Mohon tunggu...
Angga Atas
Angga Atas Mohon Tunggu... Wiraswasta - Wiraswasta

Menulis untuk menembus peradaban

Selanjutnya

Tutup

Cerita Pemilih Pilihan

Era Milenial, Menyongsong Pemilu 2024

18 Desember 2023   19:55 Diperbarui: 18 Desember 2023   20:38 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerita Pemilih. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/GARRY LOTULUNG

Republik Indonesia, sebuah negara terbesar ke-4 di dunia (berdasarkan rilis laman World Population Review) pada saat ini memiliki tiga pasangan calon presiden dan wakil presiden yang akan bersaing pada ajang kontestasi Pemilihan Umum (Pemilu) 2024. Pasangan tersebut adalah Anies Rasyid Baswedan dan Muhaimin Iskandar, yang akrab disapa dengan panggilan "Cak Imin" ini memperoleh nomer urut 1 (satu). 

Sedangkan Prabowo Subianto beserta wakilnya yaitu Gibran Rakabuming Raka yang merupakan anak dari seorang Presiden (Joko Widodo) sekaligus mantan walikota Solo, Jawa Tengah mantap melaju menjadi pasangan capres dan cawapres nomor urut 2 (dua), meski sempat diterpa isu miring dengan adanya Putusan Mahkamah Konstitusi (MK) yang merubah persyaratan minimal batas usia seorang calon presiden maupun wakil presiden berdasarkan Putusan MK Nomor 90/PUU-XXI/2023, MK memaknai Pasal 169 huruf q UU Pemilu menjadi "Persyaratan menjadi calon presiden dan wakil presiden adalah: q. Berusia paling rendah 40 (empat puluh) tahun atau pernah/sedang menduduki jabatan yang dipilih melalui pemilihan umum termasuk pemilihan kepala daerah". Selanjutnya, terdapat nama Ganjar Pranowo dan Mahfud MD yang merupakan pasangan nomer urut 3 (tiga) pada perhelatan akbar demokrasi Indonesia.

Merujuk pada tiga nama pasangan capres dan cawapres pada kontestasi Pemilu mendatang, tentu banyak masyarakat yang mulai menentukan "hak pilih"-nya sejak jauh-jauh hari. Hal demikian terjadi karena ada beberapa faktor penyebab arus dukungan pada tiga pasangan capres dan cawapres ini. Pertama, tentu kita sebagai masyarakat harus mengakui kekuatan basis massa suatu partai politik (Parpol) pada setiap hajatan akbar demokrasi. Struktur partai, baik itu pada tingkat pusat hingga pada tingkatan daerah tentu mempunyai pengaruh kuat dan legitimasi yang tidak bisa disepelekan, terlebih jika partai tersebut mempunyai karakter maupun doktrin yang kuat pada setiap kader-kader struktur partainya. Nasionalis dan agamis merupakan dua komponen besar yang menjadi rujukan ideologis antar partai di Indonesia. 

Tentu hal ini tidak luput dari pengaruh sejarah masa lalu yang mana Indonesia merupakan negara yang merdeka dari penjajah, sehingga filosofi nasionalis merupakan penanaman karakter yang cukup kental pada masyarakat di Indonesia. Selain itu, tingginya jumlah penduduk beragama Islam menjadikan citra agamis suatu partai terkadang begitu kental ditonjolkan pada khalayak ramai namun tentunya tanpa ada diskriminasi pada suatu agama tertentu. Hal demikian terbukti dengan cukup banyaknya para pengusaha non muslim maupun politikus handal justru berasal dari tokoh non muslim. 

Faktor kedua, adanya fenomena relawan dan pendukung salah satu capres dan cawapres yang begitu fanatik dan cukup masif mengkampanyekan serta mendeklarasikan suatu dukungan politiknya. Hal ini terjadi juga karena adanya beberapa faktor penentu, diantaranya ketertarikan maupun kekaguman pada salah satu tokoh capres maupun cawapres sehingga terciptanya basis relawan yang cukup kuat pada tingkatan daerah. Faktor ketiga adalah banyaknya kategori pemilih swing voters. Mengutip laman resmi Kominfo, swing voters merupakan para pemilih yang pilihan politiknya masih bisa berubah. Pemilih pada kategori ini lebih mengedepankan rasionalitas dan melihat gagasan yang disampaikan para peserta pemilu. Pada saat ini pemilih kategori swing voters didominasi generasi milenial yang banyak mengakses internet.

Berdasarkan data, jumlah pemilih swing voters selalu mengalami lonjakan kenaikan pada setiap hajatan pemilu di Indonesia. Faktor keempat yaitu Indonesia diperkirakan akan menghadapi era bonus demografi hingga beberapa tahun ke depan, tepatnya pada tahun 2030 hingga 2040 mendatang. Terlebih pada saat ini tahun 2023, bonus demografi penduduk kian melonjak tajam. Bonus demografi yang dimaksud adalah masa di mana penduduk usia produktif (15-64 tahun) akan lebih besar dibanding usia nonproduktif (65 tahun ke atas) dengan proporsi lebih dari 60 persen dari total jumlah penduduk Indonesia.

Dengan demikian, pertarungan perebutan suara pemilih swing voters dan kategori pemilih milenial sangatlah menjadi tumpuan mendulang suara bagi siapapun capres dan cawapres yang ingin memenangkan kontestasi Pemilu 2024. Patut pula dipertimbangkan bahwa pemilih kategori swing voters dan milenial ini begitu sangat rasional dalam memperhitungkan arah dukungan politiknya. Semoga Pemilu 2024 mendatang dapat menghasilkan pemimpin terbaik yang diharapkan khalayak luas serta dapat membawa nama besar Indonesia agar disegani dunia. Wallahualam, salam 2024.

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerita Pemilih Selengkapnya
Lihat Cerita Pemilih Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun