Mohon tunggu...
Hanz Endi Pramana
Hanz Endi Pramana Mohon Tunggu... Freelancer - menulis seakan bagian dari masa lalu. akankan punah?

Lulusan Prodi Ilmu Komunikasi, Fisip, Atma Jaya Yogyakarta, mantan wartawan Tribun Pontianak (Kompas Gramedia), Kalimantan Barat. Mantan wartawan yang ingin tetap menulis. Email: endi.djenggoet@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Inovasi

Astaga, Wanita Itu Tanpa Busana

31 Januari 2011   14:19 Diperbarui: 26 Juni 2015   09:01 1828
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Media. Sumber ilustrasi: PIXABAY/Free-photos

BEBERAPA waktu lalu, iseng saya utak-atik mesin pencari di web. Entah bagaimana ceritanya, saya tiba pada sebuah akun penyedia foto storage. Di akun itu, siapapun pengguna internet bisa menampilkan foto-fotonya.

Akun itu segera menarik perhatian saya, karena menampilkan sebuah keluarga yang tampak bahagia. Seorang bayi laki-laki yang mungil yang imut, seorang istri yang masih muda, dan seorang suami yang rupa-rupanya pria dari negara Barat.

Di bagian awal, foto-foto itu menampakkan kemapanan keluarga kecil itu. Mereka keliling negara-negara di berbagai benua, foto bersama dalam pose yang menampilkan "home sweet home". Beberapa foto dibuat di sejumlah kota di Indonesia, seperti Jakarta dan Bali. Sepertinya foto-foto itu dibuat saat keluarga kecil itu sedang menikmati liburan.

Indah dan harmonis, tampak sepintas. Sang bayi tampil dalam foto, sejak berusia beberapa minggu, sampai dia bisa berjalan. Ayah dan ibunya juga kerap berpose sambil menggendong sang bayi yang blasteran Asia dan Eropa.

Ada sekitar 600-an foto yang dimuat dalam akun tersebut. Bahkan di beberapa bagian, foto sang wanita yang memang orang Indonesia itu, tampil nyaris lengkap. Ada saat dia masih bersekolah di sebuah SMA bersama teman-temannya, juga saat dia wisuda di sebuah perguruan tinggi di luar negeri.

Semakin lengkap ketika di beberapa foto, tampak ayah, ibu, dan adik sang wanita juga tampil di dalamnya. Sang ayah tertawa lebar dalam sebuah pose, sambil merangkul istri dan anak-anaknya, dengan latar sebuah kota di Eropa yang tampak rapi dan modern.

Dalam keasyikan menyaksikan penampilan sebuah keluarga yang tampak mapan dan bahagia, saya tersentak ketika tiba pada beberapa potong foto. Astaga, sang wanita, ibu sang bayi, istri si bule, tampil dalam pose yang menantang!

Saya yakin, foto itu dijepret dalam kesadaran penuh sang wanita. Ada foto saat dia mandi berlumur busa sabun di bath tub, dalam berbagai pose dan sudut pengambilan gambar. Dalam foto itu, dia benar-benar polos, sampai menampakkan (maaf) kedua buah dadanya, meski seakan disamarkan dalam lumuran busa sabun.

Foto-foto berikutnya sungguh membuat saya semakin kaget! Dengan kesadaran penuh, dan penuh aksi serta senyuman, wanita itu tampil topless, bahkan sampai tak ada sehelai benangpun menutupi tubuhnya! Astaga! Dan wajahnya pun senantiasa dihiasi senyum, atau setidaknya menunjukkan bahwa pengambilan foto itu atas sepengetahuannya. Meskipun di bagian lain, tampak pula sang wanita difoto dalam kondisi dia sedang tertidur pulas.

Pada beberapa bagian, tampak foto-foto yang menggambarkan wanita dan suami bulenya itu sedang bercinta! Astaga, astaga!

Terbersit dalam pikiran saya, jangan-jangan ini ulah orang iseng yang menemukan foto mereka, entah dalam laptop atau handphone berkemampuan multimedia yang dicuri atau tercecer. Untuk beberapa jenak, saya yakin dengan kesimpulan itu.

Tapi begitu melanjutkan touring pada foto-foto berikutnya, kesimpulan saya berubah lagi. Muncul pertanyaan dalam diri saya, mengapa minim sekali foto sang suami bule itu dalam album yang memuat lebih dari 600 foto itu? Jangan-jangan, sang suami yang sakit hati sengaja meng-upload foto-foto wanita dan keluarganya itu? Tapi ini tidak mungkin, karena meskipun minim, sang pria tetap bisa dijumpai dalam deretan foto lain.
Saya segera menekan kursor dan menemukan sedikit identitas dalam akun itu. Inilah data yang saya peroleh:

Joined: May 2006
Hometown: jakarta
Currently: brighton , uk
I am: Female and Open
Occupation: call girl

Wow, memang agak meragukan. Bagaimana mungkin foto-foto yang menampilkan sebuah keluarga yang tampak harmonis dan bahagia, menampilkan occupation-nya sebagai call girl? Ini mustahil. Saya kembali pada kesimpulan awal, jangan-jangan akun ini buatan tangan-tangan jahil. Oknum yang menemukan foto-foto ini, lalu secara tidak bermoral melakukan upload di dunia maya.

Karena masih penasaran, saya cermati data-data foto yang tadinya saya abaikan. Sejumlah keterangan ditulis dalam bahasa Indonesia, yang lainnya dalam bahasa asing. Tapi lebih banyak yang tanpa keterangan dan menampilkan nama asli foto tersebut, seperti layaknya sebuah file baru dari sebuah kamera digital. Seperti: This photo was taken on February 24, 2003 using a JVC GR-DVX707, Uploaded on Jul 23, 2006. Juga ada: This photo was taken on April 10, 2006 using a Nikon E7900.

Sebenarnya bisa saja saya segera meninggalkan akun ini. Namun rasa penasaran masih terus membuncah. Bukan karena ada pose syur di akun itu, tetapi lebih karena ingin tahu sejauh mana akun ini asli dan bukan buatan orang iseng. Tentu ini tidak mudah, karena saya bukanlah ahli IT.

Saya telurusi "usia" akun ini. Ya, akun ini dibuat sejak Mei 2006. Asumsi saya, jika benar-benar perbuatan orang iseng, tidak mungkin foto-foto akan terus di-update sampai tahun 2011. Foto-foto yang di-upload pastilah berasal dari sekitar tahun 2006, saat akun ini didaftarkan.

Tapi, astaga, lagi-lagi astaga! Saya temukan, akun itu juga di-update pada Januari 2011! Isinya memang bukan lagi pose-pose seronok, melainkan tampilan sejumlah foto dan video tentang keluarga kecil tersebut.
Sang anak yang dulunya bayi, sudah pandai berjalan, bercanda dengan kakeknya yang bule, bercengkerama dengan sang ibu dan juga ayahnya. Terdengar dialog dalam setiap video itu, dialog sebuah keluarga yang lazim terjadi.

Apaboleh buat, saya membuat kesimpulan baru. Untuk sementara, saya yakin, akun tersebut dibuat oleh mereka sendiri. Mereka ingin menyimpan file-file digital itu di dunia maya, barangkali dengan maksud agar mudah diakses dari manapun, asalkan ada jaringan internet.

Kalau begitu, mengapa ada pose syur sang istri yang menurut saya lumayan cantik itu? Ah, barangkali sang suami bekerja jauh, sering bepergian, sehingga sesekali perlu "melepas rindu". Sudah pernah dengar istilah "cyber sex", kan? Pasangan yang saling berjauhan, konon, menggunakan solusi ini sebagai pepelas rindu.

Nah, dalam beberapa foto, tampak sang wanita tanpa busana berpose dengan tatapan dan senyum mengarah pada kamera. Melihat kualitas fotonya, file tersebut berukuran kecil dan agak buram, saya duga dibuat dengan web cam di laptop. Mungkin saat mereka chatting atau melakukan video conference.

Saya tak ingin mengumbar pornografi dalam tulisan ini. Banyak pelajaran berharga yang bisa dipetik sesungguhnya. Dunia maya yang maha luas, memang menawarkan aneka kemudahan. Internet telah muncul sebagai "dewa penolong" saat kita ingin mencari materi tulisan, pustaka, atau informasi, secara cepat.

Tapi di sinilah juga letak kelemahannya. Siapa bisa menjamin akurasi dari belantara informasi itu? Semua orang bebas menulis apa saja, memasang foto apa saja, bahkan propaganda negatif sekalipun. Maka, tak berlebihan jika dikatakan internet sebagai "tempat sampah" yang membutuhkan "pemulung cerdas". Harus bisa menilai dan memutuskan, mana informasi yang kredibel atau benar-benar sampah.

Terkait foto, dalam kondisi tertentu orang bisa dengan mudah melakukan upload tanpa pertimbangan panjang dan tanpa berfikir pada efek jangka panjang. Katakanlah, foto pada masa pacaran yang sedang hangat-hangatnya, berpose dalam kemesraan yang begitu mendalam. Kemudian diposting di internet, mungkin sebagai bentuk kenang-kenangan, atau sebatas pamer. Nah, jika nasib dan jodoh berbicara lain, akhirnya pasangan kekasih itu tidak jadi menikah?

Bukankah foto yang sudah terlanjur diposting itu tidak akan menjadi sumber masalah di kemudian hari? Jika sang cewek atau cowok menjadi tokoh, pejabat negara, pejabat partai, atau apalah, bukankah foto-foto itu bisa menjadi bumerang dan senjata bagi lawan-lawannya?

Sudahlah, apapun, internet senantiasa membutuhkan pemahaman dalam pemanfaatannya. Para pengguna tampaknya benar-benar harus mampu memosisikan diri sebagai "pemulung cerdas", agar bisa memilah mana yang bermanfaat dan mana yang tidak.

SEVERIANUS ENDI

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Inovasi Selengkapnya
Lihat Inovasi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun