Mohon tunggu...
Handoko AN
Handoko AN Mohon Tunggu... -

mantan wartawan yang kini memutuskan diri untuk menjadi penulis.

Selanjutnya

Tutup

Lyfe Pilihan

Dukung “Keluarga Somat” Jadi Kebanggaan Negeri

22 September 2014   10:17 Diperbarui: 17 Juni 2015   23:58 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

PADA tanggal 16 Mei 2011, dari beberapa gambar karakter yang ada saya membuat character building untuk serial animasi Keluarga Somat. Ketika itu hanya ada gambar, belum ada nama apalagi sifat atau karakternya. Gambar yang ada pun belum lengkap: hanya ada tokoh bapak, ibu, seorang anak laki-laki dan dua orang anak perempuan. Tugas saya ketika itu adalah bagaimana menjalinkan hubungan antara gambar-gambar itu agar bisa terangkai sebuah cerita lengkap dengan konfliknya.

Saya hanya punya waktu satu hari. Bukan hanya untuk mengaitkan relasi antargambar, namun sekaligus menambah karakter tokoh dan membuat 13 sinopsis ceritanya. Dalam konsep awal, rencananya animasi itu akan diberi judul Keluarga Indonesia. Latar belakangnya adalah kehidupan di sebuah perkampungan urban, bukan di pelosok desa namun juga tidak di perkotaan.

Sungguh, saya sangat bersemangat saat itu. Sekaligus saya mendapat tantangan. Semangat, karena saya berharap dari tangan saya bersama tim animator dalam negeri, bisa lahir film animasi yang – mudah-mudahan – bisa menjadi kebanggaan, bukan saja oleh kami secara pribadi, melainkan juga bagi bangsa ini. Bagaimanapun tak bisa dipungkiri, gempuran animasi produk luar sangat gencar dan mengharu-biru layar televisi kita. Dalam pikiran saya saat itu, ini terjadi, bisa jadi lantaran produk dalam negeri kurang laku dijual atau bisa pula lantaran tak ada yang berani menawarkan animasi produksi dalam negeri ke broadcast atau stasiun televisi. Dan ketika Dreamlight World Media – yang di kemudian hari membentuk divisi khusus animasi bernama Dreamtoon – sangat bersemangat dan sangat yakin bisa menawarkan produk ini, saya secara pribadi pun turut terprovokasi spiritnya.

Menjadi tantangan, karena inilah kali pertama saya mengonsep karakter secara lengkap termasuk membangun hubungan antartokohnya. Memang sebelumnya saya pernah juga dapat tantangan menulis skenario animasi episode perdana serial Dufan Defender – dikontak pukul 15:00 dan skenario harus jadi pukul 17:00 – namun pada serial Keluarga Somat inilah saya kali pertama mendapat kepercayaan untuk terlibat sebagai bidan kelahirannya.

Dalam kurun waktu 24 jam, akhirnya tugas yang diembankan ke pundak saya berhasil saya selesaikan. Beberapa tokoh tambahan sebagaimana yang saya tulis dalam character building pun diciptakan. Sebanyak 13 sinopsis pun telah siap untuk ditingkatkan menjadi skenario.

Namun ternyata, permasalahan dan tantangan tak selesai sampai di situ. Butuh waktu 2 tahun untuk meyakinkan pihak broadcast untuk menayangkan animasi produk murni dalam negeri. Barangkali lantaran pihak broadcast yang ditawari masih belum yakin dengan kualitas dan kemampuan para kreator dalam negeri. Mereka – barangkali – juga masih berpikir jauh lebih mudah dan lebih murah membeli animasi dari luar dibandingkan dengan produk negeri sendiri. Hingga pada akhirnya, Indosiar bersedia memberi ruang bagi kami untuk berekspresi. Dan pada 8 Juni 2013, untuk kali pertama Keluarga Somat mengunjungi ruang-ruang keluarga di seluruh Indonesia. Awalnya hanya setiap Sabtu dan Minggu pukul 07:30 WIB dan pada perkembangannya menjadi tayangan setiap pagi pada jam yang sama.

Inilah untuk kali pertama produk animasi dalam negeri ditayangkan secara striping di layar kaca. Memang masih lebih banyak re-run atau tayang ulang dibandingkan dengan fresh run. Ini terjadi lantaran untuk memproduksi satu episode animasi membutuhkan waktu yang cukup lama. Namun bisa memproduksi 100 episode dalam kurun waktu setahun pun bukan perkara yang mudah. Dari informasi yang saya dapatkan, belum pernah ada studio animasi di dunia yang mampu melahirkan 100 episode dalam waktu setahun, rata-rata hanya sekitar 52 episode. Ini pun menjadi salah satu kebanggaan kami selaku tim produksi, betapa kerja keras kami membuahkan hasil yang tak sia-sia.

Apa yang ingin saya sampaikan lewat tulisan ini adalah bahwa Keluarga Somat telah membuktikan diri sebagai animasi produk dalam negeri yang mampu bertahan di tengah gempuran animasi dari luar. Kami sangat bersemangat dan bercita-cita Keluarga Somat bisa menjadi kebanggaan bukan saja bagi kami melainkan juga bagi seluruh bangsa ini. Kebanggaan bahwa hasil karya anak negeri juga secara nyata mampu bersaing dengan hasil karya dari belahan dunia yang lain.

Tentu kami tak menutup mata terhadap masih adanya kekurangan. Itu tak bisa dipungkiri. Bagaimanapun, ketika di belahan dunia lain animasi telah masuk ke ranah industri, secara de facto di dalam negeri, animasi masih menjadi anak tiri. Belum ada ruang yang terbuka secara lebar untuk menampung karya-karya anak negeri. Kerendahatian dan kepercayaan serta keyakinan Indosiar untuk memberi kami ruang, sungguh sangat patut diapresiasi. Itu adalah batu tumpuan untuk kami melompat hingga suatu saat nanti bisa melompat lebih tinggi lagi.

Jika kami – saya selaku supervisor penulis skenario Keluarga Somat, Dreamtoon yang memproduksi Keluarga Somat dan Indosiar yang menayangkan Keluarga Somat – tetap menancapkan cita-cita animasi dalam negeri bisa menjadi kebanggaan negeri ini, tentu tak berlebihan jika kami pun berharap seluruh anak negeri memberikan dorongan dan dukungan yang sama. Kekurangan dan kelemahan dalam produksi adalah bagian dari proses. Tak ada kesempurnaan yang terciptakan secara instan. Kesempurnaan hanya bisa dicapai lewat kerja keras dan proses yang matang. Dan kematangan adalah soal waktu. Semakin lama berkreasi, maka semakin dekatlah kita pada kesempurnaan.

Cita-cita ideal kami adalah membuat animasi dalam negeri menjadi tuan rumah di negeri sendiri. Dan kami telah memulai. Semoga saja, langkah kecil kami bisa diikuti oleh yang lain dan mendapat dukungan penuh dari seluruh anak negeri. Perjuangan tak boleh sesaat. Perjuangan juga butuh darah dan keringat. Dan kami masih yakin cita-cita itu niscaya akan tercapai suatu saat. Semoga.***

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

Mohon tunggu...

Lihat Konten Lyfe Selengkapnya
Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun