Proses restrukturisasi pikiran bawah sadar pun dilakukan. Trauma akan kejadian di hari pertama masuk sekolah itu dinetralisasi. Hasilnya, klien merasa sangat nyaman dan plong. Ani pun merasa tidak takut lagi menjalani kehamilan. Ia yakin, bisa punya anak lagi, karena saat ini baru memiliki satu buah hati.
Kasus lain terkait hari pertama masuk sekolah, juga terjadi pada Budi, 38 tahun, tentu bukan nama sebenarnya. Pria yang sudah bekerja di sebuah perusahaan swasta ini mengalami gagap saat berbicara di depan umum. Dia lebih memilih menghindar ketika diminta rapat atau menghadiri event yang dihadiri banyak orang.
Merasa karirnya terhambat akibat hal itu, Budi pun meminta sesi terapi untuk mengetahui penyebabnya. Ternyata, dari proses pencarian di pikiran bawah sadar diketahui, klien pernah pindah sekolah mengikuti ayahnya bertugas. Maklum, ayahnya seorang aparat yang sering dipindahtugaskan. Ketika itu, Budi naik ke kelas 3 sekolah dasar (SD). Di sekolah baru ini, Budi sempat meminta diantar ayahnya. Namun sang ayah tidak bisa. Sementara ibunya juga sedang sakit, sehingga tidak bisa mendampingi.
Akibatnya, si Budi diantar sama bawahan ayahnya. Tentu Budi hanya diantar sampai pagar depan sekolah, langsung pergi. Jadilah Budi merasa cemas dan ketakutan. Rasa takutnya semakin memuncak ketika dia diminta melakukan perkenalan sebagai anak baru di depan teman-temannya. Baginya, perkenalan di depan kelas itu sangat menyeramkan, bahkan lebih seram dari film horor manapun.
Budi diam, tak berkata apa-apa. Bahkan, sempat terkencing di celana. Akibatnya, Budi semakin takut, hingga akhirnya dibimbing gurunya ke toilet. Budi pun meminta pulang, merasa belum siap sekolah. Keesokan harinya, barulah Budi diantar ibunya dan bisa sekolah. Perkenalan tak lagi dilakukan, melainkan hanya diwakili penjelasan guru kepada murid lain di kelas.
Restrukturisasi pun dilakukan di pikiran bawah sadar Budi, sehingga trauma akan kejadian itu dinetralisasi. Setelah proses tuntas, pria ini mengaku lega dan nyaman. Seminggu setelah proses terapi, Budi juga mengaku sudah terbiasa berada di depan orang banyak, bahkan saat menghadiri rapat.
Sebenarnya masih ada beberapa kasus lain yang terkait hari pertama masuk sekolah. Namun, poin yang ingin saya sampaikan adalah, sangat tepat Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan mencanangkan Gerakan Mengantar Anak di Hari Pertama Sekolah. Sebab, gerakan ini akan berdampak besar pada kesuksesan anak di masa mendatang.
Jangan sampai ada lagi Ani atau Budi lain, yang mengalami trauma berkepanjangan hanya karena peristiwa tidak nyaman di hari pertama sekolah. Mari dukung buah hati melalui proses transisi ini dengan mudah dan menyenangkan.
Bagaimana menurut Anda?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H