Untuk minggu ini, apakah kalian sudah membaca buku?
Bila belum terbiasa untuk membaca buku, saya menyarankan untuk membaca buku-buku yang ringan dulu. Mulai dari buku-buku fiksi, buku-buku non-fiski, atau komik.
Saya pribadi sih, cukup senang dengan buku-buku fiksi. Mulai dari kumpulan cerpen dan juga novel. Saya rasa, semua orang suka novel. Apalagi kaum hawa. Nah, saran saya, pilihlah novel yang punya nilai-nilai hikmah. kayak novel Kang Abik, Asma Nadia, Ma'mun Affany, dan masih banyak lagi.
Bulan ini, saya pun membeli novel "Ayah" dari Andrea Hirata dan "Gadis 12 Harakat" dari ma'mun Affany. Karena bagi saya, novel itu bahasanya simpel dan mudah untuk dipahami.
Selain buku-buku fiksi, saya pun juga suka buku-buku non fiksi. Di antaranya buku-buku dari Ahmad Rif'an Rifai. Tahu kan, siapa beliau?
Iya, benar. Buku-buku beliau sudah banyak banget. Saya pribadi pun juga mengoleksi buku-buku beliau. Seperti ketika Tuhan tak lagi dibutuhkan, menikahlah sebelum usia 30 tahun, dan juga saya pernah menulis antologi dengan beliau. Yang judul bukunya "Never Stop Trying".
Tapi, kali ini, saya akan mengulas buku beliau yang bagi saya, cukup bagus bukunya. Karena bagi saya, judulnya pun sudah bisa memikat pembaca.
"Hidup kaya raya, mati masuk surge" judulnya menarik, kan?
Buku ini adalah buku yang mengisahkan akan perjalanan beliau membangun bisnis. Beliau pun bercerita bahwa beliau sudah mulai berbisnis sejak SMA. Di masa SMA, beliau pun sudah punya target, kalau hidup jangan biasa-biasa saja.
"Kemauan yang besar sering kali mengundang hadirnya kemampuan yang besar". Ini adalah salah satu pepatah hikmah dalam buku tersebut. Saya pun setuju. Karena tanpa ada kemauan, maka tak akan ada kemampuan yang menepi di tubuh kita. Karena kemampuan itu akan muncul setelah adanya kemauan untuk berbuat.
Ada juga "Keberuntungan adalah perkawinan antara persiapan dengan momentum". Ada yang beranggapan, kalau keberuntungan itu datang tak tertungga. Ini benar juga, tapi kata-kata Mas Rif'ai lebih tajam. Artinya, setiap orang harus menyiapkan segala apa yang dibutuhukan, terutama para pelaku usaha. Untung dan rugi adalah hal wajar. Tapi kalau rugi terus, itu yang nggak wajar.
Masa muda adalah masa yang penuh gejolak. Di mana semua potensi dapat dimaksimalkan. Saat ini, banyak banget pelaku-pelaku usaha dari kalangan milenial. Lihat aja Go-jek, Bukalapak, itu adalah pelaku-pelaku usaha dengan CEO anak-anak milenial. Jadi, nggak ada tuh anak-anak milenial nggak bisa bersaing di dunia usaha saat ini.
Tapi, saya sebagai praktisi pendidikan dan pelaku usaha, terkadang cukup miris melihat anak-anak saat ini. Kemanjaan masih banyak. Tak banyak yang bisa hidup mandiri. Orang tua sangat takut, jika anaknya berada di jurang kesusahan. Padahal, dalam pepatah Arab mengatakan, "Kenikmatan itu dirasakan setelah kelelahan".
Hal ini tertulis di buku, "Silakan anak muda berpikir hal yang paling gila sekalipun tapi satu jangan pernah berhenti belajar".
"Out of the Box". Itulah semboyan generasi milenial yang kreatif.
Nah, di akhir buku pun, ada ajakan dari penulis untuk bekerja sekaligus beribadah. Mas Rif'ai menulis bahwa segala apa yang kita kerjakan itu tergantung kepada niatnya. bila niatnya baik, maka balasannya pun baik. tapi bila sebaliknya, ya pastinya, balasannya pun buruk.
Apa yang kita hasilkan pun harus dari hasil yang halal. Jangan kita bekerja dari hasil yang haram. Karena apa yang dikerjakan, akan dimintai pertanggungjawaban kelak.
Sudah saatnya, anak-anak sekarang itu, kreatif dalam berwirausaha. Jangan malah, sibuk mencari kerja. Lamar sana-sini, hanya bekerja tak lama. Udah bekerja lama, malah di PHK. Lagi-lagi, itu akan menambah nilai pengangguran yang ada. Sudah saatnya kita bangun usaha.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H