Kenyataan memang pahit,
seperti kopi yang ku minum pagi ini
Aku dihadapkan pada dua pilihan
Untuk meratap pada bahsanya November
atau berharap pada rembulan kecil yang bersinar redup
Rasa manis kecapan terakhir kopiku
selalu terbayang setiap hari karena
aku melihat bayang-bayang selalu datang
"Kurang ajar!" Pikirku
Padahal aku sudah tahu
bahwa kesemuanya adalah semu
Tapi tetap saja aku melagu merdu
dalam nada yang kian sendu
Saat rindu pertemukan nafasku dengan bumi milikmu
Dan seketika semesta mengamini
.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H