Mohon tunggu...
Endri  Prasetyo
Endri Prasetyo Mohon Tunggu... Penulis - Penulis

Penulis (Khazanah Islam, Ekonomi dan Sastra)

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Pusat Peradaban Islam Kota Bekasi

2 Juni 2021   20:13 Diperbarui: 3 Juni 2021   08:46 396
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Aktivitas kehidupan di kota sangatlah berbeda dengan di desa. Bila di desa, umumnya orang-orang akan bekerja dari pagi hingga petang. Namun, hal ini jarang ditemukan di kota. Aktivitas pekerjaan seakan tidak berhenti. Kehidupan di pagi dan malam hari seakan tak ada bedanya. Sistem kerja shift menjadikan manusia yang tinggal di kota merubah system kerja tubuh. Hal ini yang membuat pola hidup manusia tidaklah sehat. Bahkan, mereka rela untuk mengorbankan waktu ibadah hanya untuk mengambil sedikit kenikmatan dunia.

Allah menjadikan waktu siang untuk bekerja dan waktu malam untuk istirahat. Hal ini telah Allah jelaskan dalam firman-Nya.

"Dan Kami jadikan malam sebagai pakaian. Dan Kami jadikan siang untuk mencari penghidupan." (QS. An-Naba': 10-11)

Bila setiap manusia bisa mengambil hikmah dari ayat ini, tentunya hidupnya akan nyaman. Bekerja di waktu di siang terasa lebih nyaman dibandingkan di malam hari, karena pada dasarnya Allah menciptakan tubuh ini seperti itu.

Namun, manusia terkadang lupa akan hal ini. Terlebih bagi yang hidup perkotaan. Tuntunan hidup yang kian sulit menjadikan setiap orang harus berfikir untuk bertahan hidup. Tak sedikit yang mengabaikan tuntunan agama. Asalkan dapat uang, hidup pun kian senang. Padahal, itu belum tentu bahagia. Karena harta yang dihasilkannya tidaklah mengandung keberkahan.

Terlebih saat ini, di mana dunia sedang mengalami musibah yang sama. Wabah virus corona menjadi ujian bagi seluruh umat. Krisis kesehatan kian mengkhawatirkan, di mana kasus positif terus bertambah dan vaksin pun masih dalam proses percobaan. Ekonomi pun kian meredup. Pelaku usaha pun turut merasakan pil pahit itu. Usaha mereka sepi. Sementara biaya kehidupan terus menagih. Namun, yang lebih mengkhawirkan adalah apakah akidah umat Islam kian bertambah kuat atau malah melemah?

Mereka yang imannya lemah akan terus menyalahkan keadaan. Rasa pesimis selalu muncul di benaknya. Dirinya bertanya, "Kapan musibah ini akan berakhir?"

Namun, mereka yang memiliki iman yang kuat akan terus menyakinkan dirinya dan orang-orang di sekitarnya bahwa ini adalah bentuk cobaan dari Allah. Tak pantas mengeluh akan takdir yang telah terjadi. Karena segala takdir telah diatur oleh-Nya. Rasulullah pernah berpesan mengenai takdir manusia.


"... Allah telah menetapkan takdir untuk setiap makhluk sejak lima puluh ribu tahun sebelum penciptaan langit dan bumi."

Untuk itulah, setiap muslim harus terus mempertebal imannya. Caranya bisa dengan mendengar ceramah Islam atau mengujungi tempat-tempat yang bisa menguatkan keimanannya, di antaranya adalah Islam Center Kota Bekasi. Karena di sini menjadi tempat masyarakat muslim berkumpul untuk membahas persoalan umat. Selain itu, di sini juga menjadi pusat beribadah ribuan muslim. Kegiatan-kegiatan seperti seminar, resepsi pernikahan, dan pelatihan pun kerap kali diadakan di sini. Selain lokasi yang mudah dan strategis, biaya yang dikeluarkan untuk menuju ke sini pun tidaklah mahal.

Di antara syiar Islam yang sering diadakan di Islamic Center Kota Bekasi adalah kajian sabtu dan ahad. Namun, di masa-masa saat ini, kegiatan yang sifatnya mengumpulkan masa dalam jumlah yang banyak harus ditiadakan. Selain itu, alumni-alumni pesantren dari berbagai pondok pun, kerap kali membuat agenda di sini. Dengan begitu, syiar Islam lebih terasa untuk warga Bekasi.

Dari puluhan pesantren, alumni Pondok Gontor turut ambil andil dalam mensyiarkan nilai-nilai Islam di lingkungan Islamic Center Kota Bekasi. Perpulangan dan pemberangkatan santri dan santriwati Gontor diadakan di sini. Di mana wali-wali santri juga turut serta untuk melepas para pejuang Islam. Mereka berjuang untuk menimba ilmu di pondok dan kembali untuk berdakwah di rumahnya.

Sejarah mencatat bahwa Rasulullah mengatur segala kegiatan di Jazirah Arab melalui masjid Nabawi. Tatkala itu, Madinah sebagai ibukota. Di mana segala bentuk aktivitas, baik sosial, pendidikan, ekonomi diatur dari sana. Bahkan, tradisi ini pun dilanjutkan oleh orang-orang selanjutnya. Baik Abu Bakar, Umar, Utsman, dan Ali juga menerapkan hal yang sama sehingga syiar Islam semakin dikenal di wilayah Arab. Bahkan, syiar Islam terdengar hingga ke wilayah Roma dan Persia. Itu semua bermula dari titik strategis yaitu masjid.

Sudah saatnya Islamic Center Bekasi menjadi pusat peradaban Islam bagi warga Bekasi. Kegiatan-kegiatan yang bermanfaat diadakan. Rutinitas ibadah ditingkatkan. Terlebih lokasinya yang terbilang strategis sehingga segala bentuk kegiatan-kegiatan Islam bisa diadakan dengan maksimal. Dengan begitu, Bekasi bukan hanya dikenal dengan kota yang memiliki UMR yang tinggi. Namun, Bekasi juga dikenal dengan kota yang memiliki nilai-nilai keislaman yang tinggi.

 

Follow Instagram @kompasianacom juga Tiktok @kompasiana biar nggak ketinggalan event seru komunitas dan tips dapat cuan dari Kompasiana
Baca juga cerita inspiratif langsung dari smartphone kamu dengan bergabung di WhatsApp Channel Kompasiana di SINI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun