Maxwell Gani Krishnawijaya, Kecintaan pada Kaligrafi, dan Prestasi di Ajang Nasional
Maxwell Gani Krishnawijaya (Yan Jian Hong) adalah generasi keempat dari keluarga besar Gan, keturunan perantau asal Fujian, Tiongkok. Dia merupakan cicit dari Tuan Gani dan Ny. Goh Hay Dong, yang dikenal sebagai tokoh masyarakat di Yogyakarta pada era 1900-an. Maxwell juga cucu dari pengusaha Tn. Ronny Gani Widjaja , yang turut mewarnai jejak sejarah keluarga Gan di kota budaya ini. Maxwell juga merupakan cucu dari pembalap motor cross legendaris Indonesia era 1980an, Tn. SOMA.
Dalam keluarganya, nilai-nilai budaya Tionghoa yang kaya terus diwariskan, termasuk apresiasi terhadap seni, yang menjadi fondasi ketertarikan Maxwell pada kaligrafi.
Kecintaan Maxwell pada seni kaligrafi muncul sejak dini, tepatnya ketika masih di bangku taman kanak-kanak. Saat itu, ia diperkenalkan dengan seni ini oleh seorang guru bahasa Mandarin sekaligus kaligrafi, Mr. Bezalel Aditya, S.Pd., M.Pd. (Liang Xin Ming), atau akrab disapa Liang Laoshi, di Sekolah Nasional Tiga Bahasa Budi Utama Yogyakarta. Bimbingan Liang Laoshi memperkenalkan Maxwell pada estetika dan teknik dalam seni kaligrafi Tionghoa, menumbuhkan rasa ingin tahu dan dedikasi yang semakin kuat hingga saat ini.
Pada tahun 2018, Maxwell mulai menunjukkan prestasinya dalam kaligrafi di ajang Pekan Budaya Tionghoa Yogyakarta (PBTY). Di usia yang masih belia, ia berhasil meraih Juara Kedua dalam kategori pemula di kompetisi tersebut. Pengalaman ini menjadi titik awal yang membangun kepercayaan dirinya untuk terus mengasah kemampuan dan mengejar prestasi di bidang kaligrafi, yang kemudian berbuah manis pada berbagai kesempatan lain.
Lahir pada 8 Maret 2011 di Yogyakarta, Maxwell kini duduk di kelas 8 SMP Budi Utama. Selain kaligrafi, ia juga aktif dalam berbagai kegiatan lain, seperti bermain basket, yang digemarinya baik di sekolah maupun di luar sekolah. Saat ini, ia berlatih intensif di DBL Basketball Academy. Selain olahraga, Maxwell memiliki ketertarikan pada seni dan kreativitas lainnya, termasuk bermain piano, menggambar digital, dan bermain game konsol, menjadikannya siswa yang aktif dan multitalenta.
Puncak prestasi Maxwell dalam kaligrafi terjadi pada ajang Porseni Persatuan Sekolah Tiga Bahasa Seluruh Indonesia (PERSTIBI) kedua, yang diadakan oleh Sekolah Terpadu Pa Hoa di Serpong, Tangerang, pada 28 Oktober - 2 November 2024. Di sana, Maxwell berhasil meraih Juara Pertama dalam kategori kaligrafi tingkat SMP, mengalahkan para peserta dari berbagai daerah di Indonesia. Persiapan menuju kompetisi nasional ini pun sangat serius, dengan pelatihan intensif selama sebulan di bawah bimbingan Liang Laoshi dan dukungan penuh dari guru-guru mandarin SMP Budi Utama Yogyakarta.
Selain latihan dari sekolah, Maxwell juga berkesempatan bertemu dengan Maestro Kaligrafi Dunia, Bp. Sidik W. Martowidjojo (Ma Yong Qiang). Pertemuan ini memberikan pengalaman berharga, karena Maxwell dapat berdiskusi langsung, mendapatkan saran, dan panduan teknik dari ahli yang sangat dihormati dalam dunia kaligrafi. Dukungan dan masukan dari sang maestro menjadi motivasi dan inspirasi yang besar bagi Maxwell dalam mengembangkan teknik kaligrafinya.
Selain Maxwell, dua siswa lainnya dari SMP dan SMA Budi Utama Yogyakarta, yakni Nadia Daniella Sulistio (kelas 9) dan Seraphina Kathleen Santoso (kelas 10), juga menyumbangkan prestasi dengan meraih medali perak dan perunggu di kategori masing-masing. Secara keseluruhan, Sekolah Budi Utama Yogyakarta berhasil memboyong 5 medali emas, 3 perak, dan 2 perunggu, menjadikannya salah satu sekolah yang berjaya di ajang tersebut.
Selamat kepada Maxwell dan seluruh siswa Sekolah Nasional Tiga Bahasa Budi Utama Yogyakarta atas prestasi gemilang ini. Kiranya pencapaian mereka menjadi inspirasi bagi generasi muda lainnya untuk terus berusaha dan menghargai warisan budaya yang kaya.
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H