Mohon tunggu...
Inovasi

Mencintai dengan Sederhana; Novel Kau, Aku, dan Sepucuk Angpau Merah

21 Februari 2018   19:23 Diperbarui: 21 Februari 2018   19:29 637
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

 Dalam ceritaku ini, jangan pernah membantah Pak Tua, untuk orang yang pernah mengelilingi separuh dunia, dia selalu benar. (hal 479)

Sebagai sahabat terbaik Borno sedari kecil, Andi memegang peran penting bagi jalannya kisah ini. Andi adalah sesosok sahabat yang setia, humoris, dan sedikit jahil. Berkebalikan dengan Borno yang tidak mengerti apapun tentang cinta, Andi sangat hebat dalam berkata-kata. Andi selalu memberikan dukungan kepada Borno dengan kata-kata puitisnya. Kata-kata yang sayangnya belum pernah ia pakai untuk dirinya sendiri. Panggambaran mengenai tokoh Andi dipaparkan dengan apik oleh Tere Liye melalui beberapa kutipan berikut ini.

Setelah begitu banyak provokasi dan perlakuan tidak adil, aku melawan, aku tidak mau berhenti. Andi, sohib dekatku, berapi-api membelaku. "Lihat saja nanti pas satu bulan, seberani apa dia melarang-larang orang merdeka berlalu-lalang. Itu pelanggaran UUD 45. Harusnya dia urus saja dulu keluarga sendiri. Lihat, bukankah dia sudah bertahun-tahun pisah rumah dengan istrinya." Andi balas mengungkit-ungkit ranah personal Bang Togar. Alamak, semakin dekat tenggat waktu satu bulan, situasi kian runcing. (hal 40)

Saijah, Ibu Borno, sosok perempuan kuat yang selalu membimbing anaknya untuk tetap berada di jalan kebenaran. Bersifat tegas, penyayang, kuat, namun juga pemalu. Penggambaran tokohnya yang sangat kuat membuat pembaca mampu merasakan kasih sayang yang diberikan Saijah kepada Borno, meski tidak terlalu kentara. Hal ini disampaikan dalam kutipan berikut.

"Kau tahu, Borno. Tempat bekerja kau sebelumnya, meski bau, membuat orang lain menutup mulut saat kau lewat, hasilnya wangi. Halal dan baik. Dimakan berkah, tumbuh jadi daging kebaikan. Banyak orang yang kantornya wangi, septu mengilat, baju licin disetrika, tapi boleh jadi busuk di dalamnya. Dimakan hanya menyumpal perut, tumbuh jadi daging keburukan dan kebusukan," Ibu berkomentar, setelah terdiam beberapa saat usai aku bercerita. (hal 42)

Ibu juga genit, keluar dari ruang tengah, memakai baju kurung yang terlihat pas di tubuhnya---dan tentulah mahal. Ibu bertanya malu, "Bagaimana, Nak Sarah, apakah ibu masih terlihat cantik?" (hal 403)

 Adalah Sarah, dokter gigi yang mencabut 'gigi busuk' milik Andi. Gadis yang ternyata merupakan sahabat dari Mei. Hadir di saat Mei meninggalkan Borno. Memiliki kepribadian yang ceria, mudah bergaul, dan ramah. Beberapa kalimat dalam novel ini berhasil membangun karakter ini dengan baik. 

Aku menelan ludah karena tidak menyangka, alangkah mudanya dokter gigi yang kami temui---untuk tidak bilang sepantaran denganku. wajahnya ramah, dan dari caranya menjulurkan tangan, menyambut kami, dia dokter gigi yang menyenangkan, dengan wajah cantic khas peranakan Cina. Hal 309)

Bang Togar merupakan 'ketua' di antara para pengemudi sepit di sepanjang tepian Sungai Kapuas. Sifatnya keras, namun sebenarnya sangat lembut dan penyayang. Merupakan pemilik dari kisah cinta hebat lainnya.

Aku mengangguk takut-takut. Bang Togar ini bertubuh besar dan tinggi, berkumis melintang. Dia terkenal sekali. Orangnya berwibawa dan berjiwa pemimpin. Konon katanya seluruh penduduk Pontianak kenal dia. Apalagi Bang Togar Ketua PPSKT (Paguyuban Pengemudi Sepit Kapuas Tercinta). (hal 32)

"Ini sepit kau, Borno." Bang Togar membentangkan tangannya, berkata penuh perasaan. "Kau tahu, kakek kau dulu rela berutang kemana-mana untuk menbantu pengemudi sepit gang ini bertahan hidup. Pagi ini, kami tidak akan membiarkan cucu kakek kau tidak punya sepit. Ini perahu dari kayu terbaik, Borno, dengan mesin paling canggih, tukang paling mahir. Lihat, sudah kami berikan nama di lambungnya." (hal 70)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun