Pertemuan        : 7
Moderator         : Ibu Raliyanti
Nara Sumber      : Ibu Ditta Widya Utami, S. Pd., Gr.
Tema              : Mengatasi Writer's Block
Assalamualaikum Teman-teman
Kelas Belajar Menulis PGRI Gelombang 27 sudah mencapai pertemuan ke 7, pada kesempatan kali ini yang bertugas sebagai moderator adalah Ibu Raliyanti yang berasal dari Jakarta. Beliau adalah peserta/alumni kelas BM PGRI Gelombang 20 dibawah bimbingan Om Jay. Beliau sudah membuat buku solo dan antologi. Beliau juga sudah menjadi salah satu anggota Tim Om Jay yang sering menjadi Moderator juga pembuat flyer disetiap kegiatan.
Nara sumber pada kelas kali ini adalah Ibu Ditta Ditta Widya Utami, S.Pd., Gr. Beliau adalah alumni BM PGRI Angkatan 7. Beliau adalah Seorang guru IPA dari Subang dengan segudang prestasi. Banyak buku hasil karya beliau dan banyak pula penghargaan yang beliau raih, diantaranya Penghargaan Dinas Pendidikan dan Kebudayaan Kabupaten Subang sebagai guru berprestasi pada tahun 2021.
Mengatasi Writer's Block adalah materi yang akan disampaikan oleh Nara sumber. Mungkin kita bertanya-tanya materi tentang apa ya ini?. Yang pasti, materi ini merupakan modal dalam membuat tulisan yang berkualitas.
Teman-teman
Saat ingin mulai menulis, pernahkan merasa semua ide-ide tiba-tiba lenyap?. Atau merasa tangan tiba-tiba menjadi kaku hingga tak mampu menuliskan sepatah kata pun?. Atau juga merasa betapa lambatnya pikiran kita dalam menemukan ide ide baru untuk menulis?. Jika jawabannya Ya, maka berhati-hatilah, bisa jadi kita sedang terserang Virus WB, alias Writer's Block.
Sulit fokus, tidak ada inspirasi menulis, menulis lebih lambat dari biasanya, atau merasa stres dan frustasi untuk menulis merupakan sebagian dari tanda-tanda kita terserang WB (writer's block).
Dalam Wikipedia arti dari Writer's Block adalah suatu keadaan saat penulis kehilangan kemampuan menulis atau tidak menemukan gagasan baru untuk tulisannya.
Keadaan ini bisa menimpa penulis pemula maupun profesional. Karena writer's block umumnya tidak disebabkan oleh masalah komitmen/kompetensi menulis. Artinya, orang yang sudah memiliki komitmen tinggi dalam menulis pun, masih bisa terserang WB. WB bisa menyerang di awal, tengah, maupun akhir tulisan. Lantas, apa sebetulnya yang menyebabkan WB?. Dan Bagaimana pula cara mengatasinya?.
Teman-teman
WB memang bisa menyerang siapa pun dan kapan pun. Yang terpenting ketika WB menyerang adalah, kita segera sadar dan cepat ambil tindakan untuk menyingkirkan WB tersebut. Bila tidak, bisa jadi WB akan melekat berhari-hari, berminggu-minggu, bahkan berbulan-bulan.
Salah satu cara terbaik mengatasi WB adalah dengan mengenali penyebabnya. Beberapa hal yang menyebabkan kita terserang WB adalah :
- Penyebab yang pertama adalah Mencoba metode/topik baru
Dalam menulis, mencoba metode/topic baru adalah bisa jadi salah satu penyebab kita terserang WB.  Misalnya jika kita terbiasa menulis karya tulis ilmiah, kemudian kita diminta untuk  membuat puisi. Keduanya tentu memiliki metode penulisan yang berbeda. Bagi yang belum terbiasa, tentu akan mengalami kesulitan saat harus menulisnya. Pada kasus ini,  mempelajari teknik dan banyak berlatih menulis merupakan solusi terbaik untuk meminimalkan dampak WB tersebut.
- Penyebab yang kedua adalah Stres.
Dalam sebuah jurnal berjudul "Stres dan Solusinya dalam Perspektif Psikologi dan Islam" yang ditulis oleh Admin Admin dan Himma (2019) disebutkan bahwa stres adalah respon tubuh yang diakibatkan karena adanya tuntutan dari luar diri individu yang melebihi kemampuan dalam memenuhi tuntutan untuk mengatasi dan menyelesaikan masalah tersebut. Jenuh. Pikiran dan hati kita tak bisa diajak kompromi untuk menulis. Di saat seperti ini, kita bisa melakukan healing, jalan-jalan, atau melakukan hobi lainnya insya Allah bisa segera mengusir WB. Namun jangan juga terlalu berlama-lama, hal ini untuk me-refresh kembali pikiran kita.
Meski stres menjadi salah satu sebab datangnya WB, sebetulnya menulis pun bisa menjadi salah satu obatnya. Dalam dunia psikologi, dikenal dengan istilah "Menulis Ekspresif". Dimana orang-orang dengan kasus tertentu akan diminta untuk menulis ekspresif. Menuliskan pengalaman traumatisnya, serta perasaan pada saat atau setelah mengalami hal tersebut. Berbagai penelitian menunjukkan bahwa orang yang menulis ekspresif akan memiliki kesehatan mental yang lebih baik. Yang pastinya kita harus selalu menjaga kesehatan fisik dan mental juga agar tidak mudah terserang WB.
- Penyebab yang ke tiga adalah Terlalu Perfeksionis.
Dalam menulis, mungkin pernah timbul pemikiran : "Tulisanku bakal ada yang baca nggak, ya?". "Duh, takut dibilang jelek tulisannya sama orang lain." "Ini ejaannya udah bener nggak ya?". Jika ada, bisa jadi kita terlalu over perfeksionis, dan ini bisa berbahaya. Karena bisa jadi, pemikiran sempurna seperti itu justru yang akan menghambat kita dalam menghasilkan karya. Dan kita yakin bahwa para penulis hebat pun terkadang masih terus merevisi tulisnnya. Dan tak selalu orang yang membaca tulisan kita akan berkomentar baik. Setidaknya kita tetap yakin bahwa tulisan kita akan menemukan takdir pembacanya.
Jika kita mau lebih fokus dalam menulis, bagi yang mudah teralihkan sebaiknya jauhkan hal-hal yang sifatnya distraksi. Misalnya seperti sering tergoda melihat-lihat daftar belanja online, atau iklan yang menarik saat menulis, simpanlah hp di tempat yang aman dan jauh dari jangkauan. Sehingga kita busa fokus untuk menulis.
Materi ini akan jadi pengalaman yang luar biasa dalam kehidupan kita.
Intinya adalah mari kita kembali ke komitmen. Kuatkan tekad untuk menulis. Saling menyemangati satu sama lain untuk tetap terus istiqomah dalam menulis. Semoga semuanya nanti akan dikabulkan impiannya untuk mempunyai buku karya sendiri alias buku solo.
Closing statement dari nara sumber menjadi penutup kelas pada kali ini,
"Kita adalah manusia biasa. Wajar bila masih salah. Wajar bila masih takut. Namun, meski demikian, dalam setiap kita ada keberanian yang sungguh apinya membara.. Jaga semangat itu untuk tetap berkarya, salah satunya melalui tulisan-tulisan kita. Yakinlah, bahwa tulisan kita akan bermanfaat bagi orang lain. Minimal, untuk diri kita. Tetap semangat menulis. Mari menjadi pembelajar seumur hidup"
Kesulitan dan masalah adalah hal yang membuat kehidupan ini menarik dan berarti.
Sulit bukan berarti tidak bisaÂ
jika ada kemauan, di situ ada jalan.
Semoga bermanfaat.
Salam hangat penuh semangat.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H