Sebuah kenangan?
Apakah yang kamu harapkan dari sebuah kenangan, selain senyum dan air mata?
Buku itu sudah lapuk. Lembarannya menguning. Sampulnya berdebu. Termakan waktu.
Sebuah kenangan?
Apakah yang kamu inginkan dari sebuah kenangan, selain romantisme belaka?
Dia tidaklah setampan dulu. Gerakannya, suaranya, kewaspadaannya. Sekarang, dia hanyalah seorang lelaki tua. Duduk merenungi kenangan - kenangan yang lalu. Kenangan benar - benar membuat dirinya serasa muda. Sayang, itu hanya ada di kepalanya. Dia tidak bisa menghindari realita, bahwa dirinya kini tidak seperti dulu lagi.
Kenangan, untuk apa kita mengenang masa lalu?
Itulah pertanyaan si skeptis, kepada kita semua.
Seorang pun menyeletuk, menjawab pertanyaan si skeptis tadi.
" Kamu adalah produk sebuah kenangan, skeptis. Engkau lahir dari kenangan - kenangan orang tuamu akan kakek nenekmu. Jika engkau bersekolah, engkau adalah didikan kenangan - kenangan guru - guru mu akan guru - gurunya. Bersyukurlah, jika engkau memiliki sebuah kenangan yang indah, dan jika tidak, gunakanlah kenangan - kenanganmu itu sebagai tantangan agar kau bisa berbuat yang lebih baik, bagi anak - anakmu dan lingkunganmu kelak,..."
Dan, skeptis, dia terdiam, namun masih menyiratkan sesuatu, dia masih butuh pembuktian.
Suatu saat, ia akan mengerti.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H