Mohon tunggu...
Endrat Kartiko Utomo
Endrat Kartiko Utomo Mohon Tunggu... Nurse -

Mahasiswa magister keperawatan universitas muhammadiyah yogyakarta

Selanjutnya

Tutup

Healthy Artikel Utama

Dilema Pemberian Nutrisi dan Hidrasi Pasien Kritis

28 Juni 2018   13:38 Diperbarui: 30 Juni 2018   12:18 3006
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Dalam dunia kesehatan masalah pemberian nutrisi dan hidrasi pada pasien kritis masih menjadi dilema etik khususnya di Intensive Care Unit (ICU) pada pasien yang mendekati kematian. Mengapa demikian? Sebelumnya perlu diketahui lebih dulu, pasien kritis atau pasien yang mendekati kematian tindakan perawatan sudah berbeda yang awal perawatannya berfokus untuk mengobati pasien berganti dengan meningkatkan kenyamanan pasien dalam menghadapi kematian. 

Cara meningkatkan kenyamanan pasien saat menghadapi kematian adalah dengan menciptakan kematian dengan damai dengan menghindari resiko bahaya atau komplikasi dari setiap tindakan perawatan yang dilakukan. 

Pemberian nutrisi dan hidrasi itu seperti apa?

Nutrisi merupakan makanan/cairan yang diberikan dengan tiga metode, pertama oral nutrition diberikan melalui mulut menuju lambung, kedua enteral nutrition dengan bantuan selang dari hidung menuju lambung atau pembedahan di area perut dan ketiga parenteral nutrition melalui pembuluh darah, yang tentunya semua bentuk makanan berbeda setiap metode. 

Hidrasi merupakan cairan/elektrolit yang diberikan tidak melalui mulut tetapi dengan selang dari hidung ke lambung, pembuluh darah dan kulit.

Lalu apa hubungan antara pemberian nutrisi dan hidrasi dengan kanyamanan dan resiko bahaya?

Penelitian yang sudah dilakukan beberapa tahun ini menjelaskan bahwa pada pasien kritis dan mendekati kematian pemberian makanan dan cairan dapat beresiko dapat menyebabkan pasien mengalami kelebihan cairan, sesak nafas, diare, konstipasi dan mual yang disebabkan menurunnya kerja organ-organ tubuh. 

Selain itu pemasangan alat bantu seperti selang ditubuh mengurangi tingkat kenyamanan pasien dan fakta-fakta yang perlu diketahui bahwa pasien yang mendekati kematian tidak mengalami lapar dan kehausan dan secara fisiologis tidak menunjukan tanda-tanda akan lapar dan haus serta dengan tindakan menghentikan pemberian nutrisi tidak mempercepat proses kematian. 

Dengan keadaan tersebut apakah pemberian nutrisi dihentikan? 

Jawabannya belum tentu, karena apa? Dalam membuat keputusan penghentian nutrisi berhubungan dengan sikap, keyakinan, agama dan budaya dari pasien dan keluarga. 

Misalnya pasien dan keluarga percaya bahwa dengan penghentian asupan nutrisi dapat mempercepat kematian karena pasien tidak diberikan nutrisi yang cukup untuk bertahan hidup, dari sisi agama dan budaya pasien dan keluarga percaya bahwa wajib memberikan nutrisi bagi pasien mendekati kematian. Maka dalam pemberian nutrisi masih menjadi dilema etik dalam tindakan kesehatan khususnya pasien yang mendekati kematian.

Lalu bagaimana cara menyelesaikan masalah tersebut?

Berpedoman pada prinsip etik, pertama menghormati keputusan pasien atau keluarga (autonomy) keputusan tersebut tidak berarti pasien atau keluarga bebas memutuskan dan semua keinginan dikabulkan, tetapi melewati proses dengan memberikan edukasi, informasi penuh terkait manfaat dan bahaya dalam pemberian nutrisi dan serta saat pengambilan keputusan tidak ada paksaan dan tekanan dari siapapun.

Kedua, memperhatikan manfaat (Beneficence) dan tidak merugikan (Non-Maleficence) bagi pasien. Dengan cara memperhitungkan "keseluruhan manfaat" dari hasil pemberian nutrisi terhadap penyakit, kualitas hidup, psikologis dan spiritual pasien. Jika pemberian nutrisi memiliki resiko dan bahaya lebih besar maka wajib untuk dihentikan.

Ketiga, keadilan (justice) yang mengacu bahwa setiap individu berhak mendapatkan perawatan terbaik, adil dan tanpa diskriminasi. Keadilan juga berarti mendapatkan perawatan yang sama untuk mencapai manfaat yang sebenarnya bagi pasien. Tindakan perawatan yang sia-sia dan hanya memperanjang penderitaan dan fase kematian bagi pasien harus dihindari. 

Bagaimana islam memandang masalah tersebut?

Dari sebuah penelitian menjelaskan, bahwa islam memandang pemberian nutrisi sebagai kebutuhan dasar bukan sebagai pengobatan medis sehingga mewajibkan memberikan nutrisi untuk pasien kritis dan mendekati kematian kecuali jika pemberian nutrisi tersebut mempercepat kematian. 

Islam juga memperbolehkan menghentikan tindakan apabila lebih beresiko dan berbahaya dari pada manfaat dan jika dirasa hasilnya akan sia-sia. Islam menganjurkan perawatan pada pasien kritis atau mendekati kematian adalah menghindari atau mencegah cidera dan bahaya setiap tindakan yang dilakukan. 

Begitu kompleksnya untuk memutuskan suatu tindakan dalam merawat pasien kritis dan mendekati kematian, banyak faktor-faktor yang perlu diperhatikan sehingga keputusan nantinya bisa dipahami semua pihak. Keputusan yang sudah diambil harus disertai lembar persetujuan dari pasien, keluarga dan pelayanan kesehatan. Semoga bermanfaat dan terima kasih

PENULIS: Endrat Kartiko Utomo (Mahasiswa Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

PEMBIMBING: Erna Rochmawati., SKp., MNSc., M.Med,Ed., Ph.D. (Dosen Magister Keperawatan Universitas Muhammadiyah Yogyakarta)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Healthy Selengkapnya
Lihat Healthy Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun