melihatmu berjalan sendirian menuju tempat parkir
menerka-nerka apa gerangan yang sedang kau pikir
entahlah,
yang pasti aku ingin bikin kamu bahagia
hanya itu saja yang ada di benakku
mengais sisa-sisa rindu, mengumpulkan pecahan yang pernah runtuh, ingin merangkai kembali walaupun belum pernah terjadi, itu saja yang ku kumpulkan saat selesai bekerja sore hari
Selalu menyenangkan menungguimu selepas kerja, melihatmu melangkah menjauh menghilang di balik tembok yang jingga. Kau nampak riang sekaligus lelah, tetapi tidak tahu luka hatimu
Menyapamu adalah sisa rindu semalam yang sudah sampai di depan rumah, dan kata kerja adalah sisa kopi pagi yang sudah menjadi dingin, tapi kuminum juga. Tiba-tiba aku ingin menangis tanpa air mata
Di dalam dadaku banyak kata yang lelah dan terpaksa menjadi rahasia. Aku tiba-tiba ingin seluruh diriku dicuri. Maka kubiarkan daun jendela terbuka dan memandangi purnama, barangkali bisa kuajak berbagi rahasia
Baik di awal atau akhir puisi ini adalah tentang kau yang selalu kubaca. Aku mencintaimu seperti Sapardi lagi membikin puisi. Di pelipis mata kananmu ingin kutulis sesuatu yang hangat dan ku usap pelipis mata kirimu.
Aku masih menunggumu di sisa-sisa kantukmu sambil mendengarkan lagu-lagu sepi di akhir bulan Desember sampai tidurmu tanpa mimpi. Barangkali kau sudah lelah menunggu dan aku yang mulai cemas kehabisan lagu
Lalu kau datang membawakan lagu-lagu dan aku yang memetik gitar sambil duduk di sampingmu. Mau itu lagu cinta atau elegi, tak akan ku biarkan ada sendiri di antara kita lagi.
Temanggung, 2023
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H