Mohon tunggu...
Endro S Efendi
Endro S Efendi Mohon Tunggu... Penulis - Penulis, Trainer Teknologi Pikiran

Praktisi hipnoterapis klinis berbasis teknologi pikiran. Membantu klien pada aspek mental, emosi, dan pikiran. Aktif sebagai penulis, konten kreator, juga pembicara publik hingga tour leader Umroh Bareng Yuk. Blog pribadi www.endrosefendi.com. Youtube: @endrosefendi Instagram: @endrosefendi

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Minta Maaf Saat Lebaran, untuk Apa?

7 Juli 2016   09:44 Diperbarui: 7 Juli 2016   10:27 154
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Salah satu ritual utama saat Idul Fitri adalah saling maaf-memaafkan. Betapa Sang Maha Pencipta benar-benar sudah mendesain manusia begitu sempurna, sehingga urusan maaf-memaafkan pun diatur sedemikian rupa. Ibarat pabrik yang memproduksi mobil, setahun sekali dianjurkan untuk servis lengkap, memperbaiki segala hal yang perlu penyempurnaan atau penggantian.

Begitu pula Sang Pembuat Hidup sebagai pencipta manusia, memberikan panduan agar melakukan servis secara berkala, dari mulai proses Ramadan, diakhiri dengan Lebaran dengan agenda utama saling maaf-memaafkan tadi. Lalu, untuk apa sebenarnya prosesi saling memberi maaf tersebut?

Sejak saya menekuni dunia teknologi pikiran, maaf menjadi kata kunci dalam setiap proses terapi yang saya lakukan. Kata maaf itu sangat penting dalam membantu klien yang sedang dirundung masalah berkaitan dengan emosi dan pikiran, dalam hal ini pikiran bawah sadar. Sejak memahami hal itu pula, saya menjadi semakin meyakini, bahwa Alquran dengan segala isinya, benar-benar sudah memberikan tuntunan yang lengkap, bahkan untuk urusan kata maaf ini.

Seandainya, setiap orang benar-benar melakukan ritual saling memaafkan diiringi dengan nilai-nilai spiritual yang penuh, maka saya berani pastikan, tidak akan ada orang yang frustasi, stres, sakit hati, dan berbagai emosi negatif lainnya. Kenapa, karena semua emosi negatif itu hanya bisa dituntaskan dengan kata maaf.

Lantas, kenapa setelah Idulfitri masih ada saja orang yang stres, sakit hati, kecewa, dendam, trauma, dan segala penyakit yang disebabkan pikiran? Itu karena kata maaf hanya terjadi pada tataran pikiran sadar, sementara pikiran bawah sadar sejatinya belum memaafkan. Umumnya orang saling memaafkan hanya sebatas pada sebuah ritual, namun tanpa diikuti dengan nilai spiritual.

Ingat, ritual dan spiritual itu tentu sangat berbeda. Ritual, hanya menjalankan kewajiban tapi tidak diikuti dengan pemahaman makna atas apa yang dilakukan. Sementara spiritual, dimensinya lebih nyata dan benar-benar merasuk ke seluruh tubuh baik fisik maupun psikis.

Untuk itu, di momen Lebaran yang sangat spesial ini, sudah sepatutnya Anda menjalani ritual saling memaafkan dengan diikuti nilai-nilai spiritual yang tinggi. Yakinkan dan pastikan, sudah memaafkan setiap orang yang sudah berbuat salah kepada Anda, tidak hanya di pikiran sadar tapi juga di pikiran bawah sadar.

Dari pengalaman di ruang praktik menangani ratusan klien, persoalan terkait pikiran umumnya disebabkan oleh orang terdekat. Baik itu ayah, ibu, adik, kakak, guru, rekan kerja, atau suami dan istri. Wajar jika seorang anak tidak berani melawan dan membantah orang tuanya, pun suami atau istri terkadang enggan membantah atau cari ribut dengan pasangannya. Namun nyatanya, hal itu malah mengganggu pikiran dan memunculkan berbagai gangguan yang merugikan.

Lalu bagaimana caranya memastikan bahwa Anda sudah benar-benar memaafkan baik di pikiran sadar maupun pikiran bawah sadar? Caranya, coba temui seseorang yang selama ini sudah membuat Anda sakit hati, kecewa, dendam, trauma atau apa pun emosi negatif. Setelah itu, rasakan di segenap diri Anda. Adakah perasaan tidak nyaman ketika bertemu orang ini? Jika semua nyaman, tidak ada gangguan sedikit pun, berarti Anda sudah benar-benar memaafkan dengan tulus dan ikhlas.

Tapi, bagaimana jika ada response atau perasaan tidak nyaman? Kalau seperti itu yang dirasakan, coba tanyakan dalam diri Anda. Apa perasaan tidak nyaman itu? Lalu, negosiasikan untuk benar-benar berdamai dan memaafkan orang tersebut. Jika semua sudah benar-benar nyaman, itulah hakikat Lebaran sesungguhnya, Anda sudah benar-benar fitrah.

Maka, mari cek perasaan Anda saat ini. Selami pikiran bawah sadar Anda, hati nurani Anda, siapa saja sosok yang selama ini sudah mengganggu hidup Anda? Buang semua perasaan tidak nyaman. Niatkan dan izinkan diri Anda tidak melekat dengan semua perasaan itu. Biarlah semua perasaan negatif itu hilang lenyap, seiring suara kumandang takbir yang menggema dengan seksama. Demikianlah kenyataannya. (*) 

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun