Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Artikel Utama

Takut Hamil dan Gagap karena Trauma di #HariPertamaSekolah

19 Juli 2016   00:14 Diperbarui: 19 Juli 2016   19:21 39
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sumber: health.liputan6.com

Proses restrukturisasi pikiran bawah sadar pun dilakukan. Trauma akan kejadian di hari pertama masuk sekolah itu dinetralisasi. Hasilnya, klien merasa sangat nyaman dan plong. Ani pun merasa tidak takut lagi menjalani kehamilan. Ia yakin, bisa punya anak lagi, karena saat ini baru memiliki satu buah hati.

Kasus lain terkait hari pertama masuk sekolah, juga terjadi pada Budi, 38 tahun, tentu bukan nama sebenarnya. Pria yang sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta ini mengalami gagap saat berbicara di depan umum. Dia lebih memilih menghindar ketika diminta rapat atau menghadiri event yang dihadiri banyak orang.

Merasa karirnya terhambat akibat hal itu, Budi pun meminta sesi terapi untuk mengetahui penyebabnya. Ternyata, dari proses pencarian di pikiran bawah sadar diketahui, klien pernah pindah sekolah mengikuti ayahnya bertugas. Maklum, ayahnya seorang aparat yang sering dipindahtugaskan. Ketika itu, Budi naik ke kelas 3 sekolah dasar (SD). Di sekolah baru ini, Budi sempat meminta diantar ayahnya. Namun sang ayah tidak bisa. Sementara ibunya juga sedang sakit, sehingga tidak bisa mendampingi.

Akibatnya, si Budi diantar sama bawahan ayahnya. Tentu Budi hanya diantar sampai pagar depan sekolah, langsung pergi. Jadilah Budi merasa cemas dan ketakutan. Rasa takutnya semakin memuncak ketika dia diminta melakukan perkenalan sebagai anak baru di depan teman-temannya. Baginya, perkenalan di depan kelas itu sangat menyeramkan, bahkan lebih seram dari film horor manapun.

Budi diam, tak berkata apa-apa. Bahkan, sempat terkencing di celana. Akibatnya, Budi semakin takut, hingga akhirnya dibimbing gurunya ke toilet. Budi pun meminta pulang, merasa belum siap sekolah. Keesokan harinya, barulah Budi diantar ibunya dan bisa sekolah. Perkenalan tak lagi dilakukan, melainkan hanya diwakili penjelasan guru kepada murid lain di kelas.

Restrukturisasi pun dilakukan di pikiran bawah sadar Budi, sehingga trauma akan kejadian itu dinetralisasi. Setelah proses tuntas, pria ini mengaku lega dan nyaman. Seminggu setelah proses terapi, Budi juga mengaku sudah terbiasa berada di depan orang banyak, bahkan saat menghadiri rapat.

Sebenarnya masih ada beberapa kasus lain yang terkait hari pertama masuk sekolah. Namun, poin yang ingin saya sampaikan adalah, sangat tepat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah. Sebab, gerakan ini akan berdampak besar pada kesuksesan anak di masa mendatang.

Jangan sampai ada lagi Ani atau Budi lain, yang mengalami trauma berkepanjangan hanya karena peristiwa tidak nyaman di hari pertama sekolah. Mari dukung buah hati melalui proses transisi ini dengan mudah dan menyenangkan.

Bagaimana menurut Anda?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun