Mohon tunggu...
Hanz Endi Pramana
Hanz Endi Pramana Mohon Tunggu... Freelancer - menulis seakan bagian dari masa lalu. akankan punah?

Lulusan Prodi Ilmu Komunikasi, Fisip, Atma Jaya Yogyakarta, mantan wartawan Tribun Pontianak (Kompas Gramedia), Kalimantan Barat. Mantan wartawan yang ingin tetap menulis. Email: endi.djenggoet@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Kompasiana yang Terlupakan dan Kisah-kisah Lain...

28 Oktober 2019   11:05 Diperbarui: 28 Oktober 2019   11:11 33
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Terakhir saya menayangkan tulisan di laman kompasiana sekitar empat tahun lalu. Tidak ingat persis, apa sebab saya tiba-tiba menjadi non aktif, malas, dan kehilangan gairah meneruskan hobi menulis ini. 

Beberapa waktu yang lalu, saya bersama teman-teman berencana menerbitkan buku. Isinya sederhana saja. Tulisan-tulisan lepas. Yang ringan. Yang kira-kira bisa memicu minat orang untuk kembali peduli pada literasi. Supaya tidak terperangkap oleh budaya instan gara-gara semakin canggihnya teknologi komunikasi beserta hoax yang merajalela. 

Lalu saya menemukan tiga seri tulisan berjudul "Bidan Desa di Tengah Mitos Kampung", bisa dibaca di link ini

Tulisan lama yang saya perbaharui sedikit, sehingga tetap layak dibaca kapanpun. Tak tergerus oleh waktu, karena saya merasa kisah-kisah di dalamnya masih tetap relevan dan ever green untuk dituangkan di dalam buku, melengkapi tulisan bersama kawan-kawan lain. 

Saya coba mengakses laman Kompasiana yang seakan berdebu saking tidak pernah dijenguk. Menyadari email yang saya gunakan untuk login pun jarang sekali dibuka. Syukurlah, masih aktif, bisa diakses. Lalu saya menemukan beberapa jejak masa lalu di kotak masuk dan kotak keluar email. 

Jejak yang tiba-tiba saja membawa saya mengembara pada aktivitas lama yang pernah terjejak di laman ini. Satu di antara tulisan saya pernah dimuat pula di lembar cetak harian Kompas. Dan ada honornya (haha). 

Itu sudah lama, terjadi pada tahun 2012. Judulnya "Malaysia is my Friend", bisa dibaca di link ini 

Rasa gembira karena tulisan itu dimuat di edisi Kompas cetak, saya ungkapkan di bawah judul "Tak Menyangka Nangkring di Edisi Cetak" bisa dibaca di link ini 

Saya juga tiba-tiba teringat rekan kompasianer yang di masa awal saya bergabung dalam flatform digital ini, sempat saling bertegur sapa. Saya baca tulisannya, dan semua menarik. Tentang kehidupan orang-orang di pedalaman, di kawasan hutan. Yang miskin. Yang tertinggal. Yang terlupakan. 

Dan kami saling sapa melalui jalur percakapan. Sayang, jejak-jejak itu tak lagi saya temukan. Percakapan lama telah terhapus, mungkin oleh pembaruan sistem dalam flatform kompasiana. 

Lalu saya teringat Seno. Tokoh yang sejak masa remaja, sudah sangat menginspirasi saya dengan kumpulan cerpennya. Seno Gumira Ajidarma, tokoh yang dulu sangat saya kagumi. Rupanya sempat pula menginspirasi tulisan saya di laman ini. Saya cari dan saya temukan, tulisan saya berjudul "Menulis dalam Bingkai Sentimental Masa Lalu" di link ini  

Banyak sekali perubahan laman Kompasiana. Yang agak mencolok dan mengganggu, seperti caption foto yang berhamburan dengan kode-kode yang entahlah (maklum saya tidak mengerti coding). Juga semua naskah yang sudah tayang sama sekali tidak ada jarak antar kalimat. Mungkin upgrade yang telah dilakukan sistem tidak bisa mengakomodir sampai pada perubahan tata letak. 

Tetapi pemandangan lain pun mencengangkan. Di mana-mana muncul iklan. Content makin bervariasi. Ada kanal video (dulu di masa awal rasanya belum ada). Juga angka-angka sudah tertera sangat rapi. 

Di akun saya, terpampang statistik begini:

Detail Poin

80 artikel

55,015 dibaca

217 komentar

46 nilai

7 headline

46 pilihan

232 follower

220 following

55,587 poin

...dan saya termasuk kategori FANATIK! Hehe... Ada angka 65 persen yang menunjukkan akun saya meraih "predikat" Fanatik. Wow, rupanya ada kategori. Berturut-turut: Debutan - Junior - Taruna - Penjelajah - Fanatik (saya di level ini) - Senior - Maestro. 

Apakah saya masih akan terus terbakar untuk senantiasa menghasilkan karya? Entahlah. Tetapi kerinduan untuk itu senantiasa berkobar. Kadang saya merasa hampa, merenung, dan menyadari, mungkin kekeringan hidup yang saya alami akibat kurang membaca. Terutama karya-karya sastra. Biasanya selalu ada hikmat kehidupan yang bisa dipetik dari sana. 

Mungkin saya akan kembali? Tentu, hanya saya yang tahu jawabannya. Iya, atau tidak. Tidak, atau iya. Postingan di kompasiana hari-hari ke depan, mungkin menjadi jawaban. 

SEVERIANUS ENDI

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun