Kepada karyawan, Pak Yana mengajarkan agar setiap karyawan bukan mengerjakan tugasnya karena takut atau terpaksa. “Saya selalu sampaikan ke mereka, jangan kerja hanya karena disuruh. Hilangkan perasaan disuruh itu. Tapi, fokus pada pekerjaan itu, nikmati. Maka pekerjaan itu akan menyayangi diri kita,” bebernya. Hasilnya, tentu akan dirasakan oleh karyawan itu sendiri.
Baginya, hukum siapa yang menabur dia yang menuai, benar-benar diterapkan. Untuk itulah, dia terus berusaha berbuat yang terbaik agar hasilnya juga maksimal.
Selain mengelola karyawan dengan hati, pilihan bahan baku juga tidak boleh diabaikan. Untuk minuman misalnya, menggunakan sirup standar bintang lima yang memang berkualitas.
“Pokoknya, di sini saya jual dari harga termurah Rp 1.500, sampai yang berkualitas. Impian saya, semua orang dari mulai anak-anak yang uang jajannya pas-pasan sampai yang dewasa, bisa ke sini,” ulasnya.
Hal lain yang diakuinya juga memberikan dampak besar dalam bisnisnya adalah, tidak segan berbagi. Setiap kali ada rekan atau temannya yang mampir ke Djongko, dia tidak mau menyia-nyiakan kesempatan yang menurunya membahagiakan. Tidak lagi memberikan diskon atau potongan harga, namun benar-benar free alias gratis.
“Ya rasanya bahagia kalau bisa menjamu teman,” katanya. Kadang, apa yang ia lakukan dipertanyakan oleh rekannya yang lain. Apa tidak rugi? Namun nyatanya dia tidak pernah merasa.
“Biasanya, kalau saya habis menjamu orang, besok atau lusanya, pengunjung Djongko langsung naik berlipat-lipat. Jadi memang ngga pernah rugi,” pungkasnya. (*)
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H