbarui: 24 Agustus 2016   10:04 494
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
source: bp2.blogspot.com

“Mas, tolong dijadwalkan. Saya minta suami saya dihipnoterapi supaya berhenti merokok,” kata seorang wanita melalui telepon seluler.

Saya pun memastikan, apakah keputusan berhenti merokok ini permintaan si wanita ini, atau murni keinginan suaminya? “Saya yang suruh, mas. Saya sudah capek marah-marah, tapi ngga juga diheranin (tidak diresponse),” ujar wanita tersebut.

Dengan santun dan sabar, saya berikan penjelasan bahwa hipnoterapi tidak akan bisa berlangsung tanpa ada keinginan sendiri dari klien. Karena itu, harus ada kemauan dulu dari klien. Kalau pun masih juga dipaksa datang, maka biasanya hanya saya berikan edukasi soal hipnoterapi.

Apalagi urusan rokok, hal paling utama yang diperlukan adalah keinginan kuat dari klien itu sendiri. Jika tidak, proses hipnoterapi tidak akan berhasil maksimal. Apalagi dalam beberapa kasus, sebagai hipnoterapis saya harus memastikan apakah klien aman jika dilepaskan dari ketergantungannya terhadap rokok. Bisa saja klien malah mengalami gangguan lain yang membahayakan jika tiba-tiba ketergantungannya terhadap rokok, dihentikan seketika.

Karena itu, syarat paling utama adalah keinginan kuat dari klien untuk berhenti mengisap asap tembakau tersebut. Jika sudah kuat, barulah hipnoterapis akan membantu dan membimbing untuk memproses agar benar-benar berhenti 100 persen.  Sebab tidak mudah menekan kebiasaan yang telah menjadi kecintaan dengan paksaan.

“Berarti Mas Endro membela perokok, dong?” kata wanita itu protes. Saya bukan perokok, dan tidak ada kepentingan membela atau tidak. Ini menyangkut nyawa seseorang. Jika ada orang yang kesehatannya langsung terganggu saat berhenti merokok, bukankah justru membahayakan jika aktivitas merokoknya dihentikan seketika?

 

Semua pasti setuju bahwa merokok buruk untuk kesehatan. Lantas kenapa banyak perokok enggan menghentikan aktivitasnya itu? Jawabannya adalah, karena bagi mereka, merokok berkaitan dengan perasaan bahagia.

Begitu pula dengan kebiasaan mengebut di jalan raya. Semua tahu kalau ugal-ugalan dilarang hukum, namun kenapa masih dilakukan sebagian orang? Ini juga berkaitan dengan perasaan bahagia.

Zat-zat yang terkandung di dalam rokok, jelas beracun dan sangat berbahaya. Masalah terbesarnya adalah terbentuknya oksigen aktif. Zat beracun ini merupakan penyebab utama penyakit dan penuaan. Pada saat merokok, oksigen aktif terbentuk di dalam tubuh. Oksigen aktif inilah yang akan menjadi perusak sel dan menyebabkan penuaan. Dengan demikian, tidak dapat disangkal bahwa merokok berdampak buruk pada kesehatan.

Namun sebatang rokok yang disulut seorang perokok setelah sarapan pagi, ternyata menjadi media teruji untuk merangsang sekresi hormon kebahagiaan alias endorphin. Lihat saja perokok yang menikmati asap tembakau selepas makan, benar-benar lupa dengan keadaan sekeliling. Setiap isapan dinikmati dengan kusyuk dan pikiran seolang tenang dan pandangan mata terang benderang.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun