Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Belajar dari Filosofi Angklung

3 Agustus 2016   22:59 Diperbarui: 3 Agustus 2016   23:17 390
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ternyata, memainkan alat musik ini bikin ketagihan..

Bermain angklung, sejatinya sudah mengajarkan setiap manusia untuk menyadari keberadaan dirinya masing-masing. Di tempat kerja misalnya, harus memahami ‘nada’ apa yang dipegang. Lakukan dengan baik, dan pastikan ‘nada’ itu dimainkan di waktu yang tepat tanpa meleset. Nada di sini, tentu yang dimaksud adalah fungsi dan peranannya masing-masing.

Anda yang mungkin bertugas dalam urusan kebersihan, tak usah berkecil hati karena merasa ‘nada’ yang dipegang jarang dimainkan. Sebab, keberadaan Anda tetap sangat penting untuk menjamin harmonisasi tempat kerja Anda bisa selalu terdengar indah.

Begitu pula dalam keluarga, setiap orang tentu memiliki peranan dalam memainkan nada-nada yang ada. Sang ayah misalnya, harus tahu kapan memainkan ‘angklung’ dengan tepat. Begitu pula dengan seorang ibu, harus memahami dan sabar ketika lebih banyak menggerakkan ‘angklung’ dibanding anggota keluarga lainnya. Anak-anak pun demikian, harus selalu memberikan dukungan sesuai ‘not’ yang tepat

Jika ada anggota keluarga yang mencoba mendominasi semua ‘nada’ dalam harmoni, maka bisa dipastikan, tidak ada lagi kenyamanan dan kebahagiaan dalam sebuah rumah tangga.

Maka, mari cek kembali ‘nada’ apa yang sedang Anda pegang saat ini. Lakukan gerakan dengan tepat, dan ikuti harmonisasinya dengan cermat. Dengan demikian, hidup pun menjadi lebih terarah dan semakin membahagiakan. Bagaimana menurut Anda? (*)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun