Umumnya, ketika saya diminta melakukan terapi pada anak yang ‘super gerak’, yang saya tanyakan adalah pola asuh hingga riwayat kehamilan sang ibu. Apakah ketika proses kehamilan sang ibu benar-benar sehat, tidak stres, atau tidak nyaman dengan kehamilannya. Kerap terjadi, ibu mengalami stres saat kehamilan anaknya, sehingga tumbuh kembang janin mengalami gangguan. Inilah yang menjadi alasan, kenapa wanita hamil disarankan untuk selalu tenang dan nyaman.
Lantas bagaimana mengatasi anak seperti ini? Yang jelas, anak seperti ini bisa diatasi. Salah satu cara pendekatan penting pada anak, ketika meminta dia melakukan sesuatu, upayakan ada kontak mata. Jika tidak, maka perintah itu akan lewat begitu saja.
Saat meminta anak melakukan sesuatu, sebaiknya kurangi bicara, namun arahkan langsung dengan gerakan. Kenapa? Anak kinestetik belajar melalui gerakan, sentuhan, berjalan, dan langsung mengalami sendiri. Anak jenis ini biasanya dicap sebagai anak hiperaktif karena tidak bisa duduk diam dalam waktu lama.
Cara belajar yang efektif untuk anak seperti ini harus melibatkan gerakan seperti manipulasi objek, membuat model, menggunting, menggarisbawahi, membuat mindmapping, atau apa saja yang mengandung gerak. Bila mereka tidak mendapat kesempatan bergerak dan dipaksa duduk diam, pikirannya yang akan bergerak ke sana ke mari. Ini yang disebut dengan tidak bisa konsentrasi.
Semakin anak diminta diam memerhatikan pelajaran, semakin ia merasa gelisah. Konsentrasinya digunakan untuk mengendalikan tubuhnya supaya tidak bergerak, agar tidak dimarahi guru, dan bukan untuk memerhatikan pelajaran.
Solusinya? Beri anak kesempatan untuk bergerak saat belajar atau memasukkan informasi ke dalam otaknya. Jangan paksa anak duduk diam, tidak boleh bergerak, apalagi dalam waktu lama. Dalam belajar, libatkan anak dalam aktivitas banyak gerak.
Kenapa anak jaman dulu jarang yang superaktif di kelas? Sebab ketika di luar kelas sudah sangat aktif. Dari mulai main kejar-kejaran, bermain layangan, petak umpet, galasin, hingga permainan yang menguras energi lainnya.
Sementara anak sekarang, waktunya habis untuk main game atau les ini dan itu yang tidak merangsang pembakaran energi pada anak. Itu sebabnya ada banyak energi menumpuk di tubuh anak. Untuk itu ajak anak bermain yang menguras energi.
Tidak kalah penting, peranan orang tua, baik ibu dan bapaknya, harus benar-benar tenang dan terus mengisi tangki cinta anak dengan maksimal. Ketika kedua orang tuanya semakin cemas dan panik, maka anak akan semakin ‘liar’ seperti gasing. Sebaliknya, ketika kedua orang tuanya tenang, maka vibrasi ketenangan itu akan dirasakan juga oleh anak. Apalagi jika kedua orang tua sering memberikan sentuhan atau usapan lembut pada anak. Sambil disentuh atau diusap, ajak anak berkomunikasi. Jika ini terus dilakukan, maka fokus anak akan terus terlatih dan bisa lebih tenang dalam bertindak.
Setiap kali bangun pagi atau malam menjelang tidur, termasuk setiap kali habis salat lima waktu bagi sahabat Muslim, berikan ‘limpahan’ kasih sayang pada anak. Caranya bagaimana? Anda duduk tenang, rileks, atur nafas yang nyaman. Setelah itu, bayangkan dan rasakan Anda sedang memberikan luapan kasih sayang lembut kepadanya. Relaksasi yang dilakukan rutin seperti ini, akan membuat orang tua semakin tenang, dan anak pun akan merasakannya.
Saat menjelang tidur, ucapkan kalimat sugesti dengan lembut namun tegas pada anak, “Semakin hari …….. (nama anak) semakin konsentrasi belajar, mudah mengerjakan tugas, semakin senang, dan menikmati belajar.” Kalimat ini jika dibacakan dalam kondisi tidur yang belum terlalu dalam, akan mudah diterima di pikiran bawah sadar.