Semalam memang menjadi momen tak terlupakan bagi Garuda Muda.
Bagaimana tidak? Menggulung tim AFF Singapura U-16 dengan skor telak 0-9, sebuah prestasi besar yang hanya bisa disamai oleh tim AFF Vietnam U-16 dengan skor yang sama persis di babak penyisihan group.
Bertanding di Stadion Maguwoharjo, Sleman, Yogyakarta, Tim Garuda Muda U-16 berhasil tampil cemerlang dan mendominasi secara permainan. Begitu semangatnya hingga beberapa pemain ditandu keluar akibat cedera.Â
Sungguh disayangkan keputusan pelatih yang tidak segera mengganti tim cadangan, ketika skor sudah unggul 0-6. Karena dari pemikiran saya pribadi sebaiknya tim cadangan diberi kesempatan bermain ketika tim lawan sudah hampir mustahil membalikkan keadaan.Â
Jika perlu turunkan semua pemain bertahan untuk menguji pertahanan sekaligus memberi kesempatan beristirahat bagi tim utama agar tetap bugar pada saat melawan Tim AFF Vietnam U-16.
Namun, siapalah saya seorang pengamat bola amatiran yang berhak mengomentari keputusan pelatih dan, ya sudahlah namanya juga hiburan bagi penonton di stadion dan di layar kaca.
Sebenarnya pada saat seseorang hendak memesan tiket, ada ketentuan bahwa sebaiknya tidak membawa anak dibawah usia 12 tahun. Tapi lagi-lagi animo masyarakat yang terlampau tinggi, menghiraukan ketentuan tersebut. Belum lagi cara penonton (yang menurut saya sangat kurang terpuji) sepanjang pertandingan mulai dari keunggulan Indonesia 0-1 hingga 0-9, setiap kali pemain Singapura menguasai bola selalu ada teriakan Wa..Wu..Wa..Wu.. (boo-ing dalam bahasa Inggris) yang bermaksud menjatuhkan mental lawan.
Menurut saya, tindakan tersebut tidak mencerminkan semangat sportifitas dalam olahraga. Para penonton tentunya tidak pernah membayangkan jika para Garuda Muda bermain di negara lain dan diperlakukan hal serupa, apakah penonton bisa menerima perlakuan semacam itu? Dimana harga diri kita sebagai tuan rumah? Jujur saya merasa sangat malu melihat kelakuan para penonton yang secara sadar atau tidak disadari mencoreng nama baik Indonesia, apalagi dihadiri oleh penonton dibawah umur. Atau memang maksud mereka mendidik anak-anak untuk bercermin pada mereka?
Baik, sekarang kita bahas tentang kesiapan Yogyakarta sebagai tuan rumah perhelatan Piala AFF U-16. Saya sempat tidak percaya dengan apa yang saya lihat di lorong menuju tribun stadion Maguwoharjo. Betapa kurangnya pencahayaan dan pemeliharaan, seperti yang tampak di foto. Mohon maaf jika saya baru pertama kali berkunjung ke stadion Maguwoharjo namun keramik-keramik banyak yang rusak.
Belum lagi panitia yang membiarkan sampah berserakan di area pemeriksaan tiket. Kebijakan tidak mengizinkan pengunjung membawa air minum dan menggantinya dengan kantong plastik, sepertinya tidak mempertimbangkan efek yang ditimbulkan. Panitia mungkin lupa kurangnya kesadaran masyarakat kita akan kebersihan.
Begitu selesai pertandingan, seperti yang bisa kita tebak bersama, sampah berserakan di tribun! Luar biasa penonton dan pendukung tim Garuda muda kita ini dalam hal kebersihan. Sampah gelas plastik yang berisi es teh utuh pun ditinggal. Makanan seperti kacang, arem-arem, dan makanan ringan lain dari tinggal bungkus dan masih berisi utuh pun hanya ditinggal di area tempat duduk.
Secercah harapan pun timbul ketika saya melihat masih ada satu dua pengunjung yang tampak memungut sampah secara sukarela.Â
Semoga contoh baik ini bisa berlanjut pada pertandingan berikutnya sehingga Yogyakarta dan Indonesia layak menjadi tuan rumah teladan.
Satu pesan saya, dukung Garuda Muda dengan sepenuh hati. Dukung dengan bijak dan menjunjung tinggi sportifitas, jangan dibiasakan mencela jika hasilnya tidak sesuai harapan.
Maju terus Indonesia! Semoga Garuda Muda kita sukses di ajang Piala AFF U-16!
Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H