Mohon tunggu...
Enden Darjatul Ulya
Enden Darjatul Ulya Mohon Tunggu... Dosen - Dosen, trainer, penulis

BOCIN Bocah Cerdas Indonesia @enden03

Selanjutnya

Tutup

Nature Pilihan

Seruan di Hari Ibu: Ibu, Jadilah Pahlawan Bumi

22 Desember 2019   16:02 Diperbarui: 22 Desember 2019   16:21 79
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Peringatan Hari ibu selalu mengingatkan kita akan jasa jasa ibu. Wanita yang telah susah payah mengandung dan melahirkan kita ke dunia. Untuk itu, jasa dan kebaikan seorang ibu sebenarnya tidak akan pernah bisa kita balas. Namun demikian, tugas seorang ibu tidak berhenti sampai di situ. Setelah anaknya terlahir ke dunia, maka tugas berikutnya adalah menjaga kehidupan anak-anaknya, berjuang dan bertahan agar anak anaknya bisa hidup dengan aman, nyaman, dan bahagia.

Demi menjaga keberlangsungan hidup sang anak, seorang ibu akan mengasuh anak anaknya dalam sebuah rumah yang memberikan perlindungan maksimal. Rumah yang tidak sekedar melindungi anak anaknya dari udara dingin atau teriknya sinar mentari, akan tetapi rumah yang juga memberikan jaminan kelangsungan hidup bagi anak anaknya.

Bumi yang kita tinggali sejatinya adalah rumah kita semua. Seorang ibu sudah seharusnya memiliki wawasan tentang apa yang harus dilakukan untuk menjaga bumi agar tetap lestari, untuk kemudian diimplementasikan dalam tindakan sehari hari demi kehidupan anak-anaknya dan generasi sesudahnya.

Menjaga Bumi Dari Rumah Sendiri

Kondisi bumi yang tengah dilanda perubahan iklim bukan lagi isapan jempol semata. Perubahan iklim yang sebagian besar disebabkan ulah manusia memicu pemanasan global.  Meningkatnya suhu bumi sudah dapat kita rasakan secara nyata.

Hal ini pada gilirannya dapat mengganggu kelestarian bumi termasuk di dalamnya ekosistem flora dan fauna, yaitu sumber pangan bagi manusia. Berbagai upaya untuk menanggulangi perubahan iklim pun dilakukan. Mulai dari konvensi internasional seperti Protokol Kyoto pada tahun 1997, Paris Agreement pada tahun 2015, hingga kebijakan nasional dan lokal setiap wilayah, semua berusaha melakukan upaya penanggulangan pada kapasitasnya masing masing. Penggunaan bio energy pun marak digalakkan sebagai pengganti energi fossil, hingga perhatian pada limbah plastik yang mengganggu biota laut.

Perkara menjaga bumi sebenarnya tidak melulu bicara hal makro seperti konversi energy fossil kepada energy ramah lingkungan, pembangunan pembangkit listrik tenaga surya, atau gerakan kampanye turun ke jalan. Aksi menjaga bumi harus dilakukan oleh seluruh warga bumi. Mulai dari tangan kita sendiri, dari rumah sendiri. Termasuk di dalamnya membangun kebiasaan kebiasaan "kecil" yang sebenarnya berdampak besar.

Jika di ranah global ada organisasi organisasi besar, di tingkat nasional ada Kementrian ataupun banyak NGO yang concern di bidang ini, maka pada skala yang paling kecil, yaitu skala rumah tangga, ada ibu yang dapat berperan serta sebagai agen atau  "influencer" yang dapat menggerakan anggota keluarga lainnya untuk turut peduli dan ambil bagian dalam melestarikan bumi. Ibu sebagai manajer bahkan decision maker di rumah diharapkan mampu menanamkan kebisaaan kebiasaan positif yang ramah lingkungan.

Lantas, apa yang dapat dilakukan ibu untuk menjaga bumi agar tetap lestari? tentu saja terkait dengan kegiatan sehari hari yang dilakukan di rumah, diantaranya penggunaan energy dan air dengan bijak, melakukan penghijauan, menggunakan peralatan rumah tangga ramah lingkungan dan pengendalian sampah rumah tangga.

Melakukan Gerakan hemat energy di rumah

Sebagian besar energy listrik yang kita gunakan berasal dari energy fossil. Energy fossil diantaranya digunakan untuk menghasilkan listrik, dan bahan bakar kendaraan. Energy fossil yang digunakan akan menghasilkan karbondioksida dan gas gas lain yang menimbulkan efek rumah kaca yang berimbas pada peningkatan suhu bumi.

Logikanya, semakin banyak karbondioksida dihasilkan, maka akan semakin panas bumi kita. Kita perlu melakukan penghematan energy utuk meminimalkan produksi karbondioksida di bumi. Dan gerakan hemat energy ini bisa kita lakukan dari dalam rumah.

Beberapa upaya yang dapat kita lakukan adalah dengan memberikan peringatan kepada anggota keluarga untuk menggunakan peralatan elektronik secara bergantian, tidak menyalakan TV jika tidak ada yang menonton, mematikan lampu saat tidak diperlukan, dan meminimalkan penggunaan AC.

Selain itu,  jika memungkinkan, ibu juga dapat menganjurkan anak-anak untuk lebih sering menggunakan kendaraan umum (bukan online) atau menggunakan kendaraan ramah lingkungan seperti sepeda.

Menggunakan air dengan bijak

Melakukan upaya penghematan energy dan air di rumah seringkali tidak mudah. Alih alih mengikuti, seorang ibu malah dicap pelit oleh anggota keluarga yang lain. Akan tetapi,  sebagai seorang ibu, kita tidak boleh lagi menutup mata tentang penggunaan air yang akan semakin langka. Masalah kelangkaan air sudah sejak lama diperingatkan oleh para ahli.

Data yang dilansir dari bbc.com menyatakan bahwa pada tahun 2030 nanti kebutuhan akan air tawar dunia akan 40% lebih tinggi dari ketersediaan yang disebabkan oleh perubahan iklim, ulah manusia dan pertumbuhan penduduk. Survey terhadap 150 kota pada tahun 2014 juga menunjukkan bahwa satu dari empat kota di dunia sedang mengalami masalah air.

Penggunaan air secara bijak bisa kita lakukan mulai dari pilihan saat kita mandi. Penggunaan shower untuk mandi dinilai lebih hemat dalam penggunaan air hingga 30%.

Penghematan air ini juga bisa memangkas pengeluaran untuk membayar rekening PAM sebanyak 10 %. Limbah air juga perlu untuk diperhatikan. Air bekas cucian beras misalkan, bisa ditampung untuk menyiram tanaman atau membersihkan lantai.

Di luar negeri seperti Singapura dan Jepang, air didaur ulang sebanyak tiga sampai lima kali untuk dapat digunakan kembali. Di Jepang, air limbah cuci tangan digunakan kembali untuk flushing (menyiram toilet).

Ketika ada banyak tamu di rumah, mungkin banyak menyisakan air minum yang tidak habis di gelas. Air putih yang tidak habis ini daripada dibuang percuma akan lebih baik jika dibuang ke pot tanaman.

Mungkin terdengar agak berlebihan, tapi langkah kecil ini juga penting untuk dilakukan dalam rangka memanfaatkan air dengan sebaik-baiknya.

Bagi daerah yang memiliki curah hujan yang tinggi dapat melakukan rain harvesting (memanen air hujan). Air yang kita tampung selama hujan dapat dialirkan menuju bak mandi untuk keperluan mencuci atau flushing.

Melakukan penghijauan

Seperti kita ketahui, tanaman menghasilkan oksigen dan dapat meredam polusi dari banyaknya produksi karbondioksida di sekitar kita sehingga penghijauan sangat penting dilakukan.

Penghijauan  juga sudah menjadi program yang dicanangkan oleh Kementrian Lingkungn Hidup (KLH). KLH bahkan menganjurkan agar setiap warga dapat menanam dan memelihara sebanyak 25 pohon seumur hidup, lima batang sampai jenjang SD, lima batang semasa SMP, lima batang semasa SMU, lima batang semasa Perguruan Tinggi dan lima batang saat menikah.

Untuk menentukan jenis pohon dalam melakukan penghijaun juga ternyata harus selektif. Usahakan memilih tanaman yang baik dalam menyerap karbon. Menurut riset yang dilakukan oleh Endes N.Dahlan dari Fakultas Kehutanan IPB, ada beberapa jenis pohon yang terbukti sangat baik dalam penyerapan karbon diantaranya trembesi, kenanga, beringin, mahoni, matoa, mahoni, saga, bungur, jati, nangka dan sirsak.

Jika kita punya lahan yang terbatas, kita dapat memilih tanaman dengan ukuran yang lebih kecil seperti tanaman untuk ditanam pada pot yang memiliki manfaat untuk menyerap polutan.

Menggunakan peralatan rumah tangga ramah lingkungan

Untuk membantu mengurangi sampah plastik, bekali anggota keluarga dengan botol minum dari rumah saat bepergian. Bahkan ibu juga bisa membiasakan untuk membekali anggota keluarga dengan mangkok atau gelas lipat yang sekarang banyak dijual di pasaran terutama online shop. Mangkok atau gelas lipat ini tersedia dengan material silicon, hingga stainless.

Begitu juga dengan sedotan. Untuk alasan kepraktisan, kita seringkali menggunakan dan menyimpan stok sedotan plastik di rumah. Kini sudah saatnya mengganti sedotan plastik di rumah dengan sedotan yang berbahan logam seperti staineless dan alumunium, maupun bahan alternatif lainnya seperti sedotan kertas yang mudah terurai, sedotan bambu, sedotan kaca, dan sedotan berbahan silicon.

Hindari juga menggunakan peralatan makan sekali pakai, seperti mangkok plastik, styrofoam, sendok plastik, dan minuman dalam kemasan bahkan saat ada banyak tamu di rumah kita.

Memang repot, tapi membangun team work dengan anggota keluarga lainnya untuk mencuci perabotan makan akan lebih baik daripada membiarkan sampah plastik dan Styrofoam meracuni tubuh kita dan terus merusak ekosistem laut. Senyawa kimia berbahaya yang terkandung dalam plastik dan styrofoam juga dapat masuk ke dalam tubuh ikan yang akhirnya kita konsumsi!

Terakhir, gunakan selalu tas belanja dari rumah sebagai pengganti kantong plastik. Di beberapa kota seperti Bogor, pasar modern sudah dilarang menggunakan kantong plastik berdasarkan peraturan walikota.

Pengendalian sampah

Banyak hal yang bisa ibu lakukan dalam membantu pengelolaan sampah di bumi. Beberapa masalah yang kini dihadapi bumi adalah semakin meningkatnya volume sampah dan bagaimana sampah telah mencemari sungai sungai di bumi. Salah satu dari 10 sungai terkotor di dunia dimiliki Indonesia yaitu sungai Citarum di Jawa Barat.

Ini menunjukkan bahwa membuang sampah ke sungai sudah menjadi kebiasaan masyarakat. Sehingga kita harus membayar sangat mahal untuk memperbaiki kebiasaan buruk tersebut. Diperlukan waktu 15 tahun dan dana Rp.35 triliun untuk merehabilitasi sungai Citarum. 

Kebiasaan membuang sampah ke sungai juga bisa menimbulkan bencana banjir yang merugikan banyak pihak. Pengelolaan sampah rumah tangga dapat dimulai dengan memisahkan sampah organik dan anorganik seperti plastik, kaca dan karet. Sampah organik yang dihasilkan dapat dimanfaatkan sebagai pupuk tanaman atau makanan ternak.

Sementara sampah anorganik dapat dibawa ke pengumpul untuk didaur ulang. Keberadaan bank sampah saat ini juga bisa menjadi alternatif dibandingkan membuang sampah ke sungai. Biasakan juga menggunakan barang yang dapat digunakan kembali di rumah.

Mencari Ide cemerlang dan edukasi kepada generasi muda

Selain hal-hal di atas, mungkin kita harus terus memikirkan solusi solusi lain dalam rangka pelestarian bumi, termasuk melahirkan ide ide cemerlang dari kaum ibu untuk menghasilkan upaya kreatif pengganti produk plastik misalnya, karena selama industri plastik belum ditutup, maka masalah masalah terkait tidak akan selesai. Selain itu, jangan segan untuk terus mengkampanyekan gerakan ramah lingkungan kepada generasi muda.

Percaya deh, jika semua ibu melakukan hal-hal yang sudah disebutkan di atas, maka akan ada banyak kegiatan pelestarian bumi dilakukan secara massif di setiap rumah di bumi ini.  Lalu Ibu, apa lagi yang kau tunggu untuk menjadi pahlawan bumi?

Baca konten-konten menarik Kompasiana langsung dari smartphone kamu. Follow channel WhatsApp Kompasiana sekarang di sini: https://whatsapp.com/channel/0029VaYjYaL4Spk7WflFYJ2H

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun