Belum lagi perilaku yang kemudian menjelma seperti artis, hingga kejadian lain seperti menelantarkan istri muda, membuat figur otoritasnya menjadi menurun.
Tentu apa yang saya sampaikan ini tidak semuanya. Ini jelas hanya oknum. Sayangnya, oknum seperti ini yang berpengaruh kepada umat secara umum. Inilah yang kemudian harus menjadi perhatian. Sudah sepatutnya para tokoh agama, pengayom masyarakat, kembali turun gunung membimbing umatnya agar bisa lebih baik dan merasa diperhatikan.Â
Cara kedua, ide dengan muatan emosi yang tinggi. Saat seseorang sedih atau galau, saat itulah pikiran bawah sadar sedang terbuka lebar, tanpa ada benteng pertahanan. Umumnya, mereka yang tergabung dengan organisasi ini, diawali dengan memiliki masalah pribadi. Entah dengan keluarganya, atau dengan pekerjaan hingga dengan masa depannya.
Seseorang yang sedang dirundung masalah seperti ini, emosinya tentu sedang sangat tinggi. Dalam kondisi seperti ini, jika seseorang datang memberikan ketenangan dan harapan, maka dengan mudah ide atau gagasan yang disampaikan, mudah diterima dan masuk ke dalam pikiran bawah sadar.   Â
Contoh lain ketika seseorang sedang menganggur dan tidak punya pekerjaan. Tentu dengan mudah akan manut jika ditawari kelompok ini untuk mengolah lahan sembari diajarkan teknik bertani untuk meningkatkan penghasilan. Meski kemudian dalam praktiknya disisipi ajaran yang dianggap menyimpang, namun nyatanya urusan ‘perut’ sudah berhasil diatasi dengan mudah. Pikiran bawah sadar tidak akan menolak informasi apa pun yang diterima, karena pintu gerbangnya memang sedang terbuka lebar.
Inilah yang menjadi penyebab, kenapa seseorang bahkan bisa mengambil keputusan bunuh diri ketika sedang ada masalah. Begitu ada bisikan dari dalam hati untuk mengakhiri hidupnya, maka dengan mudah pikiran bawah sadar mengikuti bisikan itu dan terjadilah bunuh diri.
Hal ini tentu menjadi bahan instrospeksi bagi semua pihak. Sudahkah organisasi masyarakat, organisasi sosial, hingga organisasi keagamaan yang resmi, legal dan jelas badan hukumnya, mampu menyentuh semua lapisan masyarakat. Sehingga, tidak ada celah bagi organisasi seperti Gafatar untuk memperdaya anggota baru. Tak terkecuali pemerintah, sudah sepatutnya mempersiapkan semua kebutuhan masyarakat, terutama lapangan pekerjaan, sehingga tidak ada lagi warganya yang galau hanya karena tidak ada pekerjaan.
Ini juga membuktikan, bahwa urusan agama sebaiknya tidak hanya berkutat pada masalah pahala dan dosa, atau surga dan neraka. Sebab, tak sedikit pemuka agama terjebak dalam empat hal ini. Sehingga umat yang awalnya ingin memperbaiki pribadinya, bahkan takut menghadiri majelis keagamaan, karena sudah ditakut-takuti dengan dosa dan neraka.
Bukankah Tuhan Maha Pengasih dan Maha Penyayang? Bukankah urusan surga dan neraka adalah hak Tuhan untuk memutuskannya?
Banyak sekali nilai dan ajaran agama yang terkait dengan kehidupan sehari-hari, bisa menjadi bahan kajian. Tidak hanya melulu soal surga dan neraka. Umat masih memerlukan semangat dan motivasi, bukan rasa takut dan cemas, yang membuat mereka kemudian mudah terjerumus dengan aliran sesat.
Selanjutnya, jalur ketiga adalah repetisi ide, atau gagasan yang disampaikan terus-menerus dan berulang-ulang. Inilah yang menjadi alasan, kenapa kelompok ini perlu membuat jemaah tersendiri dan berkumpul di suatu tempat. Ini dilakukan agar ide dan gagasan dengan mudah bisa disampaikan terus-menerus. Kelompok ini tidak akan membiarkan anggotanya berbaur dengan orang luar. Kenapa? Jika berbaur dengan orang luar, maka gagasan yang sedang disampaikan bisa dipatahkan dengan mudah oleh orang lain.