Mohon tunggu...
Endrita Agung
Endrita Agung Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Untuk Indonesia yang lebih baik.....

Selanjutnya

Tutup

Travel Story Pilihan

What's Up Kelud?!

24 September 2014   21:34 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:40 331
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Ngomongin tentang kelud, seakan nggak ada habisnya. Pasca letusan terakhir ( Februari 2014), Kelud telah mempercantik wajahnya, dan itu harus di nikmati. Ibarat bisul di pantat, kemarin bisulnya udah pecah, dan sekarang wajah Kelud seakan lebih berseri dari biasanya. Minimal itulah yang saya denger dari temen-temen saya, yang justru membuat saya semakin penasaran dengan tampilan wajah kelud terkini.

Jika kemarin saya sempet mengunjungi kelud pasca letusan hari ke-3. Itu pun denagn pertimbangan untuk lebih “safety”, sehingga membuat saya memilih jalur umum, yaitu via kediri dan hanya sampai pintu gerbang wisata gunung kelud. Hari ini saya mencoba untuk lebih extreme, mencoba jalur yang belum terlalu banyak dilalui masyarakat umum, khususnya wisatawan luar kota seperti saya.

MOLOR

(tidak ) sesuai rencana, hari ini ( minggu, 22 Juni 2014) saya dan 5 teman yang lain berangkat dari kota Malang tepat pukul 9.00 (kesiangan…!!! Padahal planning jam 5 pagi berangkat, tapi yaaahhhh….., kaya nggak tau kita aja). Karna kesiangan akses jalan Malang-Blitar pun jadi sedikit tersendat di jalan-jalan yang udah jadi langganan macet.

1405319276519647392
1405319276519647392
Sampai Di perempatan pasar Garum ke utara, kita sudah di jemput oleh mas Ardiansyah sekeluarga untuk mengantar rombongan kita, maklum, dari kita ber-6 belum ada satupun yang pernak ke lokasi lewat jalur ini.

Masuk desa Karangrejo – Garum, medan sudah mulai “menyenangkan”, tanah berbatu dengan lebar tidak lebih dari 5meter meluk-liuk naik-turun di depan saya, dibeberapa titik jalan masih ada yang tertutup sisa debu vulkanik dari Gunung Kelud. Semakin masuk kedalam lokasi, semakin berasa sensasi offroad-nya, untunglah saudara kembar “Rush” yang kita naikin nggak ada masalah melahap medan yang ada.

1405319511456266252
1405319511456266252


POST TO POST

Finaly, kita sampai di pos awal pemberhentian setelah sedikit memacu  adrenalin melewati jalan sempit yang di apit oleh tebing dan jurang. Di pos 1 ini, awal perjalanan seru dimulai (padahal dari masuk desa Karangrejo, sudah cukup seru) kita akan di sambut beberapa pemuda desa setempat yang mengatas namakan “Paguyuban Perintis Kelud” yang siap memandu perjalanan kita menuju ke puncak Kelud. Pak Suryadi (32) salah satu penggerak Paguyuban Perintis Kelud dengan ramah menghampiri rombongan kami. Sambutan yang diberikan memberikan kesan yang ramah dan bersahabat. Sesekali beliau menceritakan tentang sejarah kelud, mengingatkan kita tentang bawaan yang diperlukan kala di atas, dan berkali-kali menyampaikan untuk jangan sungkan meminta bantuan beliau dan rekan-rekan lain jika di perlukan.

14115421551928874090
14115421551928874090
Di pos 1 ini, selain di fungsikan sebagai tempat parkir kendaraan, juga sebagai awal transaksi penggunaan jasa ojek dan guide ke puncak Kelud, tidak ada kesan pemaksaan dari mereka, justru lebih ke himbauan. Simple saja “kalo ngeyel, yo budhal o dewe”, kalo memang merasa bisa sendiri untuk menuju kesana, ya silahkan saja. Di pos 1 ini juga terdapat Kamar mandi dan WC umum yang didirikan untuk wisatawan yang membutuhkan. Sebagi catatan, rute menuju puncak Kelud akan melewati 4 pos, dan hanya di pos 1 yang di lengkapi dengan Kamar mandi umum.
14115432791872436021
14115432791872436021


Setelah selesai mempersiapkan semua yang perlu di bawa, kita mulai perjalanan selanjutnya dengan mengendarai ojek. He he he…, seru abis…!! Dengan kendaraan seadanya (kendaran memang milik pribadi dari masing-masing anggota Paguyuban Perintis Kelud) ada yang type bebek, matic, syukur-syukur dapet trail abal-abal, perjalanan masih 50 meter, roda belakang sudah selip kemana-mana. Tidak jarang kita juga terpaksa turun dan berjalan kaki 5-10 meter, karena medan yang di lewati menanjak extreme!

14115422751656925232
14115422751656925232
Sesampainya di pos 2, kita sudah di suguhkan pemandangan yang menabjubkan. Tepat di depan pos 2, kita bisa menikmati pemandangan Sungai putih.  Kenapa disebut sungai putih, karena sebenarnya ini bukanlah sungai, tapi celah gunung yang menjadi “Jalan” lahar gunung kelud pada saat letusan, sehingga sekarang sungai tersebut terlihat kering dan berwarna putih, karena masih dipenuhi dengan abu vulkanik. Bahkan di beberapa bagian , masih mengeluarkan asap panas. Di pos 2 ternyata lagi-lagi kita disambut, kali ini oleh pak Agus. Siapa beliau? Nanti kita ceritakan di belakang aja ya…. Sekarng saya mau menyantap makan pagi yang sudah dibawakan oleh pak Agus, Lapaaarrr… Tentunya sambil menikmati puncak Gunung Gajah Mungkur, Gunung Buthak, Gunung Sumbing dan Gunung Jebuk yang kesemuannya merupakan anakan dari Gunung Kelud.
14115423902018658320
14115423902018658320

Lanjut perjalanan ke pos 3 dan 4, masih dengan menggunakan speda motor dengan jalur fun offroad. Ada cerita tersendiri dari jalan yang kita lalui. Ternyata menurut temen-temen Paguyuban Perintis Kelud, jalan ini sebelumnya hanyalah jalan setapak yang mereka gunakan untuk jalur sehari-hari mencari rumput untuk makan ternak. Namun setelah kejadian Gunung Kelud meletus bulan Februari kemarin, para pemuda penduduk setempat berinisiatif untuk melebarkan jalan untuk mempermudah akses jalan ke puncak kelud. Ide itu muncul setelah beberapa warga setempat dan tetangga-tetangga desa berbondong-bondong ingin menyaksikan puncak kelud pasca letusan, sehingga dibentuklah kelompok “Paguyuban Perintis Kelud” ini yang hingga saat ini berjumlah 20 pemuda yang kesemuannya berasal dari desa Karangrejo sendiri. Tidak hanya akses jalan yang di perlebar, Paguyuban yang dana awalnya benar-benar dari angotanya masing-masing ini bertekat untuk membuat kawasan wisata di puncak Kelud, perlahan tapi pasti, sumbangan warga dan upah dari ojek dan guide mereka kumpulkan untuk membangun sarana dan prasarana. Beberapa jalan yang terlalu menanjak, mereka bangunkan jalan beton, tali-tali bantuan untuk mendaki juga mereka pasang di titik-titik tertentu, anak tangga untuk menuruni sungai dll.

1411542633402972686
1411542633402972686

Akhirnya, kita sudah sampai di titik pemberhentian terakhir kendaraan. Selanjutnya kita akan mendaki menuju puncak. Dengan di pandu 2(dua) orang guide, kita mulai perjalanan menyusuri tebing. Ada hal menarik disepanjang perjalanan, material sisa letusan gunung kelud masih sangat tebal menyelimuti hampir seluruh tempat yang kita lalui. Terhampar putih , serasa berjalan di gurun pasir. Ditambah dengan pohon-pohon yang mati, hingga tersisa kayu yang berserakan di semua tempat, menyuguhkan pemandangan yang jarang kita temui di tempat lain.

14115428151157524322
14115428151157524322

Tak terduga sebelumnya, perjalanan mendaki begitu terasa berat, memakan waktu hingga lebih dari 1 jam perjalanan membuat beberapa rombongan kita bertumbangan. Mas Helmi adalah korban pertama yang terpaksa menghentikan perjalanannya di menit-menit awal, disusul dengan Mas Rahadi di paruh perjalanan selanjutnya. Jarak yang cukup jauh,medan yang terselimuti bebatuan dan semakin tipisnya udara menjadi beberapa faktor beratnya jalan menuju ke puncak Kelud. Semangat saya pun hanya bermodal “harus” tau puncak kelud sekarang, padahal nafas sudah senin-kamis.

1411543322764142147
1411543322764142147

Sial…!! Setengah mati menempuh perjalanan yang cukup berat. Sesampainya di puncak gunung Butak, sampai juga awan pekat menyelimuti seluruh permukaan. Apess…. Padahal jika cuaca cerah masih ada 2 tempat lagi yang harus di lewati, yaitu puncak gunung sumbing dan baru turun ke kawah Kelud. Dengan turunya kabut pekat ini buyar sudah acara utama”Hunting foto”!, benar-benar jadi hutang yang belum terbayar lunas.

1411543108491701919
1411543108491701919


Tak lama setelah saya dan sisa rombongan menghabiskan waktu sia-sia di puncak Butak, datang rombongan pak Agus yang baru sampai kawah kelud. Tampak keramahan dari rombongan, meski belum pernah kenal sbelumnya. Pak Agus yang merupakan pengusaha Poultry Shop ini ternyata juga penggerak sekaligus penyumbang dana untuk pengembangan wisata Gunung Kelud di wilayah Karangrejo-Garum-Blitar.

14115431611657903126
14115431611657903126
Kenyang ngobrol, hunting “maksa” dan waktu yang sudah menjelang sore, kitapun beranjak untuk turun. Kabut yang masih sangat tebal dan jarak pandang yang terbatas, memaksa kita untuk lebih berhati-hati saat menuruni puncak Buthak yang mempunyai kemiringan sekitar 40 derajat dengan permukaan berbatu! Alhasil,”nyungsep”, ngesot, dan mendarat dengan pantat pun jamak terjadi. “Maklum, kita fotografer bukan pendaki gunung” celotehku beberapa saat setelah “ndlosor” dan disambut senyuman para guide yang membantu saya berdiri. Ternyata tidak semelalahkan saat berangkat, dengan sedikit ilmu meringankan tubuh dan lompatan maut, waktu yang di butuhkan untuk kembali di pos 4 hanya kurang lebih 40 menit. Disana sudah siap rombongan ojek yang dengan setia menunggu untuk mengantar kita turun ke bawah.
1411543439761220147
1411543439761220147

Yang namnya rejeki memang tidak kemana, perjalanan turun kita masih di suruh berhenti dan istiraht dulu di pos 2. Disana sudah menunggu pak Agus beserta istrinya yang ternyata memang berhobi sama, yaitu mendaki gungung! Kita disuguhin nasi bungkus dan kopi hitam buatan bu Gati, yang memang setiap harinya berjualan nasi dan minuman di pos 2 ini.

1411543361791163630
1411543361791163630


Sebenarnya masih krasan ngobrol, tapi dengan sopan pak Suprap yang merupakan ketua dari Paguyuban Peintis Kelud mengingatkan jika waktu sudah semakin sore. Kitapun berpamitan pulang, tentu dengan menyelesaikan masalah pembayaran jasa mereka dulu. Untuk ojek dikenakan biaya 30ribu / orang untuk pulang pergi dari pos 1 sampai pos 4 dan guide dari pos 4 sampai puncak gunung Butak dikenakan tariff 80rb/guide, dan jika sampai ke kawah biayany 100rb/guide. Sebuah harga yang pantas bagi mereka, mengingat perjalanan yang di tempuh pun  juga cukup berat.

1411543612750897129
1411543612750897129

14115436481214992122
14115436481214992122

14115437091897323790
14115437091897323790

1411543860839165446
1411543860839165446

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Travel Story Selengkapnya
Lihat Travel Story Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun