Isra Mi'raj adalah salah satu dari peristiwa penting bagi umat Islam, di mana kala itu Rasulullah menerima perintah shalat dari Allah SWT. Kejadian itu terjadi dalam waktu yang singkat, yaitu satu malam saja. Di dalam al-Qur'an pun sudah dijelaskan yaitu dalam QS Al-Isra ayat 1 :
"Maha Suci Allah, yang telah memperjalankan hamba-Nya pada suatu malam dari Al Masjidil Haram ke Al Masjidil Aqsha yang telah Kami berkahi sekelilingnya agar Kami perlihatkan kepadanya sebagian dari tanda-tanda (kebesaran) Kami. Sesungguhnya Dia adalah Maha Mendengar lagi Maha Mengetahui."Â (QS Al-Isra [17]: 1)
Ayat ini menjadi dasar akan peristiwa Isra Mi'raj yang dialami oleh Rasulullah SAW. Di mana perjalanan yang dilakukan beliau dimulai dari Masjidil Haram menuju ke Masjidil Aqsha, lalu setelah itu berpindah ke Sidrathul Muntaha. Semua itu bisa terjadi atas kehendak-Nya. Dan peristiwa ini tidak bisa diterima secara akal, bahkan kalau pun terjadi di zaman ini, maka itu akan mustahil. Peristiwa ini hanya mampu diyakini dengan iman, karena sejatinya segala sesuatu atas kehendak-Nya, cukup diyakini.Â
Kala itu, Rasulullah tidak sendirian. Ia berangkat bersama malaikat yang paling agung, yaitu Malaikat Jibril. Keduanya berangkat menaiki tangga langit secara bertahap. Di langit pertama, keduanya bertemu dengan Nabi yang pertama, yaitu Nabi Adam as. Di langit kedua, keduanya bertemu dengan Nabi Idris as. Di langit keempat, keduanya bertemu dengan Nabi Harun as. Di langit keenam, terdapat Nabi Ibrahim as dan di langit ketujuh, Rasulullah bertemu dengan Nabi Musa as. Dan di atas lagi adalah Sidhratul Muntaha.Â
Di saat Rasul ingin melanjutkan ke Sidhratul Muntaha, Jibril tidak bisa mendampinginya. Maka, Rasul pun berangkat sendiri. Tatkala, beliau sudah bertemu dengan Allah, maka Nabi Musa bertanya, "Apa yang diperintahkan Allah kepadamu?"
Rasulullah menjawab,"Diperintahkan kepadaku untuk mengerjakan 50 shalat setiap hari dan malam."
Nabi Musa pun membalas,"Sesungguhnya umatmu tidak bisa untuk mengerjakannya. Maka, kembalilah dan mintalah keringanan untukmu."
Maka Rasulullah kembali dan meminta keringanan kepada Allah,"Ya Allah, berikanlah kami keringanan. Sesungguhnya umatku tidak bisa mengerjakan ini."
Allah pun menguranginya. Dia pun menetapkan 10 shalat saja untuk umat Muhammad. Namun, itu pun juga masih berat bagi Rasul hingga akhirnya Allah menetapkan 5 shalat bagi Muhammad dan umatnya.Â
Setelah penetapan itu, Nabi Musa pun berkomentar,"Wahai Muhammad! Allah telah menetapkan kepada kaumku, Bani Israil lebih sedikit dari umatmu, namun mereka meninggalkannya. Sedangkan umatmu lemah secara fisik, hati dan indra lainnya. Maka, kembalilah dan mintalah keringanan."
Rasulullah pun kembali dan menyampaikan keluh kesahnya. Namun, Allah menguatkan hati Rasulullah dan meneguhkannya. Allah sebutkan akan keutamaan yang akan didapat oleh umat Muhammad di saat beribadah hingga akhirnya Rasulullah pun berkata kepada Nabi Musa as,"Wahai Musa! Demi Allah! Aku malu terhadap Tuhanku!"
Begitulah serpihan dari peristiwa Isra Mi'raj yang dialami oleh Rasulullah SAW. Di mana bila kita pelajari bahwa Nabi Musa telah memperingatkan bahwa perintah shalat 5 waktu akan sulit dikerjakan oleh umat Rasulullah. Dan bila melihat kondisi saat ini, ada sebagian orang yang masih sulit untuk mengerjakan perintah ini. Mereka terkadang masih sibuk dengan urusan duniawi hingga akhirnya meninggalkan shalat.Â
Maka, di moment Isra Mi'raj ini, hendaklah setiap muslim untuk mengoreksi dirinya, sudah sejauh mana shalat yang dikerjakannya? atau jangan-jangan sudah hidup puluhan tahun, tapi belum juga mengerjakan shalat 5 waktu?Â
Peringatan Isra Mi'raj bukan hanya diadakan secara seremonial saja, melainkan hikmah akan peristiwa itu juga perlu direnungi. Bila Rasul sudah berjuang untuk memudahkan kita beribadah, lantas masih kah kita malas untuk berubah?
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H